BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga pendidikan atau sekolah
mempunyai komponen-komponen, salah satunya guru sebagai tenaga pengajar atau
tenaga pendidik. Guru tugasnya bukan saja mendidik atau mengajar, akan tetapi
guru juga harus mampu menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik
agar tujuan pendidikan berhasil. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar
tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan,
salah satunya adalah metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai
tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai
tujuan pengajaran. Tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan
tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Jadi,
guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar
mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah
interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi induktif
antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada
anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik
akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu. Penguasaan bahan
pelajaran bagi seorang guru tidak akan menjamin terlaksananya proses belajar
mengajar dengan baik jika metode yang diterapkan tidak tepat dan tidak sesuai
dengan kondisi fsikologi anak didik. Oleh karena itu, didalam mengelolah proses
belajar mengajar guru harus mampu memilih dan menetapkan metode bagaimana yang
paling sesuai atau yang lebih baik diterapkan kepada siswa. Seorang guru tidak
akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satupun metode mengajar
yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli Fsikilogi dan pendidikan (Djamarah,
2006 : 72).
Dengan memilih dan menetapkan metode
pengajaran yang cocok dan sesuai akan dapat menunjang prestasi belajar siswa,
dengan demikian tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Dalam
bidang studi Sejarah ketidakberhasilan siswa dapat disebabkan oleh beberapa
factor antara lain kurang lengkapnya sarana dan prasarana penunjang Sejarah di
sekolah, metode pengajaran guru tidak cocok, alat evaluasi yang tidak sesuai
dengan materi yang diberikan, factor dari guru itu sendiri atau memang siswa kurang
berminat mempelajari dan memperdalam sejarah.
Dari beberapa factor yang menyebabkan
siswa kurang berprestasi dalam sejarah, penulis memandang dari sudut metode
mengajar yang digunakan oleh guru. Maka untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa perlu diciptakan situasi pengajaran yang baik dan merangsang siswa turut
aktif dalam proses belajar mengajar, makin tepat memilih metode mengajar yang
diterapkan makin efektif pula pencapaian tujuan yang diinginkan karena
penggunaan metode yang cocok dan serasi dengan materi yang diberikan serta
keadaan siswa akan menentukan keberhasilan siswa dalam bidang studi sejarah.
Dengan demikian guru dapat membaca keadaan siswa sehingga dapat menentukan
metode yang tepat dengan keinginan siswa. Metode mengajar yang dapat digunakan
oleh guru ada berbagai macam diantaranya adalah metode drill dan metode
pemberian tugas.
Metode drill adalah suatu cara mengajar
dengan memberikan latihan- latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa,
sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Tujuan dilaksanakan metode
drill adalah agar siswa memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan
kata-kata, menulis, mempergunakan alat dan memiliki kemampuan menghubungkan
antara sesuatu keadaan dengan yang lain. Metode drill umumnya digunakan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajari.
Menurut Djamarah (2006 : 1996) “metode
pemberian tugas adalah metode penyajian bahan pelajaran oleh guru dengan
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Dengan
pemberian tugas tersebut siswa belajar mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan
kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan
tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pemberian tugas
dilaksanakan oleh
guru
karena pelajaran tidak sempat dilaksanakan di kelas. Untuk menyelesaikan
rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk
mempelajari dengan diberi soal- soal yang harus dikerjakan dirumah. Pemberian
tugas dilaksanakan dengan tujuan agar siswa dapat membagi waktu secara teratur
, melatih siswa untuk menemukan sendiri cara- cara yang tepat untuk
menyelesaikan tugas dan agar siswa dapat memanfaatkan waktu luang untuk
menyelesaikan tugas.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis
mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang
Menggunakan Metode Drill Dengan Metode Pemberian Tugas Dalam Mata Pelajaran
Sejarah Kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan?
- Apakah tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
- Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah dengan menggunakan metode pemberian tugas kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
- Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata- rata nilai bidang kognitif siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
- Dapat dijadikan acuan bagi guru program studi sejarah dalam pengajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dan memotivasi untuk menerapkan model pembelajaran yang kreatif serta inovatif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
- Bagi siswa diharapkan mendapat situasi baru, pengalaman baru dalam belajar sejarah dan lebih dari itu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah.
- Bagi peneliti, dapat menjadi salah satu bahan acuan didalam melakukan penelitian agar lebih baik lagi dan sebagai salah satu cara untuk menambah wawasan serta pengetahuan di bidang pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perbandingan
Istilah
perbandingan pendidikan jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris berarti
comparative education. Kata comparative diartikan sebagai bersamaan atau sama,
sedangkan kata education diartikan sebagai pendidikan. Dengan demikian,
berdasarkan pengertian etimologis tersebut maka istilah comparative education
memiliki makna terhadap adanya kecenderungan yang sama dalam kegiatan
pendidikan.
Dari
pengertian etimologis tersebut maka pengertian perbandingan pendidikan secara
terminologis berkaitan erat dengan aspek praktis, yakni : membandingkan sesuatu
dengan (compare with), atau menemukan perbandingan sesuatu (finding
comparison). Sehingga dari kedua pengertian ini memunculkan pemahaman terhadap
istilah comparative yang apabila dihubungkan dengan kata education berarti
suatu upaya untuk membandingkan suatu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
atau menemukan perbandingan yang terdapat dalam kegiatan pendidikan.
Mengenai
perbandingan pendidikan ini, pada awal mula kemunculannya disebut sebagai
pendidikan internasional. Setelah disiplin ilmu ini berkembang kemudian barulah
disebut sebagai comparative education. Kemunculan disiplin ilmu ini dalam
bidang pendidikan memunculkan dua versi penyebutan, ada yang menyebutnya dengan
istilah pendidikan perbandingan dan ada pula yang menyebutkannya dengan istilah
perbandingan pendidikan.
Menurut
Carter V. Good tentang pengertian perbandingan pendidikan adalah :
“Perbandingan pendidikan adalah studi yang bertugas mengadakan perbandingan
teori dan praktik kependidikan yang ada di dalam beberapa negara dengan maksud
untuk memperluas pandangan dan pengetahuan di luar batas negerinya sendiri”.
Sedangkan I. L. Kandel berpendapat : “Perbandingan pendidikan adalah studi
tentang teori dan praktik pendidikan masa sekarang sebagaimana yang dipengaruhi
oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan kelanjutan sejarah
pendidikan”. (http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/06/menuju-ilmu-perbandingan-pendidikan
.html) diakses 09 Desember 2013
Di
sisi lain Abdul Rachman Assegaf mengemukakan salah satu pandangan Carter V.
Good yang menyertakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pendidikan,
yakni bahwa perbandingan pendidikan adalah studi tentang kekuatan-kekuatan
pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi dalam hubungan internasional dengan
tekanan pada potensi dan bentuk pendidikan, sedangkan tujuannya adalah untuk
meningkatkan saling pengertian dengan jalan tukar-menukar sarana pendidikan,
teknik dan metode, mahasiswa, guru, dosen, teknisi dan lain-lain. (http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/06/menuju-ilmu-perbandingan-pendidikan
.html) diakses 09 Desember 2013
Berdasarkan
tiga teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa perbandingan pendidikan sebagai
suatu bidang pengetahuan yang mengkaji berbagai teori dan praktek dalam bidang
pendidikan di berbagai negara serta memperbandingkannya dan menganalisa dua hal
atau lebih untuk mencari kesamaan–kesamaan dan perbedaan–perbedaannya.
2.2
Metode Pembelajaran
Dalam
bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan dengan pembelajaran,
metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa, karena metode
lebih menekankan pada peran guru. Istilah metode sering digandengkan dengan
kata mengajar, yaitu metode mengajar. Joni mengemukakan bahwa metode adalah
berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut WJS.
Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Metode
menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam
Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta
berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi
Pendidikan Agama Islam (2001:19) Metode
berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode
mengajar banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode mengajar
mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu macam
metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini
masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana
(dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 – 86), terdapat
bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu Metode ceramah, Metode Tanya Jawab,
Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan
Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem solving, Metode
sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill), Metode karyawisata
(Field-trip), Metode survei masyarakat, dan Metode simulasi.
Berdasarkan
definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode merupakan cara yang
ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.3 Metode Drill
2.3.1
Pengertian Metode Drill
Metode
drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan- latihan terhadap
apa yang telah dipelajari siswa, sehingga memperoleh keterampilan tertentu.
Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang- ulang, akan
tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar pertama dengan situasi belajar
realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu
diubah- ubah kondisinya sehingga menuntut respon yang berubah, maka
keterampilan akan lebih disempurnakan.
Menurut
Djamarah (2006:108) “Metode Drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu”.
Drill
adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau continue/untuk
mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang
dipelajari. (http://blog.persimpangan.com/blok/2007/08/15/drilland-practice/)
diakses 09 Desember 2013
Dalam
buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama,
berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi
atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang
khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari
suatu hal yang sama. Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau
ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang
bersangkutan.
Berdasarkan
tiga teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode drill adalah suatu
cara mengajar dengan memberikan latihan- latihan untuk mendapatkan keterampilan
dan ketangkasan tentang pengetahuan serta menanamkan kebiasaan- kebiasaan
tertentu.
2.3.2
Kelebihan Metode Drill
Adapun
kelebihan dari metode drill yaitu:
- Bahan yang diberikan secara teratur, tidak loncat- loncat dan step by akan lebih melekat pada diri anak dan benar- benar menjadi miliknya.
- Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera diberikan oleh guru memungkinkan murid untuk segera melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahannya. Dengan demikian juga akan menghemat waktu belajar.
- Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat,seperti membaca peta, penggunaan symbol, hubungan huruf-huruf dalam ejaan dan sebagainya.
- Metode ini memungkinkan kesempatan untuk lebih memperdalam kemampuan secara spesifik.
- Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan respon yang cepat.
2.3.3 Kelemahan Metode Drill
Adapun
kelemahan metode drill yaitu sebagai berikut:
- Dapat membentuk kebiasaan kaku, respon yang terbentuk secara otomatis akan mempengaruhi tindakan yang bersifat irasional dan tidak menggunakan akal.
- Menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya, didalam menghadapi masalah, siswa menyelesaikan secara statis.
- Menimbulkan verbalisme, respon terhadap stimulus yang telah terbentuk dengan latihan itu akan berakibat kurang digunakan rasio sehingga inisiatifpun terhambat.
- Latihan yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran maupun kepada gurunya.
- Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2.3.4
Hal- Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Metode Drill
Dalam
penggunaan teknik latihan agar bila behasil dan berdaya guna perlu ditanamkan
pengertian bagi instruktur maupun siswa ialah:
- Tentang sifat- sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda dengan latihan yang sebelumnya.
- Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah.
- Klasifikasikan rencana kemajuan seperti ‘pemanasan’ atau demo materi terlebih dahulu.
- Menggunakan acuan waktu untuk tes kemampuan, kecepatan, dan ketepatan pemahaman siswa dengan drill.
- Gunakan penguatan penekanan lisan yang positif, contohnya pemberian pujian.
2.3.5
Langkah- Langkah Penerapan Metode Drill
Untuk kesuksesan
pelaksanaan teknik latihan itu perlu instrukur/guru memperhatikan langkah-
langkah prosedur yang disusun sebagai berikut:
- Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran yang mendalam, tetapi dapat dilakukan cepat seperti gerak refleks saja, misalnya: menghapal.
- Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan.
- Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnose, karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sempurna.
2.4 Metode Pemberian Tugas
2.4.1
Pengertian Metode Pemberian Tugas
Tugas
merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai
suatu metode merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa
belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa
diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas adalah
resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang dikerjakan
atau dipelajari.
Menurut
Djamarah (2006:96) “Metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan
pelajaran oleh guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar “.
Menurut Ahmadi (2005:61) “ Metode
pemberian tugas adalah metode pelajaran dengan memberikan tugas kepada murid
diluar jam pelajaran “.
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang
harus diselesaikan. (http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_b12.html)
diakses 09 Desember 2013
Berdasarkan tiga teori diatas maka
penulis menyimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan
pelajaran dengan memberikan tugas kepada murid diluar jam pelajaran.
2.4.2
Penggunaan Metode Pemberian Tugas
Menurut
pandangan tradisional, pemberian tugas dilaksanakan oleh guru karena pelajaran
tidak sempat dilaksanakan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang
telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-
soal yang harus dikerjakan dirumah. Kadang- kadang juga bermaksud agar anak
tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan
pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh
sekolah baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan
oleh sekolah. Baik kegiatan kulikuler maupun kegiatan ektrakulikuler.
2.4.3
Tujuan Metode Pemberian Tugas
Pemberian
tugas bertujuan :
- Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
- Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara- cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
- Memperkaya pengalaman- pengalaman sekolah melalui kegiatan- kegiatan diluar kelas.
- Agar siswa dapat memanfaatkan waktu luang untuk menyelesaikan tugas.
2.4.4 Fase Pemberian
Tugas
Fase- fase
mempertanggung jawabkan tugas yaitu sebagai berikut :
- Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan.
- Ada Tanya jawab atau diskusi kelas.
- Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan non tes atau cara lainnya.
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan yaitu :
- Tujuan yang akan dicapai.
- Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugas tersebut.
- Sesuai dengan kemampuan siswa
- Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
- Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
2.4.5 Langkah- Langkah Pelaksanaan
Tugas
Langkah- langkah dalam
pelaksanaan tugas yaitu :
- Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.
- Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
- Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri dan tidak menyuruh orang lain.
- Dianjurkan agar siswa mencatat hasil- hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.
2.4.6 Kelebihan dan Kelemahan
Metode Pemberian Tugas
Adapun kelebihan metode
pemberian tugas adalah sebagai berikut :
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak.
- Memupuk rasa tanggung jawab.
- Memperkuat motivasi belajar.
- Menjalin hubungan antar sekolah dengan keluarga.
- Mengembangkan keberanian berinisiatif.
Adapun kelemahan metode pemberian tugas adalah
sebagai berikut :
- Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua.
- Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain.
- Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan temen- teman.
- Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.
2.5 Pembelajaran Sejarah
2.5.1
Pengertian Sejarah
Istilah
sejarah bagi para ahli diartikan berbeda-beda. Perbedaan dalam literatur
tentang istilah sejarah akhir-akhir ini pada dasarnya ada dua konsep, yaitu
sejarah sebagai peristiwa masa lalu (past event, res gestae); dan sejarah
peristiwa sebagaimana diceritakan (historia rerum gestarum). Sejarah dalam arti
pertama, sebagaimana dikemukakan oleh Taufik Abdullah, diceritakan atau tidak,
peristiwa itu terjadi. Menurut Kuntowijoyo Sejarah seperti itu sebagai peristiwa
masa lalu yang terjadi di luar pengetahuan manusia, disebut sejarah objektif. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Sejarah
sebagaimana diceritakan adalah peristiwa masa lalu yang diceritakan, memiliki
pengertian yang sama sebagai peristiwa yang terjadi atas sepengetahuan manusia,
disebut oleh Kuntowijoyo sebagai sejarah subyektif. Sejarah subjektif adalah
sejarah sebagai pelaksanaan riset yang dilakukan oleh sejarawan, menghasilkan
pernyataan-pernyataan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sejarah dalam arti
subjektif adalah terminologi sejarah sebagai disiplin ilmiah. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Menurut
Aristoteles Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak
awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau
juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan,
rekod- rekod atau bukti- bukti yang konkrit. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Menurut
W.H. Walsh Sejarah itu menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan
penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan
pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga
merupakan cerita yang berarti. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Berdasarkan
beberapa teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu
tentang manusia baik individu maupun masyarakat yang dihadirkan pada masa kini
baik diceritakan maupun hasil dari penelitian sejarawan.
2.5.2
Kegunaan Sejarah
Kenyataan
menunjukkan bahwa sejarah terus diteliti dan ditulis orang serta dipelajari
membuktikan bahwa sejarah itu memiliki kegunaan. Kuntowijoyo menjelaskan lebih
detail, sejarah berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik
sejarah berguna untuk mengetahui masa lampau. Mengapa orang ingin mempelajari
masa lampau karena manusia itu ingin memecahkan misteri, ingin tahu tentang apa
yang terjadi di masa lampau. Secara esktrinsik sejarah berguna sebagai sarana
pendidikan. Menurut Sjamsuddin, guna ekstrinsik sejarah sebagai sarana
pendidikan berpangkal dari kebutuhan kehidupan modern dari masyarakat
industrialis akan pendidikan non-teknis untuk kembali ke pengetahuan
tradisional agar dapat menuntut pada masyarakat yang demokratis. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Kegunaan
sejarah sebagai media pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Djoko Suryo posisi sejarah memiliki peran sangat strategis sebagai sarana bagi
pendidikan, baik pendidikan intelektual (intelectual training), Pendidikan
kesadaran-diri kolektif dan pendidikan civil society yang bertanggungjawab
terhadap bangsa dan negara. Sejalan dengan pendapat Joko Suryo, Conal Furay dan
Michael J. Salevouris seperti yang dikutip oleh Peters N. Stearns, menyatakan
“pembelajaran sejarah mengajarkan kemampuan analisis yang sangat bermanfaat
dalam bidang akademik dan memelihara rasa identitas. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Berdasarkan
ketiga teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kegunaan sejarah dari segi
pendidikan bahwa sejarah dapat menjadi sumber pengetahuan yang dari sumber itu
seseorang dapat mengambil makna dari pengalaman di masa lalu.
2.5.3
Pengertian Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran adalah
perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar.
Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan
terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si
belajar. (Rivai, Metode Mengajar).
Pembelajaran
adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik. (Warsita (2008:85)) Pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan
agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta
didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan.( Sudjana (2004:28)
Dalam
kaitannya dengan pembelajaran sejarah, menurut Stearn, pembelajaran sejarah
bertujuan untuk “membantu siswa memahami bagaimana dunia bekerja dan bagaimana
manusia berperilaku, pengetahuan tentang masa lalu diperlukan untuk memahami
kenyataan hari ini.”Agar pembelajaran sejarah dapat memberikan dampak pada
siswa, Stearn menyarankan pembelajaran sejarah harus mengembangkan keterampilan
untuk menilai bukti, keterampilan untuk berinterpretasi dan keterampilan untuk
menilai contoh perubahan. (http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/pengertian-pembelajatan.html)
diakses 09 Desember 2013.
Conal
Furay dan Michael J. Salevouris seperti yang dikutip oleh Peters N. Stearns,
menyatakan “pembelajaran sejarah mengajarkan kemampuan analisis yang sangat
bermanfaat dalam bidang akademik dan memelihara rasa identitas. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html)
diakses 09 Desember 2013.
Kochhar
mengatakan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah harus mencapai empat belas
sasaran yang mencakup dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Termasuk dalam
dimensi kognitif, yaitu: 1) mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri; 2)
memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat; 3)
membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai
oleh generasinya; 4) memperluas cakrawala intelektualisme; 5) memberikan
pelatihan mental; 6) melatih siswa menangani isu-isu kontroversial. Sedangkan
dimensi afektif dari pembelajaran sejarah, yaitu 1) mengajarkan toleransi; 2)
menanamkan sikap intelektual; 3) mengajarkan prinsip-prinsip moral; 4) menanamkan orientasi ke masa depan; 5)
membantu mencarikan jalan keluar bagi masalah sosial dan perseorangan; 6)
memperkokoh rasa nasionalisme, dan; 7) mengembangkan pemahaman internasional.
Dimensi psikomotor adalah mengembangkan keterampilan yang berguna seperti
keterampilan membaca, menyatakan pendapat, menggunakan peta, diagram, timeline
dan sebagainya. (http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/pengertian-pembelajatan.html)
diakses 09 Desember 2013.
Berdasarkan
beberapa teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran sejarah
adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang dapat
mempercepat kemampuan analisis
pengetahuan peserta didik tentang masa lalu.
2.6
Profil Sekolah
Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pampangan terletak di Desa Ulak Kemang
Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2.7.1 Hipotesis Kerja
HI=Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran
Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
HO=Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran
Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
2.7.2 Hipotesis Statistik
HI,M≠0
HO,M=0
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan eksperimen.
Dalam penelitian ini dua kelas sampel yaitu VII.1 dan VII.2. Kelas VII.1 yaitu
sebagai kelas control yang mendapatkan pengajaran melalui metode drill,
sedangkan kelas VII.2 yaitu sebagai kelas eksperimen yang diberikan pengajaran
melalui metode pemberian tugas.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill
dengan metode pemberian tugas dalam pelajaran sejarah di SMP Negeri 2
Pampangan.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Yang
menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
2 Pampangan yaitu kelas VII.1 berjumlah 40 siswa, kelas VII.2 berjumlah 39
siswa, kelas VII.3 berjumlah 41 siswa, dan kelas VII.4 berjumlah 40 siswa.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Perincian Populasi
Penelitian SMP Negeri 2 Pampangan
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki- Laki
|
Perempuan
|
||
VII.1
|
18
|
22
|
40
|
VII.2
|
14
|
25
|
39
|
VII.3
|
18
|
23
|
41
|
VII.4
|
19
|
23
|
40
|
Jumlah
|
69
|
93
|
160
|
Sumber
: Tata Usaha SMP Negeri 2 Pampangan
3.2.2 Sampel
Sampel
dalam penelitian ini diambil secara acak dari empat kelas yang ada yaitu kelas
VII dan kelas yang terpilih menjadi sampel yaitu kelas VII.1 dan kelas VII.2.
Kelas VII.2 merupakan kelas eksperimen yang diberikan pengajaran melalui metode
pemberian tugas pada mata pelajaran sejarah sedangkan yang menjadi kelas
control yaitu kelas VII.1 yang diberikan pengajaran melalui metode drill pada
mata pelajaran sejarah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.2 sebagai
berikut.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian SMP
Negeri 2 Pampangan
No
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah Siswa
|
Keterangan
|
|
Laki- Laki
|
Perempuan
|
||||
1
|
VII.1
|
18
|
22
|
22
|
Kelas Kontrol
|
2
|
VII.2
|
14
|
25
|
25
|
Kelas Eksperimen
|
Jumlah
|
32
|
47
|
47
|
|
Sumber
: Tata Usaha SMP Negeri 2 Pampangan
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen
dalam penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk esai sebanyak 5 soal.
Masing- masing soal esai tersebut mempunyai skor nilai sesuai dengan kriteria
soal masing- masing. Nilai tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan melalui metode drill dengan metode pemberian
tugas pada pokok bahasan kehidupan pada masa prasejarah di Indonesia yang dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan
siswa dalam belajar.
3.4 Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes.
Tes digunakan dalam penelitian ini yaitu tes bentuk esai atau uraian yang terdiri
dari 5 soal kehidupan pada masa Prasejarah di Indonesia. Tes ini dilakukan
untuk mengethui hasil belajar siswa melalui metode drill dengan metode
pemberian tugas pada poko bahasan kehidupan pada Masa Prasejarah di Indonesia
yang dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan siswa dalam belajar sejarah.
3.5 Analisis Data
Dari penelitian yang
diadakan, diperoleh data diinginkan setelah peneliti mengadakan tes. Kemudian
data tersebut diolah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dapat dijadikan
acuan untuk menarik suatu kesimpulan guna membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Dengan menggunakan uji dua pokok,
rumusan uji hipotesis adalah sebagai berikut:
Ha : µ1 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam
mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
Ho : µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan
hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas
dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
Dalam
penelitian ini, untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan,
peneliti menggunakan statistic uji tes dengan taraf signifikan 5 %.
Adapun
rumusan statistic tes adalah
̅X1 - ̅X2
t
= ------------
1
1
¯
+ ̅
n1
n2
Dengan:
(n1-1)s1+(n2-1)s2
s2 ¯¯̅¯̅¯̅¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
n1+n2-2
Keterangan:
̅X1
= Rata- rata nilai yang menggunakan metode drill.
̅X2
= Rata- rata nilai siswa yang menggunakan metode pemberian tugas.
n1
= Jumlah siswa yang menggunakan metode drill.
n2
= Jumlah siswa yang menggunakan metode pemberian tugas.
s1
= Varians nilai siswa yang menggunakan metode drill.
s2
= Varians nilai siswa yang menggunakan metode pemberian tugas.
Kriteria pengujian adalah terima Ho
jika t(1-1/2 a) (dk) <t <(1-1/2a) (dk), dimana t(1-1/2a) didapat dari
daftar distribusi t dk = (n1+n2-2) dan peluang (1-1/2a). untuk harga- harga t
lainnya Ho ditolak.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data
Dalam penelitian ini, peneliti
menetapkan SMP Negeri 2 Pampangan sebagai lokasi penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelasVII SMP Negeri 2 Pampangan yang
berjumlah 120 dan terbagi menjadi tiga kelas. Sampel dalam penelitian ini
diambil secara acak dari populasi yang ada yaitu sebanyak dua kelas. Setelah
diambil secara acak kelas yang terpilih menjadi sampel adalah kelas VII.1 yang
berjumlah 40 siswa dan kelas VII.2 yang berjumlah 39 siswa.
Pada penelitian ini untuk
memperolah data, maka sampel yang berjumlah 79 siswa tersebut diberikan tes
tertulis berbentuk esai sebanyak 5 soal. Soal yang diberikan sama pada setiap
kelas tetapi metode pembelajarannya berbeda. Kelas VII.1 melalui metode drill
sedangkan kelas VII.2 melalui metode pemberian tugas.
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata
dari hasil penelitian, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
uji t. namun sebelum menggunakan rumus tersebut terlebih dahulu dicari rata-
rata dan standar deviasi dari masing- masing data sebagai berikut:
4.1.1
Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Drill di Kelas VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan
Untuk mengetahui nilai rata- rata dan
standar deviasi hasil belajar siswa melalui metode drill pada mata pelajaran
sejarah di kelas VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan dapat dilihat pada table 4.1
sebagai berikut:
Tabel
4.1 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Drill (Variabel X1)
No
|
Nama Siswa
|
Nilai Tes Belajar Melalui Metode
Drill (X1)
|
X1
2
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
|
A.Bani Insani
Agung Sunandar
Ahmad Jamhuri
Aisyah
Andini Riski Yuliani
Atiah Paradita
Boby Novareza
Della Ayudita
Esa Lestari
Fera Natasia
Dina Angraini
Aria Surya
Frengki
Hasan
Helen
Heru
Ike Sintia
Juni
Lisa
M. Agus
Manski
Melliyanti
Merisa
M. Aji
M. Darmawi
M. Riski
M. Mursidi
Nursidah
Tania
Olcendri
Pimai Suri
Riki
Runi Bella
Saati Julia
Seftia
Suhendri
Tsanara
Uswatun
Mgs. Riski
Yuni Sara
|
60
60
60
70
65
70
65
70
65
50
60
70
70
75
50
50
70
60
60
70
60
70
60
50
80
80
50
65
60
50
70
50
60
60
65
60
60
70
65
60
|
3600
3600
3600
4900
4225
4900
4225
4900
4225
2500
3600
4900
4900
5625
2500
2500
4900
3600
3600
4900
3600
4900
3600
2500
6400
6400
2500
3025
3600
2500
4900
2500
3600
3600
4225
3600
3600
4900
4225
3600
|
JUMLAH
|
2520
|
161200
|
Sumber : Hasil Belajar Siswa Kelas
VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan
Dari
table 4.1 di atas diperoleh nilai sebagai berikut:
Jumlah
sampel n1=40
S
X1 =2520
S
X1 2 =161200
Untuk
mencari x1 dari hasil tes tertulis siswa melalui metode drill dalam mata
pelajaran sejarah di kelas VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Nilai
rata- rata (x1) adalah:
S
x1
x1 = ----------
n1
2520
x1 = ---------
40
x1 = 63
Jadi nilai rata- rata hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran sejarah melalui metode drill di kelas VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan
adalah x1 = 63.
Untuk mencari simpangan nilai baku (s1) dari hasil
tes tertulis siswa melalui metode drill dalam mata pelajaran sejarah di kelas
VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai simpangan baku (s1) adalah:
40 (161200)
– (2520)2
S1
2 = ------------------------------
40 (40 – 1)
6.448.000 – 6.350.400
S1
2 = -----------------------------
1560
97600
S1
2 = ---------
1560
S1
2 = 62,564
S1
2 = 7,910
Jadi,
nilai simpangan baku (s1) hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah
melalui metode drill di kelas VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan adalah s1 = 7,910.
4.1.2
Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas VII.2 SMP Negeri 2
Pampangan
Untuk
mengetahui nilai rata- rata dan standar deviasi hasil belajar siswa melalui
metode pemberian tugas pada mata pelajaran sejarah di kelas VII.2 SMP Negeri 2
Pampangan dapat dilihat pada table 4.2 sebagai berikut:
Table
4.2 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pemberian Tugas (Variabel X2)
No
|
Nama Siswa
|
Nilai Tes Belajar Melalui
Pemberian Tugas (X2)
|
X2 2
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
|
Ade Putra Pratama
Aditya Hermawan
Afriani Hamidan
Ahmad Tri Salam
Bhevy Martha Love
Caprirosi
Damayanti
Dheysi Juniko
Fachrudin
Fitryani
Hartiyah
Haryanto
Hikmah
Indra
Indrie Angraini
Julius Cesar
Lussy
M. Dhiery Juniko
Mega Wati
Mira
M. Amin
M. Renaldi
Muklis
Novita Sari
Nurma
Pandi
Putri
Rico
Rini
Riska Meliska
Riski
Rita Eli
Sri Utami
Sriyanti
Sutanda
Syraifudin
Tiara Risky
Tri Wahyu
Dhina Yoshie Pratura
|
80
80
80
70
80
70
70
80
70
80
80
75
80
70
75
70
80
80
80
90
80
80
90
70
80
90
80
80
90
80
70
80
70
80
80
70
80
90
80
|
6400
6400
6400
4900
6400
4900
4900
6400
4900
6400
6400
5625
4900
4900
5625
4900
6400
6400
6400
8100
6400
6400
8100
4900
6400
8100
6400
6400
8100
6400
4900
6400
4900
6400
6400
4900
6400
8100
6400
|
JUMLAH
|
3060
|
241550
|
Dari tabel 4.2 di atas diperoleh nilai
sebagai berikut:
S
x2 =
3060
S
x2 =
241550
Jumlah
sampel n = 39
Nilai
rata- rata (x2) adalah:
3060
X2 = --------
39
X2
= 78,46
Jadi, nilai rata- rata
belajar siswa melalui metode pemberian tugas pada mata pelajaran sejarah di
kelas VII.2 SMP Negeri 2 Pampangan adalah x2 = 78,46 nilai standar deviasi.
Untuk mencari nilai simpangan baku (s1)
dari hasil tes tertulis siswa melalui metode pemberian tugas mata pelajaran
sejarah dikelas VII.2 SMP Negeri 2 Pampangan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai simpangan baku (s2) adalah:
39 (241550)
– (3060)2
S2 2 =
-----------------------------
39 (39 - 1)
9420450 –
9363600
S2 2 =
--------------------------
1482
S2
2 = 38, 360
S2
2 = 6, 194
Jadi nilai standar
deviasi hasil belajar siswa melalui metode pemberian tugas pada mata pelajaran
sejarah di kelas VII.2 SMP Negeri 2 Pampangan s2 = 6,194.
4.2 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan perhitungan
di atas, maka diperoleh nilai hasil belajar siswa melalui metode drill dalam
mata pelajaran sejarah di kelas VII.1 SMP Negeri 2 Pampangan tahun ajaran
2013/2014 dengan nilai rata- rata x1 = 63 dan simpangan baku s1 = 7,910,
sedangkan nilai hasil belajar siswa melalui metode pemberian tugas dalam mata
pelajaran sejarah di kelas VII.2 SMP Negeri 2 Pampangan tahun ajaran 2013/2014
dengan nilai rata- rata x2= 78,46 dan simpangan baku s2 = 6,194.
Dari
perhitungan nilai- nilai yang digunakan untuk persiapan perhitungan statistic
uji t. untuk lebih jelas lihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel
4.3 Data Nilai Rata- Rata dan Standar Deviasi Hasil Belajar Siswa Melalui
Metode Drill dan Metode Pemberian Tugas
No
|
Variabel
|
Rata- rata nilai Siswa
|
Standar Deviasi
|
Banyak Data
|
1
|
Hasil belajar siswa melalui metode
drill (x1)
|
X1 = 63
|
S1 = 7,910
|
N1 = 40
|
2
|
Hasil belajar siswa melalui metode
pemberian tugas (x2)
|
X2 = 78,46
|
S1 = 6,194
|
N1 = 39
|
Sumber
: Hasil Nilai Rata- rata dan Standar Deviasi
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Ada perbedaan hasil belajar siswa melalui metode drill
dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP
Negeri 2 Pampangan”.
Dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata- rata, uji dua pihak, diperoleh rumusan hipotesis sebagai
berikut:
Ho : u1 = u2 :
Tidak ada perbedaan antara hasil belajar siswa melalui metode drill dengan
metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2
Pampangan.
Ha : u1 ≠ u2 :
ada perbedaan antara hasil belajar siswa melalui metode drill dengan metode
pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2
Pampangan.
Dalam pengujian
hipotesis, yang berperan sebagai x1 adalah hasil belajar siswa melalui metode
drill dan x2 adalah hasil belajar siswa melalui metode pemberian tugas.
Dengan menggunakan taraf signifikan 5 %
(a = 0,05) diperoleh
dk = n1 + n2 – 2
= 40 + 39 – 2
= 77
Dengan menggunakan taraf signifikan 5 %
(a = 0,05) diperoleh
t tabel = t (1-1/2 a) (77)
=
t (0,975) (77)
=
1.98
Setelah harga t dan t
(1-1/2 a) diperoleh, maka selanjutya peneliti melakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan kriteria : terima Ho jika –t (1-1/2 a) < t < t (1-1/2
a, dari daftar distribusi frekuensi t denganb dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang t
(1-1/2 a) dengan a = 0.05 untuk harga t lainnya Ho ditolak.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan hasil belajar siswa melalui metode drill dengan metode
pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2
Pampangan tahun ajaran 2012/2014.
Untuk menguji hipotesis
pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji dua pihak dengan rumus:
x1 – x2
t
= ------------------
1
+ 1
s--- -----
n1 n2
dengan
:
(n1 – 1)s1 2 + (n2 – 1)s2 2
s2
= -------------------------------------
n1+ n2 – 2
Nilai tabel 4.3 di
atas, digunakan dalam perhitungan analisis dengan menggunakan analisis uji t
sebagai berikut:
(n1 – 1)s1 2 + (n2 – 1)s2 2
s2
= --------------------------------------
n1 + n2 – 2
(40 – 1)62,564 + (39 – 1)38,360
s2
= --------------------------------------------
40 + 39 -2
39 (62,5640 + 38 (38,360)
s2
= --------------------------------------
77
2439,996 + 1457,68
s2
= ------------------------------
77
3897,676
s2
= -----------------
77
s2 = 50,619
s2
= 7,115
Jadi, didapat simpangan
baku (s) gabungan antara hasil hasil belajar siswa melalui metode drill dengan
metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2
Pampangan adalah s = 7,11
Selanjutnya peneliti
melakukan pengujian hipotesis dengan statistic uji t dengan rumus sebagai
berikut:
x1 – x2
t
= ------------------
1
+ 1
s--- -----
n1 n2
63 – 78,462
t
= -----------------------
1 1
7,115
---- + -----
40 39
-15,462
t
= -------------------
7,115 (0,225)
-15,462
t
= ----------------
1,601
t
= -9,657
Jadi,
t hitung yang diperoleh dari hasil perhitungan di atas yaitu -9,657
Dari kriteria pengujian hipotesis
yang menunjukkan harga t hitung = 9,657 yang terletak didaerah Ho, artinya Ho
ditolak dan Ha diterima. Untuk itu peneliti menyimpulkan bahwa ada perbedaan
antara hasil belajar siswa melalui metode drill dengan metode pemberian tugas
di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan tahun ajaran 2013/2014.
Tahap berikutnya untuk membuktikan ketepatan
perhitungan manual di atas, maka peneliti menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions). Adapaun analisis data menggunakan program SPSS
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Analisis Data dengan
Menggunakan Program SPSS
No
|
Data
|
Variabel
|
1
|
60
|
X1
|
2
|
60
|
X1
|
3
|
60
|
X1
|
4
|
70
|
X1
|
5
|
65
|
X1
|
6
|
70
|
X1
|
7
|
65
|
X1
|
8
|
70
|
X1
|
9
|
65
|
X1
|
10
|
50
|
X1
|
11
|
60
|
X1
|
12
|
70
|
X1
|
13
|
70
|
X1
|
14
|
75
|
X1
|
15
|
50
|
X1
|
16
|
50
|
X1
|
17
|
70
|
X1
|
18
|
60
|
X1
|
19
|
60
|
X1
|
20
|
70
|
X1
|
21
|
60
|
X1
|
22
|
70
|
X1
|
23
|
80
|
X1
|
24
|
80
|
X1
|
25
|
60
|
X1
|
26
|
90
|
X1
|
27
|
80
|
X1
|
28
|
80
|
X1
|
29
|
90
|
X1
|
30
|
80
|
X1
|
31
|
70
|
X1
|
32
|
80
|
X1
|
33
|
70
|
X1
|
34
|
80
|
X1
|
35
|
65
|
X1
|
36
|
60
|
X1
|
37
|
60
|
X1
|
38
|
70
|
X1
|
39
|
65
|
X1
|
40
|
60
|
X1
|
41
|
80
|
X2
|
42
|
80
|
X2
|
43
|
70
|
X2
|
44
|
80
|
X2
|
45
|
70
|
X2
|
46
|
70
|
X2
|
47
|
80
|
X2
|
48
|
70
|
X2
|
49
|
80
|
X2
|
50
|
80
|
X2
|
51
|
75
|
X2
|
52
|
80
|
X2
|
53
|
70
|
X2
|
54
|
75
|
X2
|
55
|
70
|
X2
|
56
|
80
|
X2
|
57
|
80
|
X2
|
58
|
80
|
X2
|
59
|
90
|
X2
|
60
|
80
|
X2
|
61
|
80
|
X2
|
62
|
90
|
X2
|
63
|
70
|
X2
|
64
|
80
|
X2
|
65
|
90
|
X2
|
66
|
80
|
X2
|
67
|
80
|
X2
|
68
|
90
|
X2
|
69
|
80
|
X2
|
70
|
70
|
X2
|
71
|
80
|
X2
|
72
|
70
|
X2
|
73
|
80
|
X2
|
74
|
80
|
X2
|
75
|
70
|
X2
|
76
|
80
|
X2
|
77
|
90
|
X2
|
78
|
80
|
X2
|
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan
Menggunakan Prpgram SPSS
Group
Statistics
|
Variabel
|
N
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
Nilai x1
x2
|
40
39
|
63.00
78.46
|
7.910
6.194
|
1.251
992
|
Independent
Samples Test
|
|
Levene’s Test for Equality of Variances
|
t- test for Equality of Means
|
|||||||
F
|
Sig.
|
t
|
df
|
Sig. (2-tailed)
|
Mean Difference
|
Std. Error Difference
|
95 % Confidence Interval of the Difference
|
|||
Lower
|
Upper
|
|||||||||
Nilai Equal
Varianc
Es
Assum
Ed
Equal
Varianc
Es not
Assum
Ed
|
3.160
|
.079
|
-9.657
-9.687
|
77
73.601
|
.000
.000
|
-15.462
-15.462
|
1.061
1.596
|
-18.650
-18.642
|
-12.273
-12.281
|
Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan SPSS
di atas, ternyata menghasilkan nilai yang sama dengan perhitungan secara
manual.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisis data dan pembuktian hipotesis,
menunjukkan bahwa antara hasil belajar melalui metode drill dengan metode
pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Pampangan yaitu
ada perbedaan. Secara rinci akan dibahas sebagai berikut :
4.3.1 Hasil Belajar Siswa Melalui
Metode Drill
Dari hasil tes yang dilaksanakan peneliti dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal- soal
sejarah melalui metode drill terhadap 40 siswa di kelas VII.1 SMP Negeri 2
Pampangan diperoleh nilai rata- rata siswa yaitu x1 = 63, sedangkan standar
deviasinya yaityu s1 = 7,910. Maka, dapat dikatakan bahwa nilai tes siswa dalam
pembelajaran sejarah dengan nilai rata- rata 63 dikategorikan cukup.
Berdasarkan buku laporan Dinas Pendidikan Nasional SMP Negeri 2 Pampangan rata-
rata nilai 56 – 70 dikategorikan cukup. Ini berarti bahwa selama proses belajar
mengajar berlangsung siswa mampu menerima dan memahami pelajaran yang diberikan
guru serta dapat memotivasi siswa dalam belajar sejarah.
Salah satu factor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu metode yang diterapkan
oleh guru. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak
menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli
fsikologi dan pendidikan (Djamarah, 2006:72).
Selama proses belajar mengajar berlangsung, metode
yang diterapkan oleh peneliti yaitu metode drill yang lebih menekankan pada
hasil belajar siswa yang berupa latihan soal- soal sejarah berbentuk tes esai.
Sebelum tes tersebut diberikan, terlebih dahulu guru memberikan materi tentang
sejarah kepada siswa agar siswa mamahami dan menguasai materi tersebut dengan
jelas. Selain itu, selama proses belajar mengajar berlangsung, sebagai guru
diwajibkan menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga sejalan dengan
metode yang diterapkan. Latihan yang diberikan kepada siswa yaitu secara
perorangan atau perindividu agar lebih mudah mengtahui kemajuann siswa, mudah
mengontrol, dan mengoreksi hasil tes tersebut.
Latihan- latihan yang disajikan kepada siswa,
memiliki kriteria- kriteria soal seperti mudah, sedang, dan sulit. Lamanya
waktu mengerjakan soal latihan tersebut selama dua jam pelajaran yaitu 2 x 40
menit. Dari hasil tes yang diperoleh, nilai masing- masing siswa bervariasi,
walaupun ada beberapa siswa yang nilainya di bawah standar karena waktu yang
tersedia untuk latihan tidak begitu cukup. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa melalui metode drill cukup serta tingkat pemahaman siswa dalam
menyelesaikan soal- soal yang disajikan cukup berhasil.
4.3.2 Hasil Belajar Siswa Melalui
Metode Pemberian Tugas
Dari hasil tes yang dilaksanakan peneliti dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal- soal
sejarah melalui metode pemberian tugas terhadap 39 siswa di kelas VII.2 SMP
Negeri 2 Pampangan diperoleh niali rata- rata siswa yaitu x2 = 78,46, sedangkan
standar deviasinya yaitu s2 = 6,194. Maka, dapat dikatakan bahwa nilai tes
siswa dalam pembelajaran sejarah dengan nilai rata- rata 78,46 dikategorikan
baik. Berdasarkan buku laporan Dinas Pendidikan Nasional SMP Negeri 2 Pampangan
rata- rata nilai 71- 85 dikategorikan baik. Ini berarti bahwa selama proses
belajar mengajar berlangsung siswa belajar dengan aktif, bertanggung jawab atas
apa yang dikerjakan serta dapat
memotivasi siswa dalam belajar sejarah. Hal ini sesuai dengan dengan kelebihan
dari metode yang diterapkan peneliti selama proses belajar mengajar yaitu
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak, memupuk rasa
tanggung jawab dan memperkuat motivasi belajar.
Salah satu factor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan siswa dalam belajar mengajar yaitu metode yang diterapkan oleh guru.
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bika tidak menguasai satu
pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli fsikologi
dan pendidikan (Djamarah, 1991:72). Metode yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi bermacam- macam salah satunya adalah metode pemberian
tugas. Menurut Ahmadi (2005:61) “metode pemberian tugas adalah metode
pembelajaran dengan memberikan tugas kepada murid di luar jam pelajaran”.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, metode
yang digunakan oleh peneliti yaitu metode pemberian tugas yang lebih
melaksanakan pada hasil belajar siswa berupa tugas rumah dengan bentuk esai.
Pada proses belajar mengajar, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan dengan
tujuan mengingat kembali pelajaran yang pernah mereka pelajari yang masih
berkaitan dengan pelajaran yang akan dipelajari (apersepsi). Metode pemberian
tugas ini dilakukan karena pelajaran tidak sempat dilaksanakan di kelas. Untuk
menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas
dengan soal- soal yang harus dikerjakan dirumah.
Setelah pekerjaan rumah itu diselesaikan siswa harus
melewati fase- fase mempertangung jawabkan
tugasnya yaitu berupa laporan lisan maupun tulisan, ada Tanya jawab/
diskusi kelas mengenai pembahasan latihan tersebut serta terakhir penilaian
hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan non tes. Latihan- latihan
yang disajikan kepada murid memiliki kriteria- kriteria soal seperti mudah,
sedang, dan suli. Lamanya waktu mengerjakan latihan tersebut tidak ditentukan
karena soal- soal tersebut dilaksanakan di rumah, jadi siswa memiliki waktu
yang banyak. Oleh karena itu nilai yang diperoleh siswa di atas standar. Hal
ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa melalui metode pemberian tugas sudah baik
serta tingkat pemahaman siswa dalam mengerjakan soal- soal yang disajikan sudah baik.
4.3.3
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Drill dengan Metode Pemberian
Tugas
Penelitian dilakukan dalam proses pembelajaran mata
pelajaran sejarah dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui
metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di
kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini ialah “ Ada
perbedaan hasil belajar siswa melalui metode drill dengan metode pemberian
tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan”.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji t yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa melalui metode
drill diperoleh rata- rata nilai adalah x1 = 63 dan standar deviasi adalah s1 =
7,910 sedangkan hasil belajar siswa melalui pemberian tugas diperoleh rata-
rata nilai adalah x2 = 78,46 dan standar deviasi adalah s2 = 6,194. Berdasarkan
penjelasan tersebut, untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk mengetahui
perbandingan hasil belajar siswa melalui metode drill dengan metode pemberian
tugas dalam mata pelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan,
peneliti menggunakan uji t dengan taraf signifikan 5 %. Berdasarkan analisis data
yang diperoleh t hitung = -9,657 dan derajat kebebasan dk = n1 = n2 – 2.
Dengan kriteria pengujiannya ialah : Ho diterima
jika –t(1-1/2a) <t<t(1-1/2a) dengan peluang (1-1/2a), a=0,05. Ho ditolak
untuk harga t lainnya. Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung= -9,657 dan
t tabel = 1,98, ini berarti Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan “Ada perbedaan hasil belajar siswa melalui metode drill dengan
metode pemberian tugas di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan” diterima
kebenarannya.
Ini berarti hasil belajar siswa dalam menyelesaikan
soal- soal sejarah melalui metode drill tidak lebih baik dari hasil belajar
siswa dalam menyelesaikan soal- soal
sejarah melalui metode pemberian tugas di kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan peneliti, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- rata- rata nilai bidang kognitif siswa melalui metode drill dalam mata pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Pampangan dikategorikan cukup.
- Rata- rata nilai bidang kognitif siswa melalui metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Pampangan dikategorikan baik.
- Rata- rata nilai dibidang kognitif siswa menggunakan metode drill tidak baik dari rata- rata nilai kognitif siswa menggunakan metode pemberian tugas dalam pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Pampangan.
5.2 Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian
tentang “Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode Drill dengan
Metode Pemberian Tugas dalam mata pelajaran Sejarah di SMP Negeri 2 Pampangan”.
Dapat diberikan saran sebagai berikut:
- Dapat dijadikan acuan bagi guru program studi Sejarah dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunbakan metode drill dan metode pemberian tugas.
- Siswa diharapkan mendapat situasi baru, pengalaman baru dalam belajar sejarah dan lebih dari itu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman akan pelajaran sejarah.
- Bagi yang akan meneliti, dapat menjadi salah satu bahan acuan di dalam melakukan penelitian yang lebih baik lagi.
DAFTAR
RUJUKAN
Afriani, Evi. 2008. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Drill Dengan
Metode Pemberian Tugas Dalam Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Himpunan
Di SMP Negeri 7 Palembang. Universitas Muhammadiyah Palembang
Djamarah,
Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dheysi.
2014. Materi Pendidikan Sejarah.
(online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar.
Diakses 14 Mei 2014 jam 04.24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar