KEBUDAYAAN JEPANG KUNO
Pada zaman
purba, Jepang dihuni oleh orang Ainu atau Ezo. Orang Ainu merupakan bangsa unik
dan tidak memiliki hubungan dengan suku manapun. Orang Jepang modern pindah ke
kepulauan ini pada zaman prasejarah dari Korea dan Manchuria di daratan Asia.
Mereka mendesak orang Ainu sehingga pindah ke pulau paling utara, Hokkaido.
- Zaman prasejarah Jepang
1.Zaman Paleolitik
Kapak batu yang diekskavasi dari situs B Hinatabayashi, Shinano, Prefektur Nagano
dari zaman Pra-Jōmon (Paleolitik), 30.000 SM. Museum Nasional Tokyo. Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari
sekitar 100.000 hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir
sekitar 12.000 SM pada akhir zaman es terakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jōmon.
Bukti-bukti penggalian arkeologi menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni
orang sejak 35.000 SM. Kepulauan Jepang terpisah dari daratan Asia setelah
zaman es terakhir sekitar 11.000 SM. Setelah terungkapnya pengelabuan zaman
Paleolitik Jepang oleh peneliti amatir Shinichi Fujimura,
bukti-bukti asal zaman Paleolitik Bawah dan zaman
Paleolitik Tengah yang
diklaim oleh Fujimura dan rekan-rekan telah diteliti ulang dan ditolak.
2.Zaman Jōmon
Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM.
Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000
SM dengan adanya kebudayaan Jōmon yang
bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul
semi-sedenter Mesolitik
hingga Neolitik.
Mereka tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang digali dan di
atasnya didirikan rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal
bentuk awal dari pertanian, namun belum mengenal cara menenun
kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman
Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke
atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau
tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan,
menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar
tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang, dan
barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM. Boneka
tanah liat yang disebut dogū
juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-barang rumah tangga menunjukkan
kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya sampai ke Okinawa.
Analisis DNA
menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu
adalah keturunan orang zaman Jōmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama
penghuni Jepang. Budaya Jomon yang paling terkenal karena tembikar nya
– Jomon potongan tembikar yang mungkin artefak yang paling awal tembikar yang
ada, atau setidaknya di antara penemuan gerabah paling awal di dunia. Jomon
budaya juga terkenal dengan ekspresi seni keramik, untuk berbagai tekstur
permukaan, dekorasi, bentuk dan gaya. Bentuk yang paling rumit dari tembikar
dibuat di daerah pegunungan di tengah yang mendalam secara khusus dikagumi.
Bahkan, kebudayaan Jomon mengambil nama dari bentuk khas dekorasi pot nya,
kabel menandai yang disebut Jomon dalam bahasa Jepang. Periode yang berbeda
dari era Jomon dibagi sesuai dengan karakteristik yang berbeda dari tembikar
dari setiap periode. Budaya Jomon juga terkenal karena teknologi penangkapan
ikan. Para fishhooks dan tombak togglehead bahwa pemburu Jomon digunakan untuk
menangkap ikan dan mamalia laut dengan, adalah negara-of-the-art teknologi,
untuk masa prasejarah itu.
3.Zaman Yayoi
Sekitar
tahun 300 SM, Yayoi mulai tumbuh menjadi suku utama Jepang. Mereka mendatangkan
perunggu, besi, beras, dan padi-padian dari Korea dan Cina. Suku Yayoi
membentuk kebudayaan Jepang dan agama Shinto yang menyembah roh alam (kani) dan leluhur suku. Tradisi
mengatakan bahwa Jimmu, kaisar (tenno)
pertama yang legendaries, merupakan cucu Amreratsu, ‘Dewi Matahari’ muncul pada
tahun 660 SM. Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar
400 SM atau 300 SM hingga 250 Masehi.
Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō, Tokyo
ditemukan artefak asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi. Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi
sudah mulai dapat menenun,
bertanam padi,
mengenal perdukunan
serta pembuatan perkakas dari besi
dan perunggu
yang dipelajari dari Korea atau Cina. Sejumlah studi paleoetnobotani
menunjukkan teknik menanam padi
di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan
menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM. Dokumen
tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah Buku Han Akhir
asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, "Di seberang lautan dari Distrik Lelang tinggal
orang-orang Wa. Mereka ada lebih dari
dari 100 suku, mereka sering datang dan membayar upeti." Catatan Sejarah Tiga Negara dari
abad ke-3 mencantumkan negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil
yang diperintah oleh dukun wanita bernama Himiko dari Yamataikoku. Semasa Dinasti Han
dan Dinasti Wei, pengelana
Cina tiba di Kyushu
dan mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana. Menurut para pengelana
Cina, mereka adalah keturunan dari Paman Agung (Tàibó) dari negara Wu. Penduduk di sana juga
menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Cina yang mengenal tato, tradisi mencabut gigi, dan menggendong
bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat
ciri-ciri fisik yang mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang digambarkan dalam
boneka haniwa. Laki-laki berambut panjang yang
dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan pakaian terusan
berukuran besar. Situs Yoshinogari
adalah situs arkeologi terbesar untuk peninggalan orang zaman Yayoi yang
mengungkap adanya permukiman di Kyushu yang sudah didiami orang secara terus
menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan artefak tertua
berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang ditemukan terdapat perkakas
besi dan perunggu, termasuk perkakas dari Korea dan Cina. Dari barang-barang
peninggalan diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak dan
berdagang dengan orang dari Daratan Cina. Orang-orang Yayoi yang lebih
tinggi, built lebih ringan dan memiliki wajah slenderer dari penduduk Jomon
yang telah menduduki pulau-pulau Jepang sebelum mereka. Budaya Yayoi
memantapkan dirinya, pertama di selatan – di utara Kyushu, menyebar dengan
cepat ke timur laut di sepanjang pantai Sannin dan sejauh dataran Kanto. Para
arkeolog telah menemukan artefak banyak, sisa-sisa dan bukti lain dari budaya
Yayoi. Kita bisa belajar banyak tentang kehidupan selama periode Yayoi dengan
memeriksa dan menjelajahi beberapa jalur yang mengarah kembali ke zaman Yayoi
termasuk: gerabah Yayoi; tersisa dari Yayoi arsitektur dan permukiman; besi dan
perunggu senjata; lonceng perunggu, cermin perunggu dan uang logam; besi
berujung dan pertanian alat; padi karbonisasi dan sisa-sisa serbuk sari dan
sisa-sisa sawah; kuburan dengan barang bergengsi baru.
- Zaman kuno dan zaman klasik Jepang
1.Zaman
Yamato
Sekitar
tahun 167 M, seorang pendeta wanita tua mengangkat Himiko, daari suku Yamato,
menjadi penguasa. Pendeta itu menggunakan pengaruh keagamaannya untuk
menyatukan sekitar 30 suku Jepang. Himiko mengirim sejumlah duta ke Cina. Sejak
saat itu, kebudayaan Cina dan, kemudian, agama Buddha, mulai mempengaruhi
bangsa Jepang. Kekuasaan Yamato berkembang selama abad ke-3 M. Para kaisar Jepang
masa kini dapat menelusuri garis keturunan mereka hingga Yamato, yang
menyatakan dirinya sebagai keturunan dewi matahari. Selama periode ini, hingga
tahun 646, sebagian besar Jepang dipersatukan sebagai satu negara yang juga
mencakup bagian selatan Korea. Agama Shinto terancam oleh berkembangnya agama
Buddha selama abad ke-6. Sekitar tahun 600, Pangeran Shotoku melakukan
pembaharuan negara Yamato. Ia mendirikan pemerintahan terpusat bergaya Cina
serta mengurangi kekuasaan para kepala suku. Bebagai kuil dan kota dibangun.
Terjadi pula kemajuan besar dalam bidang kebudayaan. Abad ke-8 merupakan zaman
keemasan Jepang. Perselisihan antara agama Shinto dan Buddha terselesaikan
dengan menyatukan keduanya sebagai kebudayaan agama Jepang. Selama periode
Kofun, para pemimpin Yamato memegang peran sakral sebagai raja imam kuat.
Pertumbuhan pertanian peledak selama bagian terakhir abad ketiga, dan buah dari
padanya, memberi raja Yamato kemampuan untuk mengumpulkan sumber daya manusia
dan fisik yang diperlukan untuk membangun gundukan besar dan untuk melakukan
kampanye militer ke semenanjung Korea. Enam gundukan pemakaman besar
(masing-masing lebih dari dua kali lebih besar setiap gundukan ditemukan di
Korea) telah ditemukan terletak di kaki Gunung Miwa. Raja Suijin, diyakini
dimakamkan di kelima dari enam gundukan Shiki. Ada ada hubungan erat antara
raja-raja pertama Yamato dan menyembah dewa lokal (disebut KAMI) yang berada di
Gunung Miwa. Hal ini dapat dilihat dari penyelidikan ke dalam situs Miwa Mt dan
mitos-mitos, tradisi serta persembahan dan simbol-simbol keagamaan di sekitar
gunung suci. Yamato telah makmur di bawah kekuasaan raja-raja Saki, kontrol
batas wilayah diperluas, sehingga jumlah akumulasi kekuasaan mereka, kekayaan
dan kewenangan sekarang diturunkan kepada garis keturunan. Gundukan telah
demikian menjadi simbol dan menegaskan otoritas ilahi dikirim ke penerus hidup,
pembangun gundukan. Raja-raja dimakamkan di gundukan Saki mewarisi otoritas
raja Shiki sebelumnya. Jadi gundukan Saki dibangun berturut-turut tidak hanya
untuk menghormati jiwa-jiwa para raja Yamato meninggal, tetapi juga sebagai
simbol otoritas turun-temurun.
Sebagai raja Yamato diperluas ke
daerah lain di Jepang, selama tahun-tahun terakhir abad ke-4, mereka membawa
tanah di barat, dan di timur laut di bawah Yamato kontrol. Kampanye militer
Yamato Takeru no Mikoto yang dicatat dalam Nihon Shoki dan Kojiki bersama
dengan menyebutkan bantuan ilahi yang diterima dari KAMI dan makhluk gaib
lainnya.
2.Zaman Kofun
Helm besi dan baju besi
dengan hiasan berkilat dari perunggu (zaman Kofun, abad ke-5). Koleksi Museum Nasional Tokyo. Zaman Kofun dimulai
sekitar 250 M. Nama zaman ini berasal dari tradisi
orang zaman itu untuk membuat gundukan makam (tumulus)
yang disebut kofun.
Pada zaman ini sudah terdapat negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan
berpengaruh sebagai penguasa. Salah satu di antaranya terdapat negara Yamato
yang dominan, dan berpusat di Provinsi Yamato
dan Provinsi Kawachi. Negara Yamato berlangsung
dari abad ke-3 hingga abad ke-7, dan merupakan asal garis keturunan kekaisaran Jepang.
Negara Yamato yang berkuasa atas klan-klan lain dan memperoleh lahan-lahan
pertanian mempertahankan pengaruh yang kuat di Jepang bagian barat. Jepang
mulai mengirimkan utusan ke
Kekaisaran Cina pada abad ke-5. Dalam dokumen sejarah Cina ditulis
tentang negara Wa yang memiliki lima raja. Sistem
pemerintahan di Wa meniru model Cina yang menerapkan sistem administrasi
terpusat. Sistem kekaisaran juga mengambil model dari Cina, dan masyarakat
dibagi menjadi strata berdasarkan profesi. Hubungan yang erat antara Jepang
dengan Tiga Kerajaan Korea dimulai pertengahan zaman
Kofun, sekitar akhir abad ke-4.
3.Zaman Asuka
Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato secara bertahap
menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki
undang-undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taihō dan
butir-butir Reformasi Taika. Masuknya agama Buddha di
Jepang mengakibatkan orang tidak lagi membuat makam berbentuk kofun. Agama Buddha masuk ke
Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje
yang mendapat dukungan militer dari Jepang. Penyebaran agama Buddha di Jepang
dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam
penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang.
Ia berjasa menyusun Konstitusi 17 Pasal yang
membawa perdamaian di Jepang. Konstitusi yang disusunnya dipengaruhi oleh
pemikiran Konfusianisme tentang berbagai moral dan kebajikan yang
diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar. Dalam sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran
Jepang ke Kekaisaran Cina pada tahun
607 ditulis kata-kata, "Kaisar negeri matahari terbit (Jepang) mengirimkan
surat kepada kaisar di negeri matahari terbenam (Cina)". Surat tersebut
menyebabkan kemarahan kaisar Cina. Dimulai
dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang
semakin giat mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan reorganisasi
pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana (Ritsuryō) dengan mengikuti struktur
administrasi Cina pada waktu itu. Istilah Nihon juga mulai dipakai sebagai nama negara sejak zaman Asuka.
4.Zaman Nara
Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat. Pada tahun
710, Kaisar Gemmei mengeluarkan
perintah kekaisaran yang memindahkan ibu kota ke Heijō-kyō
yang sekarang bernama Nara. Heijō-kyō dibangun dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang
di Chang'an
(sekarang disebut Xi'an).
Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota keluarga
kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara.
Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal
dengan Dinasti Tang. Pada 784,
ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō untuk menjauhkan istana dari pengaruh para biksu,
sebelum akhirnya dipindahkan ke Heian-kyō
(Kyoto).
Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8 dengan selesainya
penyusunan kronik Kojiki (712)
dan Nihon Shoki
(720). Dalam kedua buku sejarah tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari
awal sejak zaman mitologi Jepang. Di dalamnya ditulis tentang
pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar Jimmu
yang keturunan langsung dari Amaterasu. Menurut kedua kronik tersebut Kaisar Jimmu
merupakan leluhur dari garis keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu
sering dianggap sebagai kaisar mitos karena kaisar pertama berdasarkan
bukti-bukti sejarah adalah Kaisar Ōjin yang
tahun-tahun masa pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas. Sejak zaman
Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di
tangan bangsawan istana, shogun,
militer, dan sekarang di tangan perdana menteri.
5.Zaman Heian
Periode akhir sejarah
klasik Jepang berlangsung dari 794
hingga 1185
yang disebut zaman Heian. Puncak kejayaan istana kekaisaran di bidang puisi dan sastra
terjadi pada zaman Heian. Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu
menulis novel Hikayat Genji
yang hingga kini merupakan salah satu dari novel tertua di dunia. Pada zaman
Heian selesai disusun naskah tertua koleksi puisi Jepang, Man'yōshū
dan Kokin Wakashū. Pada
zaman Heian berkembang berbagai macam kebudayaan lokal, misalnya aksara kana
yang asli Jepang. Pengaruh budaya Cina surut setelah sampai di puncak keemasan.
Pengiriman terakhir utusan Jepang ke Dinasti Tang
berlangsung pada tahun 838 sejalan dengan kemunduran Dinasti Tang. Walaupun
demikian, Cina dalam terus berlanjut sebagai negara tujuan ekspedisi dagang dan
rombongan peziarah agama Buddha. Kekuasaan politik istana kekaisaran berada di
tangan segelintir keluarga bangsawan yang disebut kuge, khususnya klan Fujiwara
yang berkuasa dengan gelar Sesshō and Kampaku.Pada
akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai.
Empat klan samurai yang paling kuat adalah klan Minamoto,
klan Taira,
klan Fujiwara,
dan klan Tachibana. Memasuki
akhir abad ke-12, konflik antarklan berubah menjadi berbagai perang saudara
seperti Pemberontakan Hōgen dan Pemberontakan Heiji. Setelah berakhirnya Perang Genpei, Jepang
berada di bawah pemerintahan militer oleh klan-klan samurai di bawah pimpinan
seorang shogun.
6.Zaman feodal
Dalam sejarah Jepang, zaman feodal
dibagi menjadi dua bagian. Paruh pertama disebut abad pertengahan (chūsei) dari zaman Kamakura
hingga zaman Muromachi, sementara paruh kedua disebut
abad modern (kinsei) dari zaman Azuchi-Momoyama hingga zaman Edo.
Zaman feodal di Jepang berlangsung dari abad ke-12 hingga abad ke-19, ditandai
oleh pemerintahan daerah oleh keluarga-keluarga daimyo di bawah
kendali pemerintahan militer keshogunan. Kaisar hanya berperan sebagai kepala
negara de jure
sementara kekuasaan berada di tangan shogun.
7.Zaman Kamakura
Keshogunan Kamakura berkuasa di Jepang dari
tahun 1185 hingga 1333 yang disebut zaman Kamakura yang merupakan zaman
transisi menuju abad pertengahan Jepang. Abad pertengahan berlangsung selama
hampir 700 tahun ketika pemerintah pusat, istana, dan Kaisar Jepang umumnya
hanya menjalankan fungsi-fungsi seremonial. Urusan sipil, militer, dan
kehakiman dikendalikan oleh kelas samurai. Secara de facto, penguasa negeri kekuasaan politik berada di tangan
shogun yang berasal dari klan samurai yang terkuat. Pada 1185, Minamoto no Yoritomo menghancurkan klan Taira
yang merupakan musuh bebuyutan klan Minamoto. Setelah pada tahun 1192 diangkat
oleh Kaisar sebagai Seii Tai-Shogun,
Yoritomo mendirikan pemerintahan militer di Kamakura dan berkuasa sebagai shogun pertama Keshogunan Kamakura. Setelah wafatnya Yoritomo,
klan Hōjō
menjadi klan yang berpengaruh dan bertugas sebagai wali shogun.
Samurai
menyerang kapal-kapal Mongol pada tahun 1281. Peristiwa terbesar dalam periode
Kamakura adalah invasi Mongol ke Jepang antara 1272 dan 1281.
Pasukan Mongol dengan teknologi angkatan laut dan persenjataan yang unggul
mencoba menyerbu ke kepulauan Jepang. Angin topan yang kemudian dikenal sebagai
kamikaze
(angin dewa) membuat kekuatan invasi Mongol tercerai-berai. Meskipun demikian,
beberapa sejarawan bersikeras bahwa pertahanan pantai yang dibangun Jepang di Kyushu cukup memadai
untuk mengusir para penyerbu. Walaupun invasi Mongol berhasil digagalkan, usaha
mengatasi serbuan bangsa Mongol menyebabkan berakhirnya kekuasaan keshogunan
akibat kekacauan politik dalam negeri. Zaman Kamakura berakhir setelah
runtuhnya kekuasaan Keshogunan Kamakura pada tahun 1333. Kekuasaan dikembalikan
ke tangan kekaisaran di bawah pemerintahan Kaisar Go-Daigo
dalam masa Restorasi Kemmu yang hanya berlangsung singkat.
Pemerintahan Go-Daigo kembali ditumbangkan oleh Ashikaga Takauji.
8.Zaman Muromachi
Dalam periodisasi
sejarah Jepang, zaman Muromachi berlangsung dari sekitar tahun
1136 hingga 1673 ketika kekuasaan pemerintah berada di tangan Keshogunan Ashikaga yang juga disebut
Keshogunan Muromachi. Pendiri Keshogunan Ashikaga adalah Ashikaga Takauji
yang merebut kekuasaan politik dari Kaisar Go-Daigo
dan sekaligus mengakhiri Restorasi Kemmu. Zaman Muromachi berakhir pada
tahun 1573 ketika shogun ke-15 sekaligus shogun Muromachi terakhir, Ashikaga Yoshiaki diusir
dari ibu kota Kyoto oleh Oda Nobunaga. Tahun-tahun awal zaman Muromachi juga disebut zaman Nanboku-cho
atau zaman Istana Utara-Istana Selatan ketika kekuasaan istana terbelah dua
menjadi Istana Utara dan Istana Selatan. Sejak tahun 1467 hingga berakhirnya
zaman Muromachi disebut sebagai zaman Sengoku
atau "zaman negara-negara bagian yang berperang". Pada zaman Sengoku
terjadi perang saudara dan perebutan kekuasaan antarprovinsi. Pada masa ini
pula terjadi kontak pertama Jepang dengan orang-orang Barat yang disebut Perdagangan dengan Nanban ketika
pedagang-pedagang Portugis tiba di Jepang.
Lihat pula: Perdagangan Nanban dan
zaman Sengoku
Sebuah kapal Portugis yang berlayar ke
Cina terkena badai dan merapat di sebuah pulau Jepang bernama Tanegashima. Senjata api
yang diperkenalkan oleh orang Portugis membawa kemajuan teknologi militer dalam
periode Sengoku,
dan berpuncak pada Pertempuran Nagashino yang
melibatkan pasukan samurai yang dipersenjatai dengan 3.000 pucuk arquebus
(jumlah sebenarnya diperkirakan sekitar 2.000 pucuk). Selama perdagangan dengan
Nanban, para pedagang dari negara-negara lainnya, Belanda, Inggris, dan Spanyol
juga ikut berdatangan. Kedatangan para pedagang juga membawa penyebar agama
Kristen, Serikat Yesuit,
Ordo Dominikan,
dan misionaris Fransiskan.
9.Zaman Azuchi-Momoyama
Dari tahun 1568 hingga
1600 di Jepang disebut zaman Azuchi-Momoyama. Jepang bersatu secara
militer dan negara menjadi stabil di bawah kekuasaan Oda Nobunaga
yang dilanjutkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Istilah zaman Azuchi-Momoyama berasal dari
nama istana (kastil) yang menjadi markas kedua pemimpin besar, Nobunaga di Istana Azuchi dan
Hideyoshi di Istana Momoyama. Setelah
berhasil menyatukan Jepang, Hideyoshi berusaha memperluas wilayah dengan melakukan
invasi ke Korea. Dua kali usaha penaklukan
Korea berakhir dengan ditarik mundurnya pasukan Hideyoshi dari Semenanjung
Korea pada tahun 1598 akibat dikalahkan pasukan gabungan Korea dan Cina, serta
wafatnya Hideyoshi. Konflik suksesi pasca-Hideyoshi berakhir dengan munculnya Tokugawa Ieyasu
sebagai pemimpin baru Jepang. Kekuasaan pemerintahan beralih ke tangan Ieyasu
setelah mengalahkan pasukan pendukung Toyotomi Hideyori
dalam Pertempuran Sekigahara.
10.Zaman Edo (1603-1868)
Pada zaman Edo adalah
pemerintahan otonomi daerah berada di tangan lebih dari dua ratus pejabat daimyo. Sebagai klan
terkuat, pemimpin klan Tokugawa dari
generasi ke generasi menjabat sebagai shogun (sei-i taishōgun). Keshogunan Tokugawa yang bermarkas di Edo (sekarang Tokyo)
memimpin para daimyo di masing-masing daerah otonom yang disebut domain
(han). Kelas samurai
ditempatkan oleh keshogunan di atas kelas rakyat biasa, petani, perajin, dan
pedagang. Keshogunan mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala aspek
kehidupan, dimulai dari potongan rambut dan busana untuk masing-masing kelas
dalam masyarakat. Shogun mewajibkan para daimyo secara bergantian untuk
bertugas di Edo. Mereka disediakan rumah kediaman mewah di Edo agar tidak
memberontak. Kekuatan militer daimyo daerah ditekan, dan diharuskan meminta
izin dari pusat sebelum dapat memperbaiki fasilitas militer. Keshogunan
Tokugawa runtuh setelah Perang Boshin 1868-1869. Zaman Edo adalah zaman keemasan seni
lukis ukiyo-e
dan seni teater kabuki
dan bunraku.
Sejumlah komposisi terkenal untuk koto dan shakuhachi berasal dari
zaman Edo.