JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 2
FILOSOFI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN NILAI TOPIK 2
PENTINGNYA PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI DI SEKOLAH DASAR
Disusun Oleh :
Nama : Mohammad Deri Juniko, S.Pd
No. UKG : 202300282696
Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
PESERTA PPG DALAM JABATAN GURU TERTENTU TAHAP II
LPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2025
A. PENDAHULUAN
Pendidikan di sekolah dasar merupakan fondasi awal dalam membentuk karakter, kepribadian dan kecerdasan peserta didik. Pada tahap ini, anak berada pada masa perkembangan yang sangat peka terhadap pembentukan sikap dan perilaku. Pembiasaan yang diberikan di usia sekolah dasar akan melekat kuat hingga dewasa, sehingga sangat penting bagi sekolah untuk tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada penanaman nilai-nilai moral, sosial, dan kebangsaan. Penerapan pendidikan nilai di sekolah dasar menjadi semakin penting di tengah perkembangan zaman yang diwarnai oleh kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial yang cepat. Arus informasi yang begitu deras, baik positif maupun negatif, dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak. Tanpa landasan nilai yang kuat, peserta didik berisiko kehilangan arah dan mudah terpengaruh oleh pengaruh negatif lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan nilai berfungsi sebagai filter moral yang membimbing peserta didik untuk membedakan mana yang benar dan salah, baik dan buruk.
Nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, toleransi, dan cinta tanah air perlu diintegrasikan ke dalam seluruh aktivitas sekolah, baik melalui kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, maupun interaksi sehari-hari di lingkungan sekolah. Guru memiliki peran strategis sebagai teladan (role model) yang dapat memberikan pengaruh langsung terhadap sikap dan perilaku siswa. Selain itu, pendidikan nilai di sekolah dasar membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, harmonis, dan inklusif. Peserta didik belajar menghargai perbedaan, bekerja sama dalam keberagaman dan membangun hubungan sosial yang sehat. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab sebagai warga negara.
Namun, pendidikan nilai tidak hanya diperuntukkan bagi siswa semata. Seluruh warga sekolah baik Guru, Kepala Sekolah, Staf Kependidikan bahkan orang tua perlu terlibat dalam proses ini. Pendidikan nilai harus menjadi budaya sekolah yang hidup dan berkembang dalam setiap interaksi sosial dan kegiatan harian di sekolah. Dengan demikian, penerapan pendidikan nilai di sekolah dasar bukan hanya sebuah kebutuhan, melainkan sebuah keharusan. Keberhasilan pendidikan nilai akan membekali peserta didik dengan karakter yang kokoh sehingga mereka mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri dan tetap berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.
B. LANDASAN PENDIDIKAN NILAI
Pendidikan nilai memiliki posisi strategis dalam sistem pendidikan nasional karena berfungsi membentuk kepribadian, karakter, dan perilaku peserta didik agar selaras dengan norma, etika, dan budaya bangsa. Pendidikan nilai merupakan proses internalisasi nilai-nilai tertentu kepada peserta didik agar menjadi bagian dari sikap, perilaku, dan kepribadian mereka. Teori-teori seperti teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg dan teori belajar sosial Albert Bandura menjadi dasar pendekatan dalam pendidikan nilai di sekolah dasar. Landasan pendidikan nilai dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu filosofis, yuridis dan psikologis.
1. Secara filosofis, pendidikan nilai berlandaskan pada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sumber dari segala norma hukum di Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai universal seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial, yang menjadi pedoman hidup warga negara. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara juga menjadi pijakan penting, dengan prinsip “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang menekankan teladan, dorongan, dan bimbingan dalam pembentukan karakter peserta didik.
2. Secara yuridis, pendidikan nilai memiliki dasar hukum yang kuat, antara lain Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter juga menegaskan integrasi nilai-nilai utama dalam pembelajaran.
3. Secara psikologis, pendidikan nilai penting karena masa sekolah dasar adalah periode pembentukan kepribadian. Anak-anak belajar melalui teladan, pembiasaan, dan pengalaman langsung. Nilai yang ditanamkan pada tahap ini akan membentuk pola pikir dan perilaku yang menetap hingga dewasa.
Dengan landasan yang kuat ini, pendidikan nilai menjadi bagian integral dari proses pendidikan di sekolah. Implementasinya harus menyeluruh, melibatkan guru, orang tua, dan masyarakat, sehingga nilai yang diajarkan tidak hanya dipahami, tetapi juga dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. TUJUAN PENDIDIKAN NILAI DI SEKOLAH DASAR
Pendidikan nilai di sekolah dasar bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik yang berkarakter, berakhlak mulia, dan mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Secara lebih rinci, tujuan tersebut meliputi:
1. Menanamkan dasar moral yang kuat sejak usia dini agar peserta didik memiliki pedoman dalam bersikap dan bertindak.
2. Membiasakan perilaku positif seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan rasa hormat terhadap orang lain.
3. Mengembangkan sikap toleransi dan menghargai keberagaman suku, agama, budaya, dan pendapat, sesuai dengan semangat persatuan Indonesia.
4. Mendorong kepedulian sosial dan lingkungan, sehingga siswa mampu berkontribusi positif bagi masyarakat sekitarnya.
5. Membentuk kemandirian dan integritas diri, agar siswa mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan nilai yang dianut.
6. Menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai panduan hidup warga negara Indonesia.
7. Menjadi landasan pembentukan karakter sepanjang hayat, sehingga nilai yang diajarkan di sekolah dapat terus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan tujuan-tujuan tersebut, pendidikan nilai di sekolah dasar diharapkan mampu mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya unggul dalam prestasi akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, bermoral, dan siap menghadapi tantangan zaman.
D. KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN NILAI DI SEKOLAH DASAR
Pendidikan nilai adalah proses menanamkan prinsip – prinsip yang baik dan benar secara moral yang membentuk sikap, tindakan dan perilaku. Nilai bisa bersifat ;
1. Personal (Internal) seperti kejujuran, tanggung jawab dan kemandirian,
2. Sosial (Interpersonal) seperti gotong royong, toleransi dan kerja sama,
3. Spiritual seperti religiusitas, keimanan dan kesalehan sosial.
Pendidikan nilai semakin terasa di tengah berbagai tantangan moral saat ini, seperti individualisme, perilaku tidak jujur, hingga kekerasan verbal maupun fisik di lingkungan sekolah. Pendidikan nilai tidak hanya membentuk perilaku, tetapi juga melatih empati, integritas, dan kesadaran sosial. Jika nilai-nilai tersebut tidak ditanamkan sejak dini, maka masa depan generasi muda akan menghadapi tantangan etis yang lebih berat.
E. NILAI – NILAI YANG HARUS DITANAMKAN DI SEKOLAH
Nilai |
Makna |
Siapa Yang Terlibat |
Kejujuran |
Bersikap jujur dalam ucapan dan tindakan |
Siswa, Guru dan Kepala Sekolah |
Disiplin |
Tepat Waktu dan Taat Aturan |
Semua Warga Sekolah |
Tanggung Jawab |
Menjalankan Tugas dengan Sungguh - Sungguh |
Guru, Siswa dan Staf Kependidikan |
Religius, Toleransi |
Menghargai Perbedaan Pendapat, Agama, Suku dan Budaya |
Siswa, Guru dan Kepala Sekolah |
Kerja Sama |
Saling membantu dan Gotong Royong |
Siswa, Guru dan Komite Sekolah |
Kepedulian |
Peduli terhadap Sesama dan Lingkungan |
Semua Warga Sekolah |
Nasionalisme |
Cinta Tanah Air dan Bangga Menjadi Warga Negara Indonesia |
Semua Warga Sekolah |
F. PERAN WARGA SEKOLAH DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI
1. Kepala Sekolah
· Memastikan semua kebijakan mencerminkan nila – nilai luhur.
· Mendorong terciptanya budaya sekolah yang positif.
· Menjadi teladan dalam kepemimpinan beretika.
2. Guru
· Menjadi teladan (role model) dan fasilitator nilai dalam pembelajaran.
· Memberi apresiasi dan teguran dengan bijak.
· Menyediakan kegiatan refleksi dan penguatan nilai di akhir pelajaran.
3. Tenaga Kependidikan
· Memberikan pelayanan dengan sopan dan adil.
· Menjaga integritas administrasi.
· Menjadi bagian dari pembentukan iklim sekolah yang ramah.
4. Orang Tua
· Menjadi mitra guru dalam menanamkan nilai.
· Memberikan teladan yang konsisten di rumah.
5. Peserta Didik
· Mengamalkan nilai – nilai yang diajarkan dalam kehidupan sehari – hari.
· Menghargai sesama dan mengikuti aturan Sekolah.
G. STRATEGI EFEKTIF PENANAMAN NILAI DI SEKOLAH
1. Keteladanan
Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan memberi contoh konkret dari nilai – nilai positif yang diajarkan.
2. Pembiasaan Harian
Kegiatan rutin seperti upacara bendera, doa bersama, senyum-salam-sapa, senam pagi, dan piket kelas.
3. Ekstrakurikuler dan Kegiatan Sosial
Pramuka, Jum’at bersih dan kegiatan keagamaan dapat memperkuat nilai-nilai tanggung jawab, kepemimpinan, dan kejujuran.
4. Cerita dan Dongeng Bermuatan Moral
Siswa lebih mudah memahami nilai lewat cerita inspiratif.
5. Lingkungan Fisik yang Mendidik
Papan quote motivasi, gambar pahlawan, atau pohon karakter di dinding kelas.
H. CONTOH PRAKTIK BAIK PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI DI SEKOLAH
“BUDAYA ANTRI DAN SALAM PAGI” |
||
Nilai |
Praktik |
Hasil |
Sopan santun, hormat, kedisiplinan dan tanggung jawab |
Sebelum memasuki ruang kelas, seluruh siswa diminta berbaris rapi di depan kelas sesuai urutan kedatangan. Dalam barisan ini siswa dilatih untuk sabar menunggu giliran, menjaga kerapian serta menunjukkan sikap hormat kepada guru. |
Menumbuhkan budaya saling menghargai dan meningkatkan kedisiplinan masuk sekolah tepat waktu |
|
||
PIKET BERSAMA DAN BUDAYA BERSIH KELAS |
||
Nilai |
Praktik |
Hasil |
Tanggung jawab, gotong royong dan cinta lingkungan |
Setiap kelas memiliki jadwal piket harian yang dilakukan secara kelompok. Guru membimbing dan ikut serta dalam kegiatan bersih-bersih, sekaligus menanamkan nilai kerja sama dan kepedulian |
Siswa terbiasa menjaga kebersihan dan merasa memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekolah |
|
||
FORUM TEMAN CURHAT (PEER SUPPORT) |
||
Nilai |
Praktik |
Hasil |
Empati, toleransi dan persaudaraan |
Sekolah membentuk kelompok kecil siswa (teman sebaya) untuk saling berbagi cerita atau kesulitan. Guru hanya sebagai pendamping. Tujuannya menumbuhkan empati dan saling mendukung. |
Siswa merasa lebih nyaman dan terbuka dalam menyampaikan perasaan serta belajar menghargai perbedaan |
|
|
|
PAPAN APRESIASI “BINTANG KARAKTER” |
||
Nilai |
Praktik |
Hasil |
Jujur, disiplin dan tolong-menolong |
Sekolah menyiapkan papan apresiasi di depan kelas untuk menampilkan siswa yang menunjukkan karakter positif selama seminggu. Penilaian berasal dari guru dan teman sekelas.
|
Hasil termotovasi untuk berbuat baik dan menjadi teladan bagi lainnya |
|
|
|
UPACARA BENDERA DENGAN SESI REFLEKSI NILAI |
||
Nilai |
Praktik |
Hasil |
Nasionalisme, tanggung jawab dan disiplin |
Setiap upaca hari senin, selain petugas bendera dari siswa, ada juga sesi “nilai mingguan” yang disampaikan oleh siswa atau guru seperti pentingnya jujur, menghormati orang tua dan guru atau menjaga persatuan |
Pendidikan karakter menjadi bagian dari rutinitas dan menjadi bahan refleksi bersama warga sekolah |
|
|
|
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU “IPAS TEMA LINGKUNGAN” |
||
Nilai |
Praktik |
Hasil |
Peduli lingkungan, tanggung jawab sosial |
Dalam pelajaran IPAS, guru mengajak siswa membuat proyek taman mini kelas dari barang bekas. Nilai-nilai seperti peduli, kreatif dan kerjasama ditekankan selama kegiatan |
Siswa tidak hanya memahami materi pelajaran, tetapi juga menekankan nilai peduli dan kreatif dalam kehidupan nyata |
|
|
|
I. REFLEKSI
Sebagai seorang pendidik di sekolah dasar, saya menyadari bahwa peran saya tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menjadi teladan dan pembimbing dalam membentuk karakter peserta didik. Pendidikan nilai menjadi aspek yang sangat penting karena pada jenjang inilah anak-anak mulai mengenal dan memahami dunia di sekitarnya, serta membentuk kebiasaan berpikir dan bertindak yang akan terbawa hingga dewasa.
Keteladanan adalah cara paling efektif dalam mengajarkan nilai. Maka saya sebagai pendidik/anggota sekolah harus mulai dari diri sendiri: bersikap jujur, disiplin, menghargai orang lain, dan bertindak adil. Pendidikan nilai tidak bisa diserahkan hanya kepada guru agama atau PPKn. Nilai harus diintegrasikan dalam semua mata pelajaran dan setiap aspek kehidupan sekolah. Hubungan antara warga sekolah harus dibangun atas dasar saling menghargai dan kerja sama. Dalam lingkungan yang positif, nilai-nilai kebaikan akan lebih mudah tumbuh. Orang tua, guru, dan sekolah harus bersinergi. Anak-anak tidak akan tumbuh dalam nilai yang kuat jika sekolah dan rumah memberikan contoh yang bertentangan
Anak usia sekolah dasar berada dalam tahap perkembangan moral dan sosial yang sangat dinamis. Mereka masih mencari figur untuk diteladani, serta nilai-nilai yang bisa mereka jadikan pedoman. Jika nilai-nilai positif seperti kejujuran, tanggung jawab, toleransi, kerja sama, dan cinta tanah air tidak ditanamkan sejak dini, maka akan sulit bagi mereka untuk mengembangkan karakter yang kuat dan positif di masa depan.
Melalui pendidikan nilai yang terintegrasi dalam pembelajaran, saya dapat membimbing siswa bukan hanya untuk menjadi pintar, tetapi juga untuk menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan. Saya percaya bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya diukur dari hasil ujian, melainkan juga dari sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai juga menjadi benteng yang kuat untuk menghadapi berbagai pengaruh negatif, baik dari lingkungan maupun dari perkembangan zaman. Di tengah kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi, peserta didik perlu dibekali dengan filter nilai agar mampu menyaring mana yang baik dan mana yang perlu dihindari.
Saya juga menyadari bahwa setiap siswa adalah pribadi yang unik. Mereka belajar nilai tidak hanya dari ceramah, tapi dari pengalaman nyata, interaksi sosial, dan suasana sekolah yang mendukung. Oleh karena itu, saya perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, penuh empati, dan menghargai perbedaan. Sebagai guru, saya berkomitmen untuk terus menjadi panutan, memperkuat budaya positif di sekolah, dan menjalin sinergi dengan orang tua dalam menerapkan pendidikan nilai, karena saya percaya, karakter yang kuat adalah pondasi dari masa depan bangsa yang unggul.
J. PENUTUP
Dengan demikian, penerapan pendidikan nilai di sekolah dasar merupakan fondasi esensial dalam membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman. Melalui integrasi nilai dalam setiap proses pembelajaran, diharapkan sekolah mampu menjadi ruang yang tidak hanya mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga menumbuhkan budi pekerti luhur yang menjadi bekal utama dalam kehidupan bermasyarakat. Peran guru sebagai teladan, fasilitator, dan pembimbing menjadi sangat vital untuk memastikan bahwa pendidikan nilai benar-benar terlaksana secara efektif dan berkelanjutan.
UMPAN BALIK REKAN SEJAWAT
MIKE WIJAYA, S.Pd., G.r (Kepala Sekolah) “Sebenarnya penerapan nilai ini sudah ada sejak lama tetapi kadang terabaikan karena dianggap umum. Dengan ini akan ditekankan kembali pendidikan nilai ke warga sekolah terutama guru agar selalu diterapkan dalam setiap pembelajaran.” |
NURMALA SARI, S.Pd.i (Guru Mapel PAI) “Saya sangat mengapresiasi ini, karena pendidikan nilai memang harus ditanamkan sejak dini agar peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga matang secara emosional dan sosial.“ |
VERY RAHMIATIN, S.Pd.,Gr (Guru / Wali Kelas III) “Saya setuju bahwa pendidikan nilai harus menjadi bagian dari budaya sekolah, bukan hanya isi kurikulum.“
|
UMPAN BALIK PESERTA DIDIK
Chayra Nadhifa / V. B “Saya senang ketika guru menyapa saya di pagi hari. Rasanya lebih semangat dan senang datang ke sekolah. Saya merasa diperhatikan dan disayangi. Sekolah menjadi lebih menyenangkan.” |
Naufal Achmad Rayyan / “Belajar tentang nilai – nilai seperti sopan santun dan tanggung jawab membuat saya jadi lebih berani minta maaf kalau salah dan membantu orang tua di rumah.” |
DOKUMENTASI
Pembacaan Yasin dan Doa Bersama |
Penerapan Budaya Antri dan Salam Pagi sebelum memulai Pembelajaran |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar