JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 1
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL (PSE) TOPIK 1
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
KEDALAM RANCANGAN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh :
Nama :Mohammad Deri Juniko, S.Pd
NIM :
Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

PESERTA PPG DALAM JABATAN GURU TERTENTU TAHAP II
LPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2025
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran di era Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada pencapaian kompetensi akademik semata, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kesejahteraan (well-being) peserta didik secara holistik. Salah satu pendekatan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Pembelajaran Sosial Emosional (PSE).
Pembelajaran sosial emosional menurut Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) adalah proses dimana anak dan orang dewasa memeroleh dan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan identitas yang sehat, mengelola emosi dan mencapai tujuan pribadi dan kolektif, merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain, membangun dan memelihara hubungan yang mendukung, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab dan penuh rasa kepedulian.
Apabila dikaitkan dengan sekolah, maka kita bisa melihat bahwa pembelajaran sosial emosional (PSE) sebenarnya adalah pembelajaran kolaboratif yang tidak hanya ditujukan oleh peserta didik saja namun juga ditujukan kepada seluruh elemen yang ada di sekolah termasuk pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini tentunya akan berdampak pada kesejahteraan seluruh warga sekolah.
Pembelajaran sosial emosional umumnya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan sosial, meningkatkan kinerja akademis siswa dan meningkatkan kesejahteraan siswa secara keseluruhan. Pembelajaran sosial emosional ini juga berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental peserta didik. Oleh karena itu diperlukan sebuah rancangan pembelajaran yang secara eksplisit mengintegrasikan PSE kedalam seluruh Mata Pelajaran yang ada di Sekolah.
B. KONSEP PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL DI SEKOLAH
Sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk menambah ilmu pengetahuan, namun sekolah juga menjadi tempat bagi peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat bakat serta kecerdasan sosial dan emosionalnya. Maraknya kasus yang sering terjadi dilingkungan Sekolah mengakibatkan krisisnya moral siswa. Beberapa contoh kasus yang marak terjadi diantaranya perundungan (bullying), pelecehan, bahkan kekerasan di sekolah
Maraknya kasus tersebut, pembelajaran sosial emosional hadir untuk memberikan harapan yang baik bagi seluruh warga sekolah di kehidupan sehari-hari dan di masa yang akan datang. Pentingnya pembelajaran sosial emosional terutama bagi peserta didik, diantaranya dapat meningkatkan prestasi akademik peserta didik, meningkatkan perilaku prososial yang lebih baik berupa sikap berbagi dan memunculkan sikap empati, meningkatkan sikap saling memiliki antar peserta didik dan sekolah, serta mengurangi depresi dan stress di lingkungan peserta didik. Melalui PSE ini, diharapkan kompetensi akademik dan penguasaan kemampuan sosial emosional warga sekolah dapat berjalan seimbang.
C. KOMPETENSI PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) adalah proses pengembangan lima kompetensi sosial dan emosional (KSE) dalam diri murid secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah.
Menurut CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) terdapat lima kompetensi yang ada dalam PSE diantaranya sebagai berikut:
1. Self-awareness (Kesadaran Diri) yaitu kemampuan untuk memahami perasaan, minat, nilai, dan kekuatan, memahami bagaimana cara belajar dan pemikiran diri. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Mengidentifikasi emoji dasar yaitu senang, bahagia, sedih;
b. Merayakan keberhasilan-keberhasilan kecil dengan selalu menggunakan bahasa yang positif.
2. Self-management (Manajemen Diri) yaitu kemampuan untuk mengontrol dan mengelola emosi, pikiran, dan perilaku seperti stress secara efektif dalam berbagai situasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Mengajarkan teknik STOP, Teknik menghitung sampai 10 dan Mindfull Walking;
b. Melakukan pembelajaran berbasis proyek.
3. Social awareness (Kesadaran Sosial) yaitu kemampuan untuk memahami, mengenali, dan menghargai perbedaan perspektif, latar belakang, serta budaya orang lain yang berbeda dan menumbuhkan rasa empati. Secara tidak langsung akan membentuk suatu interaksi yang baik dari semua perbedaan yang beragam. Kegiatan yang dapat dilakukan :
a. Menggunakan strategi Think-Ink-Pair-Share dan bermain peran;
b. Kegiata Empati Walk dan membuat Gratitude Notes.
4. Relationship skills (Keterampilan Sosial) yaitu kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dan suportif berlandaskan kerja sama dan sikap hormat terhadap orang lain. Keahlian ini mampu membantu siswa untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan berkepanjangan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Melakukan kegiatan simulasi budaya dan melakukan rapat kelas rutin;
b. Bermain peran dan menganalisis kasus nyata.
5. Responsible decision Making (Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab) yaitu kemampuan untuk membuat pilihan yang tepat dengan mempertimbangkan faktor etika, akademik, dan standar masyarakat dalam berbagai situasi. Kemampuan ini dapat membantu siswa untuk berpikir secara rasional dan kritis dalam membuat keputusan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Adapun tujuan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) adalah membantu siswa mengenali dan memahami emosinya sendiri serta mengajarkan mengelola emosi yang efektif, mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan interpersonal, seperti simpatik, komunikasi yang positif, dan saling mendukung dengan teman sebaya, melatih untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab sesuai dengan pertimbangan, mengurangi beresiko perilaku yang negatif, meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, serta membangun budaya sekolah yang inklusif, aman dan tenteram.
E. RANCANGAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL (PSE)
Mata Pelajaran : IPAS
Kelas / Fase : V / C
Topik : Daerahku Kebanggaanku
Sub Topik : Seperti Apakah Budaya Daerahku?
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
1. Tujuan Pembelajaran
a. IPAS, peserta didik mampu :
- Mengidentifikasi berbagai aspek budaya yang ada didaerahnya
- Menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada
- Melakukan refleksi atas tindakan pribadi dan sosial berdasarkan aspek budaya yang ada
b. Pembelajaran Sosial Emosional :
- Melalui kegiatan mengamati video bersama, peserta didik dapat mengidentifikasi dan memahami berbagai aspek budaya yang ada di Indonesia (Akademik)
- Melalui kegiatan refleksi diri, peserta didik dapat mengidentifikasi perasaan (sedih, senang, marah) setelah mengetahui berbagai aspek budaya yang berbeda (PSE : Kesadaran Diri dan Sosial)
- Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat mengidentifikasikan dan menunjukkan empati terhadap salah satu budaya yang ada di Indonesia (PSE : Kesadaran Sosial dan Keterampilan Berelasi)
- Setelah diskusi Peserta didik bersama Guru dapat merumuskan konsep atau prinsip dari pengalaman mereka, lalu mengaitkannya dengan latar belakang budaya masing – masing (PSE : Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab)
2. Asesmen
a. Asesmen Awal (Diagnostik)
- Kognitif : Pertanyaan lisan singkat di awal pembelajaran : “ Apa yang anak-anak ketahui tentang budaya? Bagaimana budaya daerah kita?
- Non-Kognitif (PSE) : Guru memulai kelas dengan teknik “Napas Balon”. Guru bersama Murid mengambil nafas dan menghembuskannya sebanyak tiga kali, kemudian Guru menanyakan perasaan murid hari ini dan menanyakan alasannya secara acak dengan penuh empati.
b. Asesmen Akhir (Formatif)
- Observasi : Guru mengamati partisipasi murid dalam diskusi kelompok dan saat mengisi refleksi diri menggunakan lembar observasi yang mencakup aspek kerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat dan menunjukkan empati.
- Produk : Hasil kerja kelompok berupa pengetahuan umum tentang berbagai macam aspek budaya dan cara melestarikannya.
- Unjuk Kerja : Kemampuan murid dalam menyimpulkan latar belakang budaya sendiri dengan budaya lain.
3. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan (15 Menit)
- Salam dan Doa
Guru menyapa murid dengan ramah dan antusias, kemudian meminta seorang murid untuk memimpin doa. (Teladan : Manajemen Diri dan Religius)
- Memeriksa Kehadiran dan Perasaan (Asesmen Awal PSE)
Guru mengajak murid untuk melakukan kegiatan “Nafas Balon” kemudian menanyakan kabar. Guru merespon dengan kalimat empatik, contoh : “Terima kasih sudah berbagi, Bapak bisa memahami perasaanmu..” (Teladan : Kesadaran Sosial dan Empati)
- Apersepsi
Guru mengaitkan materi dengan latar belakang murid. “Anak – anak, pernahkan kalian merasa dihargai atau dikucilkan? Bagaimana rasanya ? Hari ini kita akan mengamati video tentang berbagai aspek budaya.”
- Penyampaian Tujuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami murid.
b. Inti (45 Menit)
- Mengamati materi berupa power point dan video
Guru menjelaskan apa itu budaya dan berbagai aspek budaya dan cara melestarikannya, kemudian menyajikan video. Murid menyimak tampilan power point dan mengamati video. (Teladan : Keterampilan Berelasi melalui Komunikasi Efektif)
- Diskusi Terbimbing
• Guru bertanya : Bagaimana cara menyikapi perbedaan budaya? Lalu, bagaimana cara melestarikannya?
• Murid diminta berpasangan untuk mendiskusikan cara menyikapi perbedaan budaya dan cara melestarikannya.
• Beberapa pasangan berbagi hasil diskusinya, Guru memberikan apresiasi dan penguatan. (Teladan : Manajemen Diri dengan memandu diskusi secara teratur dan positif).
- Kerja Kelompok
• Murid dibagi menjadi 4/5 Kelompok
• Setiap kelompok mendapat tugas untuk mendiskusikan salah satu aspek :sistem kepercayaan, adat-istiadat, bahasa, kesenian, hukum dan norma.
• Intruksi dan teladan guru : “Silahkan berdiskusi dengan tenang, dengarkan pendapat temanmu, hargai jika ada pendapat yang berbeda. Bapak percaya kalian bisa bekerja sama dengan baik” (Teladan : Keterampilan Berelasi menetapkan ekspektasi posirif)
• Guru berkeliling untuk memfasilitasi dan memastikan semua anggota berpartisipasi.
- Refleksi Diri
• Guru mengajak murid untuk menulis refleksi diri secara pribadi dan menunjuk secara acak untuk dipersentasikan di depan kelas, kemudian guru bertanya kepada beberapa murid yang sudah persentasi : “Bagaimana perasaanmu apabila kepercayaan yang kamu miliki atau bahasa kamu pakai sehari-hari diejek/tidak dihargai oleh orang lain?” (PSE : Mengajak murid merasakan empati).
c. Penutup (10 Menit)
- Kesimpulan bersama :
Guru bersama murid menyimpulkan pembelajaran hari ini, terutama menekankan pada pesan toleransi tentang pentingnya sikap saling menghargai dan akibat dari konflik. “Jadi dari pembelajaran tadi kita belajar bahwa sikap mengakui dan menghormati keberadaan, perbedaan serta hak – hak orang lain. Ini adalah dasar untuk menciptakan hubungan yang harmonis, sedangkan dampak dari konflik dapat meningkatkan diskriminasi dan menghilangnya warisan budaya. (Teladan : Pengambilan keputusan bertanggung jawab)
- Umpan Balik dan Apresiasi :
Guru memberikan apresiasi umum kepada seluruh murid atas partisipasi aktif mereka
- Doa dan Salam :
Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.
F. REFLEKSI
Dengan pembelajaran sosial emosional, khususnya saya sebagai guru dapat mengarahkan siswa kita menjadi seseorang yang lebih unggul di dalam adab dan unggul di dalam ilmu yang mereka miliki. Pembelajaran sosial emosional sangat berperan penting dalam pembentukan karakter siswa. Karakter tersebut seperti jiwa simpati empati, mampu menjaga hubungan dengan baik dalam masyarakat, mampu mengenali dirinya sendiri, yang nantinya dapat menghasilkan keputusan dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh siswa tersebut.
Melalui penerapan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang diintegrasikan kedalam rancangan pembelajaran, saya sebagai guru dapat menciptakan pendekatan bermakna dan mendalam pada peserta didik serta meningkatkan sikap positif dalam diri mereka. Selain itu dapat membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan hangat, dimana murid lebih bersemangat dan berani untuk mengekspresikan perasaannya.
Dibalik itu semua, saya menyadari tantangan dalam manajemen waktu. Kegiatan diskusi kelompok dan persentase memakan waktu lebih lama dari perkiraan, karena masih ada murid yang diam saat diskusi kelompok maupun kurang percaya diri ketika persentase didepan kelas, mungkin mereka butuh pancingan pertanyaan yang relevan atau butuh semangat agar lebih berani. Keteladanan saya dalam merespon emosi murid sudah cukup baik, namun saya harus lebih konsisten dalam memberikan apresiasi terhadap perilaku positif yang ditunjukkan murid.
DESIMININASI PSE DENGAN REKAN SEJAWAT
UMPAN BALIK REKAN SEJAWAT
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar