Filsafat
sejarah
OLEH :
NAMA : MUHAMMAD
DERI JUNIKO (2011.131.044)
SEMESTER : 4 (a)
MATA KULIAH :
FILSAFAT SEJARAH
KODE MATA KULIAH : MKK 244
DOSEN PENGASUH :
EMA AGUSTINA, S.PD
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI PALEMBANG
TAHUN
AJARAN 2012/2013
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................... 1
Daftar
Isi...................................................................................................... 2
Resume........................................................................................................ 3
1.
Pengertian Filsafat
Sejarah.............................................................. 3
2. Tujuan
Filsafat Sejarah................................................................... 15
3. Ruang
Lingkup Kajian Filsafat Sejarah.......................................... 16
4. Aliran
–Aliran Dalam Filsafat........................................................ 17
5. Sejarah
Perkembangan Filsafat Sejarah.......................................... 20
6. Aliran
Filsafat Sejarah Dan Teori Sebab Peristiwa Sejarah........... 25
7. Tokoh
–Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah......................................... 30
8. Tokoh
Pemikir Filsafat Sejarah Nasional Indonesia...................... 34
RESUME
1.
Pengertian
Filsafat Sejarah
Ø Pengertian Filsafat
Ada banyak
orang berkata bahwa orang harus berfilsafat, tapi kadangkalah orang sering kali
belum tentu mengerti apa sebenarnya filsafat ? bagaimana definisinya?
Demikianlah pertanyaan awal yang harus dipahami manakalah ingin mengerti
apa sebenarnya ilmu filsafat. Dibawah ini saya akan memberikan gambaran lebih
rinci agar mudah memahami manakalah ingin belajar apa sebenarnya ilmu filsafat
tersebut.
Istilah filsafat dapat ditinjau dari
dua segi, yakni:
Segi logatnya: filsafat berasal dari
bahasa Arab “falsafah” yang bersal dari bahasa Yunani “philosopia”.
Dalam bahasa yunani kata philosopia itu merupakan kata majemuk
yang terdiri dari kata Philos dan Sophia. Philos artinya cinta
dalam arti yang seluas-luasnya. Berarti menginginkan sesuatu, karena
menginginkan sesuatu, maka keinginan tersebut harus dicapai sampai terpenuhi.
Sedangkan Sofia artinya kebijaksanaan atau cinta kebenaran.
Kebijaksanaan ini pun kata asing, adapun artinya yaitu pandai: mengerti dengan
mendalam.
Jadi apabila
definisi diatas ditarik batasan artinya adalah ingin mengerti dengan
mendalam atau cinta akan kebijaksanaan.
Segi praktinya: dilihat dari segi
pengertian praktis, filsafat berarti alam pikiran alam berfikir.
Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir dikataka berfilsafat.
Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.(Ahmadi,
1982:9).
Jadi, Tidak
semua berfikir dapat dikatagorikan berfikir. Berfikir dikatagorikan berfilsafat
apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri pokok yaitu: berfikir radikal,
berfikir universal dan berfikir sistematis.
Berfikir
radikal yaitu berfikir sampai keakar-akarnya, tidak tanggung-tanggung sampai
pada konsekkuensi yang terakhir.bisa juga dikatakan berfikir tidak
separuh-paruh, tidak berhenti dijalan, tatapi terus sampai pada tujuannya.
Berfikir
sistematis adalah berfikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan
penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan
yang teratur.dan
Berfikir
universal adalah tidak berfikir khusus, yang hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu, tetapi mencakup sebuah permasalahan secara keseluruhan.
Tegasnya:
berfilsafat adalah berfikir dengan sadar, yang mengandung pengertian secara
teliti dan teratur, sesuai dengan aturan dan hukum-hukum berfikir yang teratur.
Berfikir filosofi harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada
alam semesta, tidak sepotong-potong.
Jadi, filsafat adalah hasil akal seseorang manusia
yang mencari dan memikirkan dengan sedalam-dalamnya tentang suatu
kebenaran. Atau dengan kata lain kegiatan berfikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijaksanaan dan kearifan.
Ø Beberapa
definisi menurut ahli filsafat
Karena
luasnya lingkungan ilmu berfilsafat, yang jelas para ahli filsuf
memberikan pengertian yang berbeda mengenai definisinya.
1. Plato
(475-347SM) ia seorang filsuf yunani yang termasyur murid Socrates dan
guru aristoteles. Ia mengatakan bahwa filsafat dalah pengetahuan tentang segala
yang ada” ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenarann yang asli.
2. Aristoteles
(382 SM-332 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
tergantung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika ( filsafat adalah menyelidi segala seabab benda dan asas
benda).
3. Marcus
Tullius Ceciro (106 SM-43 SM). Politikus dan pidato romawi, merumuskan filsafat
adalah pengetahuan tentang sesuatu yanga maha agung dan usaha untuk
mencapainya.
4. Al-farabi
(wafat 950 M). filosuf muslim terbesar sebelum ibnu sina mengatakan : filsafata
adalah ilmu pengetahuan tentang alam maha ujud dan bertujuan menyelidiki
hakekata yang sebenarnya.
5. Imanuel
Khant (1724 M- 1804 M). yang disebut sebagai raksasa pikir barat, mengatakan
bahwa: filsafat itu ilmu pokok segala pangkal dan pengetahuan yang mencakup
didalamnya 4 persoalan yaitu: apakah yang dapat kita ketahui?, (dijawab oleh
metafisika). Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh Etika). Sampai
dimaka pengharapan kita? (dijawab oleh agama). Apakah yang dinamakan oleh
manusia ? (dijawab oleh antropologi).
6. Prof.Dr.Faud
Hasan, guru besar psikologi UI,menyimpulkan : Filsafat ialah suatu ihktiar
untuk berfikir radikal, artinya mulai dari radikalnya suatu gejala, dari
akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan . dan dengan jalan penjajagan yang
radial itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan atau yang
universal.
7. Drs,
H,Hasbulah Bakri merumuskan, ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,alam semesta dan manusia,sehinga
dapat menghasilkan pngetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat
capai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
Ø Manfaat
Filsafat
1) Menurut
Harold H. Titus, Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control dan tujuan seni
adalah kreaktifitas, bentuk keindahan dan ekspresi. Maka, tujuan filsafat
adalah pengertian dan kebijaksanaan.
2) Menurut Dr.
Omar A. Hoesin bahwa filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib akan kebenaran.
3) Menurut S.
Takdir Alisyabana bahwa filsafat dapat memberikan ketenangan fikiran dan
kemantapan hati, meskipun sekalipun maut. Dalam tujuannya yang tunggal
( yaitu kebenaran) itulah letak kebesarannya, kemuliaan. Kebenaran disini dalam
arti yang sebenar-benarnya dan seluas-luas baginya itulah tujuan yang tertinggi
dan satu-satunya.
4) Menurut
Radhakrishnan tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa
dimasa hidup melainkan membimbing maju. Funsi filsafat adalah rekreatif,
menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan tujuan yang baru.
5) Beberapa
pendapat diatas sangatlah berbeda dengan Soemadi Soerjabrata,
mempelajari filsafat adalah mempertajam pikiran. Dimana berfilsafat tidak hanya
sekedar mengetahui, melainkan harus mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang mengaharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar
pengetahuan yang membutuhkan hidup secara baik. Filsafat harus mengajar
manusia, bagaimana ia harus hidup bahagia dan baik.
6) Plato bahwa
ia merasakan berfikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar
biasa sehingga diberi peredikat sebagai keinginan yang maha berharga.
7) Rene Descartes.
Sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaharuan dalam abad ke 17
yang terkenal dengan ucapan “cegito ergo sum” (karena berfikir, maka saya ada)
sebagai landasan filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkal pada sesuatu
kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
8) Prof. Dr. N.
Driyakara S.J. filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, dengan
menyampaikan pendapat dan pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba
memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan
sikap praktis.” Pandangan diarahkan kepada sebab-sebab yang terakhir atau sebab
pertama (filsafat causis), dan tidak diarahka kepada yang terdekat (secundari
causis). Sepanjang kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai kemmampuannya.
9) Afred Nort
Withchead filsafata adalah keinsafan dan pandangaan jauh kedepan dan
suatu kesadaran akan hidup. Pendeknya, kesadaran dan kepentingan yang memberi
semagat kepada seluruh usaha peradaban manusia”
10) Maurice
Marieau Ponty (seorang tokoh filsafat modern excistencialisme). Jasa dari
filsafat itu terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah
eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berfikir tentang manusia”.
11) Gabriel
Marcell (excistencialisme) hakekatnya manusia itu terletak dalam
hasratnya untuk berkomunikasi untuk bersatu dengan Person atau pribadi lain
dengan penuh kepercayaan . dan itu hanya mungkin karena hasrat manusia untuk
percaya kepada toi absolu, kepada dikau yang mutlak yautu tuhan sendiri”.
Ø Tujuan
Filsafat
Setelah penelusuran itu, kita dapat
menyimpulkan 4 tujuan umum pelajaran filsafat yaitu:
1. Dengan berfilsafat kita dapat
memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2. Dapat mempertahankan sifat yang
objektif dan mendasarkan pendapat pengetahuan yang objektif, tidak hanya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja.
3. Mengajar dan melatih kita
memandang dengan luas. Jadi, menyembuhkan kita dari kepicikan, dari Aku isme
dan aku sent isme, hanya mementingkan Aku hanya saja, yang dapat merugikan
perkembangan manusia seutuhnya.
4. Dengan
pelajaran filsafat, kita diharafkan menjadi orag yang dapat berfikir sendiri,
tidak menjadi yes man atau yes woman . kita harus menjadi orang
yang sungguh sungguh mandiri, terutama dalam lapangan kerohanian dan
menyempurnakan cara kita berfikir, dan memiliki sifat kritis. Disinilah
pentingnya pelajaran filsafat logika.
Filsafat
dengan fungsinya sebagai mater scientiarum (induk ilmu
pengetahuan( bearti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Filsafat sebagai pengangan
manusia pada masa itu,dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan menguasai
filsafat zaman itu(sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala
permasalahan didunia ini, baik masalah manusia sendiri,alamnya,mauupun Tuhanya.
Dalam
perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya
kebutuhan hidup manusia, dan berkembangnya kehidupan modern maka semakin
terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan manusia yang ada.
Dalam keadaan yang demikian,
lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat
dengan ilmu pengetahuan khusus bermula sekitar abad pertenghan. Pada saat
lahirnya zaman renaissance (misl ilmu fisika dan matematika).
Beralih
kepada bentuk pengetahuan yang lain, yaitu pengetahuan ilmu (ilmu Pengetahuan).
Ilmu pengetahuan bertujuan membantu manusia mempermuda pelaksanaan kehidupannya
atau untuk mensejahterakan manusia. Disegi lain, dapat pula bertujuan
menyusahkan atau menghancurkan manusia apabila ilmu dan teknologi itu
dipergunakan untuk tujuan perang dan menciptakan senjata mutakhir. Contoh :
perang dunia ke 2 berakhir dengan penciptaan Bom atom oleh E. Enstein yang di
jatuhkan di Hirosima (6 agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus 1945).
Ø Dasar-Dasar
Epistemologi Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Episteme
berarti pengetahuan. Epistimologi adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai pengetahuan. Sebagai cabang filsafat, epistimologi mempelajari dan
mencoba menentukan hakikat dan skope pengetahuan, pengandaia-pengandaian dan
dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki.
Awalnya
filsafat itu timbul adanya kekaguman terhadap pengalaman biasa, harian yang
menyebabkan seseorang terdorong untuk menyelidikinya. Maka awal
epistemology adalah kekaguman terhadap pengetahuan. Kekaguman tersebut menjadi
begitu nyata kalau “commond sense” ( angapan umum/akal sehat) dipertentangkan
dengan sains. Karena kemajuan sains yang hasilnya sangat mengesankan, banyak
orang yang berpendapat bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan adalah sains,
sedangkan ‘commond sense” harus menyesuaikan diri denganya. Kadang-kadang
anggapan itu sampai pada keyakinan bahwa “commond sense” bertolak dari kesan,
sedangkan sains bertolak dari kenyataan sebagaimana adanya. Namun pikiran
selalu berusaha mengekpresikan diri dengan dasar-dasar kepastian yang kokoh,
berarti pengetahuan berkaitan dengan erat dengan ekpresi. “ pengetahuan “
mengekpresikan pengalamanya sendiri, bukan sekedar mengalami. Sedangkan bentuk
pokok ekspresi adalah pertimbangan (judgment). Untuk itu epistemology berusaha
memperhatikan dasar pertimbangan yaitu. hakikatnya jangkauan dan asal evidensi
yang mendukung kepastian.
Sebab perhatian utama pemgetahuan
adalah mencari kepastian yang tak tergoyahkan.
Di dalam
upayanya untuk mendapatkan kepastian tersebut. Descartes melalui keraguan
metodis universal menemukan bahwa dasar terkokoh adalah “COGITO, ERGO SUM” (
saya piker, berarti saya ada ). Tetapi karena ‘cogito’merupakan kegiatan
spiritual maka dia membedakan dua jenis subtansi, yaitu subtansi spiritual (res
cogitans) dan subtansi material (res extensa). Namun dikotomi tersebut
menimbulkan pertanyaan: bagaimanakah pikiran bisa keluar dari dirinya dan
menjangkau hal-hal diluar dirinya? Pemisahan secara tegas antara pikiran dan
benda material memustahilkan pengetahuan, kerena terjadinya pengetahunjustru
dikarenakan menyatunya dua unsure tersebut. Maka banyak filsuf(skolastik,
fenomenolog,eksistensialis) menegaskan bepolaritas kesadaran:kesadaran diri
akan yang lain. Tetapi bipolaritas kesadaran ( yang tercermin didalam indera),
meskipun menyingkirkan subjektivisme dan objektivisme murni. Tidaklah
menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Sebab masih ada soal bagaimana
membedakan kesan dari kenyataan? Maka persoalan pokok: mana yang memberi
pengetahuan? Indera ataukah pengetahuan padahal kalau mulai pada dengan indera.
Kita mengalami kesulitan unutuk membedakan antara kesan dan kenyataan.
Sedangkan kalau mulai dengan pikiran kita pun jatuh dalam kesulitan untuk
menjelaskan bagaimana pikiran bisa keluar dari dirinya dan menjangkau kenyataan
di luarnya.
Untuk bisa
memahami persoalanya dengan jelas, baiklah kita mulai dengan pendekatan dari
indera, dan kemudian pendekatan dari budi.
- Pendekatan dari indra
Menurut John
locke yang digunakan untuk mnangkap pengalaman merupakan fotokopy
dari kualitas objek. Tetapi sejauh manakah fotokopy itu tidak menyelewengkan
objeknya? Untuk itu john locke membedakan objek menjadikan kualitas
primer dari kualitas sekunder. Kualitas primer langsung berhubungan dengan
bentuk, keluasaan, gerak objek. Sedangkn kualisa sekunder adalah kualitas objek
yang masing-masing hanya ditangkap secara khusus oleh indra tertentu. Misalnya;
suara oleh telinga, warna oleh mata, bau oleh hidung, rasa oleh lidah atau
sentuhan. Menurut John Locke ide yang ditimbulkan oleh impresi kualitas
primer tidak usa diragukan kebenarannya. Kualitas primer biasanya dianggap
sebagai bidang sains, sedangkan bidang kualitas sekunder biasanya dinggap
sebagai bidang common sense .
John locked an para pendukung
saintisne beranggapan bahwa semua pengetahuan harus mengacu kepada sains dengan
metodenya, sebab sains berhubungan dengan kualitas primer, sehingga
memberikan pengetahuan yang pasti. Tetapi pemisahan mutlak antara kualitas
primer dan kualitas sekunder justru membuat epistimologi macet. Sebab
epistimologi bermaksud untuk menjelaskan segala jenis pengetahuan. Dengan
perbedaan antara kualitas primer dan kualitas sekunder . john locke telah
menentukan secara a priori bahwa pengetahuannlah yang
diperoleh mlalui sainnlah yang tepat. Sedangkan pengetajuan-pengetahuan
yang lain, seperti tiologi, seni, etika, dianggap sebagai tidak tepat dan harus
mengacu kepada sains. Wittgenstein menunjukkan bahwa pneglaman manusia
sangatlah komleks. Masing-masing jenis pengalaman emberi pengetahuan
tersendiri, mempunyai rasionalitas tersendiri dan menggunakan bahssa sendiri.
Berarti pengetahuan bidang tertentu harus dipahami sesuai dengan rasionalitas
dan bahas yang digunakannya. Intinya tidak semua pengetahuan dimuat dalam
sains.
Namun dari
sini timbul suatu pertanyaan apakah penegtahuan itu bersifat relative atau
subjektif? Dan tidak ada pengetahuan yang objektif? Biasanya pengetahuan
dianggap sebagai objektif bila pengetahuan tersebut tidak bergantung pada
subjek. Peranan subjek harus dieliminir sedapat mungkin, sehingga yang terjadi
benar-benar hanya ditentukan oleh objek seangkan subjek harus
pasif. Tetapi pengertian yang demikian itu absur. Sebab siapakah yang mempunyai
pengetahuan itu? Siapakah yang mempersoalkan objektivitas pengetahuan
tersebut?jawabannya adalah budi atau kesadaran subjek itu sendiri. Batapapun
perspektifnya berbeda-beda atau tidak pernah utuh. Selanjutnya kalau dilihat
dari objeknya sendiri, perlulah disadari bahwa objek terlibat dalam waktu dan
perkembangan. Maka analisis mengenai pengetahuan yang didasarkan pada indra
akan mengalami jalan buntu.
- Pendekatan dari budi
Dari
pengetahuan diatas menjadi jelas bahwa usaha mencari kepastian absholut
bertolak dari indra sebagai sebagai pengetahuan gagal. Padahal budi mempunyai
kecendrungan untuk memperoleh pengetahuan absolute tersebut. Maka usaha
selanjutnya boleh dicoba untuk berangkat dari budi sebagai sumber dari
pengetahuan. Dari refleksinya budi menemukan prinsip-prinsip pertama
sebagai sumber rasionalitas, yang memmberi rambu-rambu bagi pikiran
untuk mencapai kepastian.
Prinsip-prinsip pertama untuk
prinsip identitas, prinsip memadai, prinsip sebab efisien. Tetapi
prinsip-prinsip ini hanyalah memberikan keabsholutan kognisional, bukan
eksistensial. Dari refleksinya, budi menemukan prinsip-prinsip pertama sebagai
sumber rasionalitas, yang memberi rmbu-rambu bagi pikiran untuk mencapai
kepastian. Prinsip-prinsip pertama adalah prinsip identitas., prinsip alasan
memadai (sufficient reason), dan prinsip sebab efisien (efficient causality).
Tetapi prinsip-prinsip ini hanyalah memberikan keabsolutan kognisional, bukan
eksistensial.
Dari
eksistensi manusia menjadi jelas bahwa pikiran selalu berkembang. Selanjutnya,
kepastian yang akan dicari pikiran adalah persetujuan yang dijamin oleh
evidensi. Sedangkan yang dimaksud dengan evidensi adalah kejelasan objek yang
memaksa pikiran untuk menangkapnya dengan pasti. Tetapi evidensi yang disajikan
objek bermacam-macam. Maka kepastian yang diperoleh pikiran juga bermacam-macam
jenisnya. Ada kepastian fisik, yaitu kepasttian yang didasrkan dengan hukum
alam (misalnya, api menyebabkan baju bisa terbakar); ada kepastian moral yang
didasarkan pada keyakinan akan kelakuan normal (misalnya supir bus yang saya
tumpangi tidak akan dengan sengaja menabra kan pada pohon besar);
dan ada pula kepastia yang diperoleh dari kesaksian yang konvergen (misaknya:
saya yakin kalau ada kota paris, karena banyak kesaksian yang menunjukkan
kepastian itu). Namun semua kepastian itu selalu memberikan untuk dilanggar.
Yang jelas kepastian absolute bukanlah dasar tindakan manusia. Syarat cukup
bagi tindakan adalah kalau ada probabilitas yang sifatanya memadai, tetapi
tidak memaksa tindakan. Didalam situasi tampa kepastian itu, pikiran manusia
tetap berfungsi penting dalam mengarahkan hidupnya, terutama berhubungan dengan
pengetahuan. Manusia berusa mendapat arti pengalamannya dengan menggunkan
konsep atau ide. Jadi konsep atau ide merupakan alat pikiran untuk menangkap
makna pengalaman. Karena pengalaman berkembang dan pikiran berkembang. Maka
konsep yang merupakan alat pikiran untuk menangkap pengalaman, juga haruis
berkembang. Dengan demikian definisi yang digunakan untuk mengartikan konsep
tidak boleh dimutlakkan.
Dengan
demikian pengetahuan bukanlah sesuatu yang secara mutlak dimiliki atau tidak
dimiliki, melainkan mempunyai tahap-tahp yang bersifat progresif menuju
kepemuasan. Penegtahuan mengenai esensi kenyataan eksistensial tidak bisa
diperoleh melalui definisi konsep.
Kenyataan eksistensial bersifat
sosio-historis. Konsep haruslah merupakan alata yang berupa kreativ dan lentur
(bandingkan dengan pragmatisme-sosiolgisme-historisme). Karena konsep merupakan
pembekuan pengalaman, maka konsep berlaku sebagai hipotesse kerja yang harus
dicek dengan pengalaman kongkret.
- Pikiran pengalaman
Kiranya
menjadi jelas bahwa penegtahuan tidak dapat dicapai hanya
dengan mengndalkan indra saja, atau budi saja. Pikiran reflektif justru
muncul dari pengalaman, untuk mempertanyakan pengalaman dan selanjutnya
untuk memberi arti kepada pengalaman secara lebih penuh. Maka pikiran
harus setia pada pengalaman, sebabpengalama memuat arti secara riil dan
perlu dimengerti sebagai sumber sumber bagi kemungkinan pernyataan. Dalam kaitannya
dengan pengetahuan.
Sumber :
www.googlebottle.com/epistemologi/filsafat
Ø Pengertian Filsafat Sejarah
Kajian ilmu
sejarah mengkaji masalah waktu dan peristiwa. Jadi filsafat
sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan segala
peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat
yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin
memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat
sejarah berusaha mencari penjelasan serta berusaha masuk kedalam dan pikiran
cita-cita manusia sendiri dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya
suatu Negara, bagaimana proses perkembangan kebudayaannya samapai mencapai
puncak kejayaannya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti perna dialami oleh
Negara-negara atas pada zaman yang lalu disertai peran pemimpin terkenal
sebagai subjek pembuat sejarah pada zamannya (Tamburaka, 1999: 130).
Menurut
Prof. Sartono Kartodirdjo filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat
yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna suatu
proses pristiwa sejarah. Manusia berbuda tidak puas dengan pengetahuan sejarah,
dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya hubungan
antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya.
Kekuatan apakah yang menggerakkan
sejarah kearah tujuannya? Bagaimana terakhirnya situ proses sejarah? (Sartono
Kartodirdjo 1990: 79-79). Sedangkan menurut Dr. Zaenab Al Kudari mengemukakan
bahwa fisafat sejarah merupakan suatu tinjauan terhadap
peristiwa-peristiwa histories dengan tujuan untuk mengetahui
fakta-fakta esensial yang mengendalikan perjalanan peristiwa
sejarah.
Kedudukan
dan status filsafat sejarah merupakan cabang dari filsafat yang
berhubungan dengan sejarah sebagai ilmu ( yang mempunyai sistematika). Dalam
sistematika tersebut tidak ada yang namanya filsafat sejarah maka
lebih tepatnya sebagai anak cabang atau ranting dari ilmu sejarah. Kalau diatas
dijelaskan bahwa filsafat sejarah merupakan cabang dari filsafat
yang berhubungan dengan sejarah sebagai ilmu, tentunya jangan sampai dilupakan
dan perlu saya ingatkan kembali bahwa ilmu sejarah mempunyai tiga
konsep dasar sejarah diantaranya adalah:
a) Sejarah sebagai
peristiwa, adalah peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
b) Sejarah sebagai
kisah atau cerita, adalah kisah atau cerita tentang peristiwa sejarah.
Dan
c) Sejarah sebagai
ilmu adalah suatu disiplin ilmu atau cabang pengetahuan yang
berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan menegnai masa lampau
dalm kehidupan masyarakat.
Istilah
“ilmu” merupakan pengetahuan disini antara lain: 1. didapat dengan metode
tertentu dan dihubungkan secara sistematis, 2. berisi
generalisasi-generalisasi (kebenaran umum). 3. memungkinkan membuat
prediksi-prediksi/ramalan ilmiah dan dapat mengendalikan fenomena
di depan dan 4. objektif, dalam pengertian setiap peneliti harus menerima
kebenaran itu bila ditunjukkan bukti-bukti kepadanya apaun selera dan latar
dirinya. Sedangakan kedudukan atau status filsafat sejarah dijelaskan pula oleh
The Liang Bie “ filsafat sejarah sebagai anak cabang filsafat yaitu filsafat
khusus adalah suatu cabanng filsafat yang mengkaji bidang-bidang khusus.
Misalnya spesifik dari pengalaman / kegiatan hidup manusia. Filsafat khusus
disini terdiri dari : filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat
politik, filsafat pendidikan dan filsafat sejarah. Menurut S. Tulman ,
filsafat merupakan sebuah anak cabang atau anak ranting dari sejarah
ilmu.
Filsafat ilmu yang dimaksud disini
antara lain: ontology ( hakekat pengetahuan), Epistimologi ( cara memperoleh
pengetahuan), oksiologi ( manfaat ilmu pengetahuan ).
Ø Pengertian Sejarah Filsafat
Kalau diatas
dijelaskan mengenai filsafat sejarah bahwa filsafat sejarah mengkaji, mencari
penjelasan dan menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta
ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Tetapi
apa sih sebenarnya filsafat sejarah itu sendiri. Dalam buku ini akan
dijelaskan apa yang membedakanya karena didalamya mempunyai tugas dan ruang
lingkup kajian yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang erat sekali. Sejarah
filsafat adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji tentang sejarah
perkembangan filsafat dari masa kemasa, tentang system-sistem
filsafat serta penafsiran secara kritis hasil-hasil pemikiran
para filsuf terhadap persoalan-persoalan filsafati.
Pengertian
lain sejarah filsafat banyak menekankan pada aspek filsafat atau suatu
kajian filsafat sehingga rumusannya sebagai berikut: Sejarah
filsafat adalah suatu museum yang memuat koleksi raksasa dari
pendapat-pendapat dan pemikir-pemikir besar mengenai misteri hidup.
Koleksi ini bertambah terus-menerus dan dibedakan menjadi tradisi
besar yaitu: filsafat India, filsafat cina dan filsafat barat ( H. Hamersma
1990:IX).
Dari kedua
definisi konsep diatas, saya lebih tertarik dengan konsep yang pertama
dengan alasan konsep yang pertama sebagai definisi oprasional
tentang (sejarah filsafat) karena didalamnya telah menekankan
pokok kajian atau pengertiaan sejarah dan pengertiaan filsafat serta
perkembangan sejarah filsafat. Karena disiplin kita adalah ilmu sejarah, maka
tidak ada salahnya juga belajar ilmu filsafat termasuk sejarahnya. Apa
sih Manfaat mempelajari sejarah filsafat? Jika aktivitas mempelajari filsafat
termasuk seluruh bagiaan filsafat, misalnya filsafat sejarah mengacu pada
pengghidupan kembali pemikiran-pemikiran filsafat dimasa lampau,
maka kegiatan ini termasuk pada aspek penguasaan sejarah filsafat.
Dalam hal ini cara mempelajari filsafat yang dipandang baik adalah dengan
mengkaji teks-teks filosofis dari pada filsuf terdahulu.
Ø Manfaat
Sejarah Filsafat dan Filsafat Sejarah
Manfaat
mempelajari dapat mengetahui sejarah filsafat akan memperoleh nilai tambah ,
yaitu sebagai berikut :
1. Pemikiran dari setiap zaman
berakar pada masa lampau, dengan demikian pemikiran ini hanya dapat
dipahami dengan suatu lampiran perkembangan sejarah ( The Liang Bie,
1977:117).
2. Dengan mempelajari sejarah
filsafat, seorang seseorang akan lebih arif dan bijaksana dalam memandang
dunia yang selalu bertentangan ini karena dalam memiliki Vision atau cara
pandang yang lebih luas dan jauh kedepan.
3. Karena setiap orang
yang berfikir saecara sungguh –sungguh tidak dapat menghindarkan
diri dari filsafat. Ia mampu berfikir secara reflektif sebagai
salah satu metode paling baik dalam belajar ilmu filsafat, dapat memilki
kemampuan secara intelektual, sistematis dan analisis serta menarik
kesimpulan secara kronologis
4. Ahli filsafat memberikan
pertimbangan untuk menjadi seorang sejarawan yang ulung, tidak mutlak perlu
memiliki pengetahuan filsafat sejarah. Karena banyak sejarawan ulung tak
pernah menekuni masalah-masalah filsafat sejarah. Tetapi yang ditawarkan
oleh seorang ahli filsafat bagi sejarawan adalah dapat mempertajam kepekaan
kritis seoran peneliti sejarah. Setiap orang mungkin merasa kecewa dan bertanya
lalu apa manfaatnya penelitian seperti dilakukan oleh filsafat sejarah. Bila
seorang filsuf sejarah tidak dapat memberikan sumbangan pikiran yang
membantu seorang ahli sejarah agar dapat melangkah dari bahan sumber-sumber
sejarah menuju sebuah monografi, dan
5. Dengan dilatarbelakangi
filsafat sejarah seorang peneliti sejarah lebih mampu mengadakan suatu
penilaian pribadi menganai keadaan pengkajian sejarah pada suatu saat tertentu.
Bahkan sekedar pangetahuan mengenai filsafat sejarah mutlak perlu,agar dapat
mengapresiasi pengkajian sejarah masa kini dengan memuaskan. Dalam pemgkajian
sejarah terdapat banyak aliran yang oleh pendukungnya masing-masing diiklankan
dengan ramai, sehungga perlu diadakan suatu pilihan. Disini pun pengetahuan
mengenai filsafat sejarah ada manfaatnya.
Setiap ahli sejarah yang dengan
sungguh-sungguh menekuni profesinya, mau tidak mau menganut beberapa oemdapat
yang berakar pada filsafat sejarah.
6. Para peneliti sejarah
sendiri, kalau hanya mengandalkan intuisinya, kadang-kadang sampai pada
kesimpulan-kesimpulan mengenai bidang penelitianya yang sukar dapat di pertahankan
7. Filsafat sejarah tidak
mengajarkan bagaimana pengkajian sejarah harus dilakukan. Akan tetapi, filsafat
sejarah dapat menawarkan pengertian mengenai untung ruginya berbagai pendekatan
terhadap masa silam dan menjadikan kita waspada terhadap pendapat-pendapat
keliru mengenai tugas dan tujuan pengkajian sejarah.
2. Tujuan
filsafat sejarah
Diatas telah
dijelaskan bahwa filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin
menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa serta ingin memberikan
jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Walaupun batasan/
pengertian filsafat sejarah agak luas namun sudah menjadi ciri manusia
yang berfikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa, sehingga
pengetahuan itu dapat tercakup oleh satu atau dua asas pokok yang prinsip. Demikian
pula halnya disini, dalam usaha merumuskan tujuan filsafat sejarah. Hal ini
sangat penting karena dalam rangka studi untuk mendalami filsafat sejarah perlu
diketahui apa sebenarnya tujuan utamanya? Dibawah ini akan diberikan gambaran
secara detail, yaitu:
- Untuk menyelidiki sebab–sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat diungkapkan hakekat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
- Untuk Memberikan jawaban atas pertanyaan” kemanakah arah sejarah” serta menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu yang ada.
- Melalui studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
- Studi filsafat sejarah dapat menjadikan seseorang berfikir analitis kronologis serta arif dan bijaksana atau wisdom.
- Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakekat serta menberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk filsafat sejarah nasional Indonesia
- Ruang Lingkup Kajian Filsafat Sejarah
Kajian fisafat sejarah yaitu menguji metode dan kepastian ilmu sejarah,
mulai berkembang dibawah pimpinan Dilthey. Rickert , Croce, Collingwood, dan
lain-lain. Walaupun dengan lapangan filsafat ini belum mencapa suatu
kesepakatan bersama, harus kita akui, bahwa usaha mereka merupakan sumbangan
yang penting kearah pengertian yang lebih baik akan hakikat dan kemungkingan
pengembangan ilmu sejarah. Perkembangan ruang pemikiran filsafat
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan alam sekitar dan lingkungan.
Ruang lingkup sejarah filsafat antara lain:
1. Sitem –sistem
filsafat
2. filsafat
timur yang meliputi : filsafat India, filsafat Tiongkok ( Cina ),
filsafat islam dan filsafat Indonesia
3. filsafat barat
yang meliputi filsafat: filsafat zaman yunani kuno, filsafat skolastik
dan zaman patriotic, filsafat zaman modern dan filsafat sekarang ini.
Disamping
itu, akan diberikan penafsiran secara kritis hasil-hasil pemikiran
para filsuf terhadap persoalan-persoalan filsafat dari pada perkembangan
filsafat. Apalagi kita semua ketahui bahwa filsafat itu merupakan induk?
Ibu dari semua ilmu pemngetahuan sebelum ilmu-ilmu itu dimiliki dan
memisahkan diri dari filsafat untuk menjadi ilmu yang berdiri
sendiri.
Sumber : Helius Syamsudin dan Ismaun (1996;49)
- Aliran –Aliran Dalam Filsafat
Aliran
aliran yang terdapat dalam filsafat adalah sangat banyak dan komplek. Dibawah
ini akan akan kita bicarakan: aliran metafisika, aliran etika dan aliran aliran
Teori pengetahuan.
- Aliran-aliran Metafisika
Menurut
Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu (1)yang mengenai kwantitas(jumlah) dan (2) yang mengenai kwalitas
(sifat).
Yang mengenai kwantitas ini sendiri:
Monisme, dualisme dan Pluralisme.
Monisme.ialah
aliran yang mengemukakan unsure pokok segala yang ada ini adalah esa(satu).
Menurut Thales: air, menerut Anaximandros:apaieron, menurut Anaximenes :
udara. Dualisme, ialah aliran yang berpendirian unsur pokok sarwa yang ada ini
adalah dua, yitu roh dan benda. Pluralisme, ialah aliran yang berpendapat unsur
pokok hakekat kenyataan ini adalah banyak Menurut Empodekles: udara, api, air
dan tanah.
Yang mengenai kwalitas dibagi juga
menjadi dua bagian besar, yakni:
- Yang melihat hakikat kenyataan itu tetapi; dan
- Yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang termasuk golongan pertama
(tetap) ialah:
- Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh.
- Materialisme, yakni aliran berpendirian bahwa hakikat itu besifat materi.
Yang termasuk golongan ke2
(kejadian) ialah:
- Mekanisme, yakni aliran berkeyakinan, bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hokum sebab akibat.
- Aliran Teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan,bahwa kejadian yang satu berhubungan kejadian yang lain, bukan oleh hokum sebab akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.
- Determinisme, yakni aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil keputusan-krputusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
- Indeterminisme, ialah aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yangf seluas-luasnya.
b. Aliran-Aliran Etika
Aliran penting dalam Etika banyak
sekali, diantaranya :
- Aliran etika Naturalis ialah aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia didapatkan dengan menurutkan panggilan natura (fitra) kejadian manusia sendiri.
- Aliran etika hidoesmi ialah aliran yang berpendapat bahwa perbutan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan dan kelezatan).
- Aliran etika Utilitarisme ialah alran yang menilai baik dengan buruk perbuatan manusia ditinjau dari segi kecil dan besarnya manfata bagi manusia (Utility artinya bermanfaat).
- Aliran etika edialisme ialah aliran manusia jangan terikat pada sebab musabab lahir, tetapi harus didasarkan pada konsep dasar kerohaniaan(edia) yang lebih tinggi.
- Aliran etika vitalisme ialah aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya ukuran hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan.
- Aliran etika theologis ialah aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik daan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuai dengan perintah tuhan (theos artinya tuhan).
Sumber : Helius Syamsudin dan Ismaun (1996;49)
- Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran ini
menjawab pertanyaan bagaimana manusia mendapat pengetahuan , sehingga
pengetahuan itu benar dan benar berlaku. Antara lain: Golongan yang pertama ini
yaitu golongan yang mengemukakan asal atau sumber penngetahuan, termasuk
kedalamnya :
- Aliran Rasionalisme
Aliran ini
berpendapat bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal pikiran atau rasio. Tokoh-
tokohnya antara lain : Rene Decrates (1596-1650), ia membedakan adanya 3 ide
yaitu : Ide bawaan yaitu sejak manusia lahir, ide-ide yang berasal dari luar
manusia, dan ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh rasionalisme
yang lain adalah Spinoza (1632-1677) dan Leibniz (1646-1716).
- Aliran Empirisme
Aliran yang
berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman
indra. Tokoh-tokohnya antara lain :
John Locke (1632-1704) : menurutnya
pengalaman dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : pengalaman luar, dan
pengalaman dalam batin.
David hume berpendapat bahwa ide-ide
yang sederhana adalah salinan/copy.
- Aliran Kritisisme
Aliran yang
menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris yang
meliputi indra dan pengalaman. Tokohnya adalah immanuell khant (1724-1804).
- Aliran Skeptisisme
Menyatakan
bahwa penserapan indra adalah bersifat menipu/ menyesatkan. Namun pada zaman
moder berkembang menjad skeptisisme metodis / sistematis yang masyarakat adanya
bukti suatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-tokohnya adalah Rene Descrates
(1596-1650) mengatakan saya sedang berpikir, kalau saya sedang berpikir saya
ada.
- Aliran idealisme
Ialah suatu
aliran filsafat metafisika yang berpendapat, bahwa hakikat dunia atau kenyataan
itu ialah ide, yang sifatnya rohani. Filosof besar plato sebagai pelopor aliran
ini.
- Aliran Realisme
Berpendapat
bahwa diluar kesadaran kita mengetahui segala benda memang ada suatu yang
sungguh-sungguh nyata ada/real. Yang dapat diamati oleh pikiran kita melalui
alat indra. Dalam sejarah filsafat aristoteles termasuk pelopor aliaran
filsafat realis yang klasik.
Sumber : Pengantar Ilmu Sejarah,
Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan IPTEK
- Aliran-aliran filsafat lainnya
Disamping
aliran-aliran diatas, masih banyak aliran-aliran yang lain dalam filsafat.
Aliran-aliran itu antara lain:
- Existensialisme ialah aliran yang berpenderiaan, bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang konkrit, yaitu manusia sebagai exsistensi dan sehubungan dengan titik tolak ini, maka bagi manusia exsistensi mendahukui essensi.
- Pragmatisme ialah aliran yang beranggapan bahwa benar atau tidaknya suatu ucapan , dalil, teori tergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam hidupnya.
- Fenomenologi ialah aliran yang berpendapat bahawa hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai, jika kita mengamat dan amati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
- Positivisme ialah aliran yang berpendirian bahwa filsafat itu hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positive artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
- Aliran filsafat hidup, ialah aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian , sehingga filsafat ini tidak hanya hal yang mengenai berfikir saja,melainkan juga mengenai ada yang mengikutkan kehendak, hati dan iman, pendeknya seluruh hidup.
Sumber : Helius Syamsudin dan Ismaun (1996;49)
- Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah
Ø Filsafat Sejarah
Pada Zaman Pertengahan
Perkembangan
filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat
yang religius. Segala kejadian diterangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya
diarahkan kepada Tuhan sebagai pencipta, penyelamat dan hakim seluruh umat
manusia. Isi dan maksud seluruh hidup ialah kerajaan Tuhan. Dari pandangan itu
terjadi bahwa kajian sejarah dizaman pertengahan bukan sebab-sebab dan alasan setiap kejadian sejarah, melainkan
tentang tujuan (arah teologis). Sumber : Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat
Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK.
Pandangan Sejarah
Abad Pertengahan (A. Sartono kartodhirdjo)
Kebudayaan
rochani Abad Pertengahan bercirikan agama Kristen. Seluruh jiwa masyarakat
dengan berbagai sendi-sendinya bersifat keagamaan. Jiwa keagamaan ini yang
mendorong berbagai bentuk dan paparan kehidupan. Orang hanya mengakui
makna kehidupannya yang berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan adhikodrati
tentang kehidupan bahagia. Jiwa diluputi oleh sikap perasaan-perasaan yang
timbul karena angan-angan keagamaan. Oleh karenanya menimbulkan pandangan hidup
dan pandangan dunia yang bersifat mistik. Kita ketahui, selama abad pertengahan
gambaran-gambaran pembabakan masa menurut analogi dari cerita-cerita injil
beredar dimana-mana. Berbalikan dengan orang yunani, nilai-nilai hidup bagi
orang abad pertengahan tidak terletak pada masa kini. Pemikiran abad
pertengahan sebelum abad XII, sebelum munculnya filsafat Scholastik, dikuasai
oleh cara pemikiran Augustinus, yaitu semacam Neoplantonisme Kristen.
Benda-benda didunia diciptakan menurut contoh cita-cita keabadian dalam jiwa
Tuhan. Sejarah keselamatan adalah jatuh bangunnya bangsa yahudi dari dosa dan
pengampunan, yang akhirnya sampai pada penebusan. Masa diantara
kebangkitan sampai pada kedatangan kristus kembali adalah masa percobaan.
Dengan sudut tinjaun tentang sejarah keselamatan ini Augustinus ( 354-430)
menganggap sejarah profan sebagai suatu pertentangan universal antara Kerajaa Tuhan
dan Kerajaan Dunia.
Selanjutnya
Augustinus menunjukkan, sejarah tidak ditentukan oleh manusia, tetapi oleh pola
rencana Allah. Jadi Tuhan ikut mengambil bagian dalam sejarah. Augustinus masih
terus menunjukan adanya pimpinan Tuhan didalam sejarah. Dengan dasar inilah ia
membagi sejarah dunia dalam enam periode :
1. Dari Adan
sampai air Bah
2. Dari air bah
sampai Ibrahim
3. Dari Ibrahim
sampai Dawud
4. Dari Dawud
sampai di Babylon
5. Dari pembuangan
sampai kelahiran kristus
6. Dari kristus
sampai akhir dunia
Keenam periode ini oleh Augustinus
juga dihubungkan dengan keempat kejadian dunia yaitu : Asria, Pesria,
Masedonia, Roma.
Kepastian hidup didalam
Senescensn saeculum diperkuat dengan runtuhnya Romawi Barat, dan tidak
datangnya masa akhir dapat diterangkan oleh terus berlangsungnya Romawi Timur.
Baru didalam abad XII timbullah pandangan sejarah yang baru, yaitu :
1. Aliran
realistis yang diwakili oleh Otto van Freising
2. Aliran mistis
simbolis oleh Joachim van foried
Otto van Freising ( 1114-1158)
Didalam
bukunya “Chronican Historia de duabus civitatibus”. Ia berpendapat bahwa
ini telah hampir sampai, karena ia melihat didalam diri Hendrik IV sebagai batu
“yang direnggut dari gunung” untuk menghancurkan kerajaan terakhir. Disamping
pandangan pessimistis ini terdapay juga pandangan optimistis. Kebudayaan
berangsur terus-menerus dari Timur ke Barat. Disitu terdapat periode timbul dan
tenggelam, kematian dan pembaharuan secara periodic. Perinciannya kedalam
periode-periode sebagai berikut :
- Periode pertama berlangsung sampai berdirinya Roma
- Periode kedua dari berdirinya Roma sampai kedatangan kristus
- Periode ketiga berakhir dengan penyerahan kerajaan oleh Constantijn kepada bangsa yunani
- periode keempat berakhir dengan penjerahan bangsa yunani kepada bangsa Franken
- periode kelima dengan penjerahan dari bangsa Franken kepada bangsa German
- periode keenam diakhiri dengan peperangan antara Gregorius VII dengan Hendrik IV
Otto mengakhirinya dengan
penglihatan echatologis yang menantikan segera datangnya hari-ketenyraman.
Joachim van Fiore (1145-1202)
Konsepsi ini
berupa ajaran keselamatan dan terjadi atas pengertian tentang wahyu. Dilain
pihak pengetian sejarah menjadi alat yang tak dapat diabaikan untuk menangkap
arti yang mendalam dari kitab perjanjian baru. Karena sejarah dunia bersamaan
denga sejarah Gereja. Menurut Joachim sejarah juga merupakan pencerminan kurnia
Tuhan dalam kemanusian. Ini terjadi dalam tiga opera, yang dilaksanakan sendiri
oleh oleh masing-masing dari tiga pribadi, dan dengan ini sejarah dibagi
menjadi tiga babakan waktu yang besar : 1. Periode Bapa, 2. Periode Putera,
3. Periode roh kudus. Jochim beranggapan, bahwa masa-masa ini dapat
berdiri saling berdampingan. Dalam tiap periode berdiri dua negara dengan pemimpinnya
yang saling bertentangan. Herodes melawan Kristus, Neropertus,
Mohamed-Benedictus, Saladyn-Hendrik IV, Anti Christ-Dux.
Ø Filsafat Sejarah
Pada Zaman Renaissance
Pada zaman
renaissance merupakan zaman pencerahan yang besar. Zaman pertengahan sama sekali
diaraahkan keatas dunia dengan Tuhan sebagai penguasa kodrat manusia, maka
aliran baru mengutamakan dunia ini dan manusia. Bukannya dari tuhan Allah
dipandang sebagai ideal yang terpenting, tetapi manusia yang terpelajar dan
beradap dalam segala lapangan ilmu pengetahuan itu dipandang seperti ideal yang
dituntut. Serta dari pikiran-pikiran dan ideal itu juga dipandang segala
kejadian sejarah dan perbuatan manusia didalamnya.
Periode
Renaissance, Reformasi dan Rasionalisme merupakan peralihan kearah jaman
modern. Tiga aliran inilah yang memberikan wajah baru pada kehidupan Eropa
Barat. Dalam abad XIX pemisahan antara abad pertengahan masih sangat jelas dan
tajam. Renaissance, Reformasi, jatuhnya konstatinopel, penemuan-penemuan
geografis, pendapatan seni letak buku, semuanya terjadi didalam
pertengahan abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI. Kebudayaan modern lebih
bersifat sekuler dari pada kebudayaan abad pertengahan sebagai kekuasaan
pemerintahaan yang menguasai kebudayaan. Sebelum tahun 1400 di barat hanya ada
satu gereja, yaitu gereja Khatolik-Roma, tetapi sesudah tahun 1700 terdapat
ratusan sekte dan masih tak terhitung lagi banyaknya perkumpulan yang mempunyai
arah kerohanian.
Kebudayaan
Renaissance berkembang di Italia, karena perdagangan pelajar setelah perang
salib mengalami kemajuan pesat.
Renaissance dianggap sebagai masa
peralihan dar abad pertengahan kejaman modern dan dengan demikian ia memiliki
unsure-unsur dari kebudayaan kuno maupun kebudayaan baru. Lambat laun nilai
kristiani abad pertengahan mulai kehilangan arti, ide-ide tradisional abad
pertengahan tak lagi memberi kepuasan. Kepercayaan kepada Tuhan tak lagi
memberi garis arah pada pandangan hidup manusia. Aturan-aturan moral lama tak
lagi dihormati dan oaring tak segan-segan untuk merebut kekuasaan dengan jalan
khianat dan kekejaman. Situasi politik pada masa ini menggantungkan
perkembangan individu, oleh karenanya kesenian dan ilmu pengetahuan maju dengan
sangat pesatnya. Disiplin moril intelektual dan politik adalah asing pada masa
ini. Tyran dan desport Rennaissance mau mempertahankan diri pribadi dan tidak
mau tunduk pada suatu kekuasaanpun, dari sebab itu lah maka dalam abad XV di
Italia terjadi anarchi politik dan moril. Keadaan ini turut mendorong munculnya
ajaran Macchiavelli yang termuat dalam II principe.
Ø Reformasi
Latar
belakang ekonomis dari masa Reformasi adalah peralihan dari rumah tangga alam
ke kapitalisme dagang, dan karena penemuan-penemuan besar yang mengakibatakan
meluasnya perdagangan dan pelajaran. Pedagang kaya memegang monopoli dan
pengusaha bank yang kaya dengan tepat memperoleh banyak kekuasaan politik
karena pinjaman-pinjaman yang tidak sedikit. Munculnya nasionalissme akibat
kemunduran gereja romawi menjelang akhir abad pertengahan maka protentatisme
dari Luther, Calvijn dan Zwingli dapat berkumandang di barat. Protentatisme
semula tak menghendaki pembaharuan gerej, melainkan ingin kembali seperti
oaring-orang Kristen pertama pada masa permulaan. Protentatisme merupakan
revolusi menentang kekuasaaan gereja, menentan kepausan dan hierarchi gereja.
Orang menolak perantara dari pada imam maupun organisa buatan manusia dan ingin
langsung berhubungan dengan Tuhan. Ajaran Calvin juga didasarkan atas
keselamatan yang disebabkan karena dan terpilihnya seorang oleh Tuhan. Ia
mencoba mendirikan perkumpulan suci dari para pemeluk, yang pengurusnya di
pegang oleh para kaum awam. Kaum yang menghendaki pemurnian beranggapan adalah
sesuatu yang sungguh baik dan bersifat illahi. Reformasi di Inggris berakar
pada kepentingan politik dan ekonomi yang memainkan peranan terpenting ajaran
dan upacara-upacara pada mulanya sama dengan gereja khatolik. Semasa skisma itu
persoalannya ialah untuk memperbesar kekuasaan raja dan mengurangi pengaruh
gereja.
Lambat laun ide protestan itu merembet
ke inggris, terutama dikalangan para pedagang, dan baru diantara para
rohaniawan.
Dengan
demikian berlalulah masa kesatuan Kristen di Eropa, monopoli golongan
rohaniawan telah retak dan kekuasaan politik maupun rohaniawan roma menjadi
patah. Protestan sejak itu tak lagi mendapatkan daerah-daerah baru yang
penting. Selanjutnya meluasnya pandangan sejarah ilmiah. Maka orang mulai
menerima kemacam-ragaman kepercayaan agama. Oleh karena reaksi terhadap
Reformasi kebetulan bertepatan waktunya dengan dominasi spanyol, maka
protwntatisme diidentifikasikan dengan nasinalisme, yang muncul untuk menentang
absolutisme politik dan kegerejaan dari Gereja Roma.
http:// wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Filsafat_Sejarah.
Didownload Minggu, 05 Mei 2013 Jam 07:21
- Aliran Filsafat Sejarah Dan Teori Sebab Peristiwa Sejarah
Ø Hukum Fatum
Alam fikiran
bangsa yunani adalah dasar dari perkembangan alam fikiran bangsa-bangsa barat.
Salah satu hal yang penting dari alam bangsa yunani itu adalah angapan tentang
adanya manusia dan alam. Menurut alam fikiran bangsa yunani pada dasarnya alam
raya sama dengan alam kecil yaitu manusia. Jadi menurut bangsa yunani macro
cosmos sama dengan micro cosmos. Disebut juga oleh alam fikiran
bangsa yunanibahwa kekuatan gaiblah yang menguasai baik macro cosmos maupun
micro cosmos. Sehingga dengan demikian perjalanan alam semesta ini ditentukan
oleh kekuatan gaib atau nasib. Misalnya perjalanan matahari, bulan, bintang,
manusia dsb. Oleh sebab itu perjalanan alam semesta itu tidak tidak dapat
menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan “ nasib “.
Dengan
demikian yang menjadi dasar dari segala hukum cosmos alamlah hukum lingkaran
atu hukum “ cyclus ‘ didalam hukum cyclus setiap peristiwa akan
terulang lagi atau terjadi kembali, seperti halnya matahari akan terbit diufuk
sebelah timur pada setiap pagi. Hukun cyclus di Indonesia dikenal sebagai “ cakra
manggiling “. Didalam cakra manggiling ini, manusia tidak dapat melepaskan
diri dari lingkaran cakra tersebut. Semua kejadian dan peristiwa akan berjalan
dengan pasti.
Oleh sebab itu cakra
merupakan lambing dari nasib yang terus menerus berputar secara abadi dan
tidak ada putus-putusnya. Dikala hal ini “ nasib “ merupakan kekuatan tanggal
yang berfungsi sebagai pengerak peristiwa sejarah. Berdasarkan alam fikiran
seperti tersebut diatas, maka bangsa hidup secara bebas dan tidak usah
memikirkan sesuatu, sebab segala sesuatu akan terjadi dengan sendirinya.
Ø Aliran Pandangan Sejarah Menurut Santo
Augustinus
Faham fotum
atau nasib yunani kemudian menjelma dalam agama nasrani sebagai faham ketuhanan
dengan sifat – sifat yang sama yaitu :
a. Kekuatan nasib
menjadi tuhan
b. Sejarah
seharusnya menurut rencana alam atau menurut kekuatan nasib kehendak tuhan.
Didalam
faham ini manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan nasubnya sendiri.
Manusia harus menerima nasib yang diwariskan oleh tuhan yang tidak bisa ditawar
tawar lagi. Sebab menerut teori augoskomto tuhan sudah menentukan jalan hidup
manusia dan alam. Didalam hal ini manusia dan alam tidak bisa merubah garis
hidup yang sudah ditentukan itu. Berdasarkan hal itu maka, tujuan dari gerak
sejarah adalah untuk mewujudkan kehendak tuhan, didalam mewujudkan kehendak
tuhan itu, barang siapa yang menerima kehendak tuhan maka dia akan diterima
disorga. Tetapi sebaliknya barang siapa yang menentang kehendak tuhan maka dia
akan masuk neraka. Sehubungan dengan itu maka, sejarah masa kini merupakan masa
percobaan atau masa ujian bagi manusai, kehendak tuhan harus
diterima oleh manusia dengan rela. Keharusan untuk menerima kehendak
tuhan tersebut disebabkan karena ancaman barang siapa yang menolak kehendak
tuhan maka akan jadi penghuni neraka.
Ø Aliran Filsafat Kaum Rasionalis
Kemakmuran
dalam abad XVI dan XVII merupakan dasar yang kuat bagi peradaban umunya. Ilmu
pengetahuan, filsafat dan kesusasteraan menyongsong masa keemasannya.
Usaha ilmu pengetahuan dengan hasilnya yang mengagumkan menyebabkan suatu
perubahan menyeluruh dan berarti suatu kemajuan material yang abru semenjak
masa-masa Mesir dan Mesopotamia.
Dengan penelitian yang tekun maka
jiwa rasionalisme akan dapat menembus dunia kebendaan. Ia tak mau menggunakan
hal-hal diatas kodrat sebagi dasar sebagai dasar untuk menerangkan benda-benda
ataupun sebagai patokan. Dengan demikian ia memutuskan hubungan dengan tradisi
Kristiani dan kekuasaan gereja maupun klerikal.
Abad XVIII
merupakan masa timbulnya golongan tengahan, sebagai akibat dari munculnya
perdagangan dengan daerah koloni dan capital. Daerah koloni juga kaya
menghasilkan produksi-produksi baru dan bersamaan itu puls merupakan
pasar-pasar untuk hasil industri dari negara induk. Kekuasaan capital juga
membawa pengaruh pada kehidupan negara. Pendek kata abad XVIII merupakan
periode kemajuan yang pesat dan penuh janji-janji untuk masa dagang. Arah
pemikiran abad XVII dan XVIII sangat ditentukan oleh adanya sukses-sukses dan
kemajuan yang pesat dibidang ilmu pengetahuan. Hasil yang gemilang ini disatu
pihak hanya dapat dicapai berkat penyelidikan yang tekun dan dilain pihak usaha
ilmu pengetahuan dapat tumbuh subur didalam suasana kebebasan dan
kemerdekaan.
Apabila abad
XIII merupakan titik puncak kebudayaan abad pertengahan dengan gerejanya yang
universal dan kekuasaan negaranya. Maka didalam abad XVIII kebudayaan modern
sebagai kebudayaan kaum awam. Emansipasi terhadap gereja telah selesai dengan
sempurna.. Agama Kristen telah digantikan oleh religi alam, dan Tuhan oleh
akal. Setelah terjadi pemutusan ikatan dari tradisi yang pada masa Rennaissance
diartikan sebagai penemuan manusia, dan setelah penolakan segala kekuasaan
gereja selama reformasi , maka akhirnya individu menemukan dirinya sendiri.
Sesungguhnya dengan adanya agama dari akal ini kita telah berada
ditengah-tengah kebudayaan yang anthroposentris, sebagai antipode kebusayaan
theosentris dari abad pertengahan. kebudayaan modern adalah laksana mozaik :
dimana banyak ajaran-ajaran agama, aliran-aliran dalam filsafat, pendek kata
banyak pandangan tentang duniawi.
Ø Aliran Filsafat Abad Ke-19
Ekspansi
besar-besaran dari kekayaan dan kekuasaan adalah latar belakang ekonomis
perkembangan abad XIX. Semua ini akibat langsung dari revolusi industri dan
technik, yang dimulai sekitar pertengahan abad XVIII.
Penggunaan penemuan-penemuan technik
dari kincir terbang, mesin uap sampai dynamo dan elektromahnetisme, bersama
dengan pemakaian arang-batu sebagi bahan dan pengolaan baja. Mesin juga dipakai
untuk keperluan pengangkutan : lokomotif dan perahu asap mempercepat dan
mempermudah perjalanan. Lalu lintas yang tepat dan industrialisasi meningkatkan
besarnya kosentrasi perdagangan dan perusahaan dikota-kota. Peningkatan
produksi juga mengakibatkan tambahnya penduduk dengan cepat. Abad XIX juga
dilukiskan sebagai periode dari prestasi kosmopolitis dalam lingkup
internasional. Akibat lain dari kemajuan material ialah munculnya golongan
tengahan dibidang politik dengan ide-ide liberalisme. Persamaan hokum dan hak
bersuara dalam pemerintahan melalui parlemen. Kecuali dibidang politik
cita-cita humanitas dan kebebasan juga dibidang social. Ide tentang martabat
manusia tidak hanya dicoba direalisasikannya dalam penentangan terhadap segala
bentuk pemerasaan seseorang oleh orang lain. Emansipasi yang diperjuangkan oleh
liberalisme tak sampai begitu jauh. Ia tidak ma uterus mengadakan asas kesamaan
dalam bidang ekonomi. Didalam banyak negara gerakan liberalisme berjalan
bersama-sama dengan nasionalisme, misalnya di Italia dan jerman. Disamping itu
nasinalisme memperjuangkan internasional antara bangsa-bangsa yang diperintah
oleh golongan tengahan melalui parlemen dengan didasarkan atas
perdagangan bebas. Adanya revolusi industri produksi mekanis juga menunjukkan
segi-segi negatifnya. Distu pihak kemakmuran ternyata bertambah dengan naiknya
kehidupan secara umum, dilain pihak jaman mesin telah membawa bencana yang tak
terkatakan. Meskipun orang mencegah peraturan social mengenai upah yang rendah.
Ø Interpretasi Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx telah
menggabungkan teori Malthus dari Hegel mengenai pergantian pola-pola budaya
dengan perjuangan untuk hidup. Hasilnya adalah keterangannya mengenai perubahan
didalam sejarah yang ditentukan secara materialistis pengusahaan terhadap cara
produksi, menetukan kelas mana dan pola pikiran mana akan berkuasa pada suatu
saat tertentu, dan pertentangan terus-menerus di antara kelas , pada akhirnya
akan dimenangkan oleh pihak proletariat, teori ini dinamakannya teori Historys
Materialisme.
Apabila
Hegel menganggap roch sebagai azas dari kenyataan sejarah, maka marx dalam
histories materialnya bertolak dari kemasyarakatan yang histories. Dilihat dari
segi ekonomis, maka kenyataan masyarakat dikuasai oleh hubungan-hubungan
produksi.
Masyarakat bordjuis kapitalis
sekarang, seperti halnya periode-periode yang mendahuluinya. Mengandung
antagonisme social, yang disebabkan oleh cara-cara produksi kapitalistis. Dengan
adanya perkembangan yang hebat dari kekuasaan industri dan ilmu pengetahuan
maka timbullah disitu contrast-kontrast yang tajam. Emansipasi individu akan
tercapai dengan jalan menggulingkan tertib masyarakat yang ada. Proletariat ,
bangsa terpilihnya histories materialisme, adalah satu-satunya kekuatan
revolusioner yang mempunyai potensi untuk menumbangkan masyarakat kapitalistis
dan untuk membangun komunistis yang dicita-citakan.
Ø Aliran Sejarah Ilmiah
Ranke adalah
pelopor madzap sejarah ilmiah. Ia berpendapat bahwa filsafat sejarah yang baik
bukanlah kualitas yang mencakuo semuanya melainkan suatu rangkaian daripada
peristiwa yang mendahului dan peristiwa menyusul, Louis, 1975 :161. Sejarah
“sungguh-sungguh terjadi tanpa aspek filsafat mengenai sebab musabad’. Maka
peristiwa sejarah tersebut kurang bermuatan ilmiah. Pada periode ini sering
juga dijuluki dengan “zaman borok”. Sangat mengagumkan peranan berpikir sebagai
sumber falsafah ilmiah dengan mementingkan rasio atau akal budi. Semua pemikir
besar pada zaman ini seperti descrates, spinoza, paulranke mencoba untuk
menyusun suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berpikir, dalam
pusatnya atau dalam filsafat sejarah disebut aliran sejarah ilmiah.
Ø Mazhab Sejarah
Berlawanan
dengan pandangan kaum Rasionalis penganut historysme bersama Hegel menganggap
bahwa suatu sejarah universal berada dalam suatu proses yang kontinu dan
penggunaan penyelidikan sejarah secara empiris, jika dimasukkan dengan proses
universal dapat membantu menjelaskan perkembangannya. Fakta harus dipisahkan
dari kepalsuan dengan jalan penerapan yang ketat melalui metode sejarah, tetapi
ia tidak setuju kalau penyelidikan sejarah harus dipisahkan dari interprestasi
filsafat. sejarah harus merupakan usaha menggali nilai-nilai yang memberikan
keterangan dan pedoman bagi hidup masa sekarang.
Ø Interpretasi Amerika Terhadap
Sejarah
Herbert B.
Adams dari John Hopkins university adalah pengikut Ranke. Ia mengemukakan
metode seminar untuk mendidik sejarawan yang diciptakan ranke. Interpretasi
Amerika menunjuk watak rasial Anglo Saxon merupakan faktor utama bagi
perkembangan sejarah Amerika. Salah seorang muridnya ialah Tumer yang
mengemukakan bahwa watak Amerika adalah pengaruh budaya Tapal batas (frontier)
serta suatu seksionalisme menjadi akibatnya : lebih penting daripada budaya
Eropa.
Sumber : Pengantar Ilmu Filsafat,
Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK
- Tokoh –Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah
Ø Patrick Gardiner
Menurut Gardiner,
filsafat sejarah menunjukkan kepada 2 jenis penyelidikan yang sangat berbeda.
Secara tradisional ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan kepada
usaha memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses
sejarah. Filsafat sejarah dalam arti ini secara khas bercirikan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti : apa arti (makna, tujuan) atau hukum-hukum pokok
mana yang mengatur perkembangan dan perubahan dalam sejarah ? diantara
tokoh-tokoh utama yang mewakili teori semacam ini bolehlah disebut Pico,
Herder, Hegel, Comte, Marl, Buckle dan dizaman ke-20 –Amold Toynbee dan Pitirin
Sorokin (Taufik Abdullah 1985 : 123).
Ø Dilthey Dan Beneitto Croose
Tetapi akhir
abad yang lalu kita menyaksikan pemunculan sejumlah pemikir yang tampaknya
tidak lagi menerima anggapan yang mengenakkan tersebut diatas dan yang
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merepotkan : diantara pengarang-pengarang
itu yang lebih berpengaruh dalam kecenderungan baru tersebut ialah George
Simmel, Heinrica Rickert, dan terutama Wilhelm Benedetoll Croose (1917) di
Italia (Taufik Abdullah 1985:125-126). Sebaliknya tujuan mereka yang utama
ialah menetukan apa yang telah terjadi di masa lalu dan mengapa. Ini tidak bisa
tidak melibatkan suatu pemusatan pikiran atas sifat kekhususan yang konkret dan
peristiwa-peristiwa dalam dirinya sendiri unik dan tak dapat diulang.
Ø R. G. Collingwood
Pendirian
dasar dari paham tersebut diatas mungkin paling kuat dan jelas dirumuskan oleh
filsuf inggris R.G.Collingwood (1946) yang dalam karyanya sangat dipengaruhi
oleh Croose. Menurut Collingwood, tugas pokok sejarawan ialah memikirkan
kembali dan memerankan lagi, didalam pemikirannya pertimbangan dari pelaku
sejarah dan dengan begitu peristiwa yang harus disorotinya dibuat menjadi bisa
dipahami dengan cara yang tak ada hubungannya dengan ilmu-ilmu alam. Ini
menyebabkan diantara lain menegaskan bahwa istilah sebab mempunyai arti
tersendiri didalam konteks cerita sejarah, tak boleh dicampur adukan dengan
arti manapun yang mungkin saja dikandungnya ditempat lain.
Ø Friedrick Hegel
Seluruh
sistem Hegel terdiri rangkaian-rangkaian dialektis dari tiga tahap, yaitu :
tesis- antitesis- sistesis. Contoh : dari ada- tidak ada- menjadi. Pandangan
sejarah bertolak dari thesis, bahwa akala adalah azas\dari dunia. Akallah yang
bekerja di dalam dan di balik nafsu, usaha dan fikiran, maupun
kepentingan-kepentingan manusia. Manusia berfikir dan berusaha mencapai
tujuannya, namun secara tidak sadar mereka memenuhi suatu tujuan umum yaitu :
perwujudan dari ide. Manusia adalah sekedar alat dari itu. Realisasi diri dari
roch didalam waktu ini adalah pernyataan yang semakin maju dari fikiran bebas.
Pendidikan dari roch menuju realisasi dan kesadaran dalam kebebasan berlangsung
dari gerakan dari timur kearah barat. Sejarah dunia mulai di timur dan
berakhir di barat. Ia dimulai dari kerajaan timur yang besar, yaitu cina, Persia
dan India. Karena kemenangan yang menentukan dari bangsa yunani atas bangsa
Persia maka sejarah berpindah kelaut tengah dan berakhir dengan kerajaan
Kristen german di barat.
Sumber : Pengantar Ilmu Filsafat,
Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK
Ø Dialektis Materialisme Dan History
Materalisme, Oleh Karl Marx (1818-1883) Dan Fredericht Engels (1820-1895)
Melalui
pemikiran Marx tercipta dua karyanya yaitu Dialektis Materialisme dan History
Materialisme.
- Materialisme Dialektika.
Marx
sangat keranjingan dengan seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang bernama
Hegel. Hegel mengenalkan proses dialektika bagi perkembangan dan pertumbuhan
masyarakat. Proses dialektika itulah yang kita kenal dengan Tesis – Anti Tesis
– Sintesis. Proses tesis ini adalah tahapan perkembangan yang penuh
penyangkalan (negasi), tesa akan melahirkan negasi disebut sintesa, dan
berikutnya ada negasi untuk sintesa hingga melahirkan anti tesa. Anti tesa pada
perkembangan berikutnya akan menjadi tesa baru yang harus di negasi lagi. Baginya
, tahapan dialektis ini akan terus berputar hingga pada akhirnya akan mencapai
titik atau nilai absolut (absolut idea). Pada tahap nilai absolut inilah
tercipta suatu yang paling benar dan tidak ada lagi yang benar selain itu. Dalam pemikiran Marx, dialektika mateialisme
diartikan sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus -menerus
tanpa ada yang mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui
proses pertentangan. Materi yang dimaksud menjadi sumber keberadaan benda-benda
alamiah, senantiasa bergerak dan berubah tanpa hentinya. Dalam pergerakan dan
perubahan itu terjadi perkembangan menuju kepada tingkatan yang lebih tinggi.
Tidak melalui proses yang lamban (evolutif) melainkan secara dialektis, melalui
pertentangan-pertentangan yang pada hakekatnya sudah mengandung benih
perkembangan itu sendiri. Tahapan ini akan berakhir setelah mencapai nilai
absolut, yakni masyarakat komunis- tahapan perkembangan masyrakat yang paling
ideal.
- Materialisme historis.
Dalam
pembahasan ini, Marx beranggapan bahwa perkembangan sejarah manusia akan
mengalami beberapa fase (dialektis), yaitu :
Masyarakat komunal yang
memakai alat-alat bekerja yang sifatnya sederhana. Alat produksi itu bukan
milik pribadi (perseorangan) tetapi menjadi milik komunal, misalnya semua tanah
dimiliki secara bersama-sama. Dalam masyarakat primitif belum dikenal surplus
produksi diatas tingkat konsumsi, karena setiap orang masih mampu mencukupi
kebutuhannya sendiri. Keadaan ini tidak berlangsung lama sebab masyarakat
menciptakan alat-alat yang dapat memperbesar produksi-periode zaman batu lalu
meloncat pada penggunaan tembaga dan besi. Perbaikan alat produksi pada saat
yang sama menimbulkan perubahan sosial, pada titik inilah pembagian kerja dalam
berproduksi tidak dapat di hindari. Pertukaran barang mulai berkembang luas,
meski mekanisme pasar masih diciptakan masih sederhana. Akhirnya keperluan
menghasilkan barang-barang yang di butuhkan orang lain meningkat, diperlukan
kemudian kaum pekerja dalam rangka produksi. Hal ini berarti mulai tercipta
hubungan produksi dalam masyarakat itu. Dan mulai saat itu terjadi sintesa
tersebut.
Masyarakat perbudakan
(slavery), tercipta berkat hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki
alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Bermulai dari cara
kerja model ini menyebabkan berlipat gandanya keuntungan pemilik produksi.
Budak yang berkerja diberi upah yang minim untuk mempertahankan tingkat
kerjanya dan supaya tidak mati. Masa perbudakan adalah masa di mana terdapat dua
kelas dalam kehidupan manusia, yaitu para budak dan kaum pemilik budak. Situasi
kelas ini cenderung menciptakan pertentangan antar kelas pemilik budak dengan
kaum budak. Pertentangan kelas inilah yang kemudian menciptakan terjadinya
proses sintesa perubahan di masyarakat dan sintesa inilah yang kemudian
melahirkan masyarakat feodal.
Masyarakat feodal
tingkat perkembanganya bermula setelah runtuhnya masyarakat perbudakan.
Pemilikan alat produksi terpusat pada kaum bangsawan, khususnya pemilik tanah.
Hubungan produksi ini mendorong adanya perbaikan produksi dengan cara produksi
di sektor pertanian. Dengan demikian, sistem feodal sebenarnya mengubah cara
kehidupan sosial. Dari kerangka ini lahir dua golongan kelas dalam masyarakat
dan puncaknya menjelma dalam sistem kapitalis yaitu :
·
Kelas feodal tuan tanah yang menguasai perhubungan
sosial.
·
Kelas pertani yang
bertugas melayani tuan tanah.
Proses
dialetika sejarah ini pada akhirnya membuktikan, bersintesa kembali menjadi
sistem. Sistem masyarakat feodal memang tidak mapu membendung lahirnya kelas
kapitalis.
Masyarakat kapitalis
terdapat dua kelas yang kepentingannya saling bertentangan, yaitu kelas
proletar dan kelas borjuis yang mewakili
kaum kapitalis pemilik alat produksi. Sistem kapitalis bergantung pada
eksploitasi atas upah buruh. Dimana bawah sistem kapitalis, pengusaha membayar
buruhnya dengan hanya sebagian nilai
yang
mereka ciptakan dan semata-mata supaya mereka tetap hidup serta lebihnya masuk
kesakunya sendiri. Di dalam evolusi mode produksi kapitalis, baik besarnya
keuntungan yang di peroleh kaum kapitalis maupun upah yang diterima buruh
secara terus-menerus menurun. Karena, ketika berhadapan dengan persaingan yang
kejam, kaum kapitalis harus mengeluarkan semakin banyak modalnya untuk perlengkapan,
dan bahan baku. Buruh menjadi murah dan upah turun sehingga terjadi kemerosotan
standar hidup secara terus-menerus. Pada saat yang sama, terkait dengan krisis
yang terjadi secara priodik yang disebabkan oleh overproduksi,
perusahan-perusahan besar menelan perusahan yang lebih kecil. Ketika waktunya
datang, situasi tersebut secara tak terelakkan akan mendorong terjadinya
revolusi. Revolusi tersebut dibagi dalam dua tahap, yaitu:
·
Revolusi yang di
pelopori oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan kaum feodal.
·
Revolusi yang dilakukan
oleh kelas perkerja dalam upaya meruntuhkan kelas borjuis.
Setelah
mencapai kekuasaan, kaum komunis sebagai juru bicara kelas buruh yang memiliki
tugas untuk mempergunakan kekuasaannya di zaman peralihan dan di bentuknya
pemerintahan proletariat. Masyarakat tanpa kelas terbangun bersamaan dengan
negara. Sebagai formulasi terakhir, (sintesa/ absolute idea) dari lima tahap
perkembangan sejarah Marx, ialah terbentuknya masyarakat komunis.
Masyarakat komunis.
Perbedaan kepentingan makin lama makin memuncak artinya muncul apa yang disebut
dengan pertentangan kelas. Pertentangan kelas dan perjuangan kelas berakhir
dengan terbentuknya masyarakat tanpa perbedaan kelas. Hubungan produksi
merupakan jalinan kerja sama dan saling membantu dari kaum buruh yang berhasil
melepaskan diri dari eksploitasi. Perbedaan mendasar dengan tahap perkembangan sejarah masyarakat
sebelumnya adalah dalam masyarakat sosialis alat-alat produksi merupakan hasil
olahan dari kebudayaan manusia yang lebih tinggi. Sistem sosialis dirancang
untuk memberi kebebasan bagi manusia mencapai harkatnya tanpa penindasan.
Dengan kata lain sistem yang menginginkan terhapusnya kelas dalam masyarat.
www. Tokoh/Marxisme.
wordpress.com. Didownload Minggu, 05 Mei 2013.Jam 06:09
- Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah Nasional Indonesia
Ø Prof. Muhammad Yamin
Menurut
Muhammad Yamin untuk menyusun filsafat sejarah nasional banyak kita petik dari
pujangga baru dari Timur dan Barat. Mereka itu antara lain : Herodotus, Ibn Khaldun,
Karl Marx, Hegel, Immanuel Kant.
- Menurut Ibn Khaldun:
Perlu
diketahui bahwa Ibn Khaldun seorang sajana arab yang tersohor yang hidup
diantara than 1332 – 1406 masehi. Teorinya tentang gerak sejarah hamper sama
dengan teori santo Augustinus. Perbedaan antara kedua teori itu tidak terlalu
banyak, dimana teori Ibn Khaldun tidak memusatkan pada dinia akhirat.
Lebih dari
itu Ibn Khaldun berpendapat bahwa sejarak merupakan ilmu yang berdasarkan
kenyataan. Sejarah itu bergerak dengan tujuan agar manusia sadar terhadap
perubahan – perubahan yang terjadi. Kesadaran itu merupakan usaha dari manusia
itu sendiri untuk menyempurnakan hidupnya. Sedang segala perubahan – perubahan
yang terjadi itu Karena kehendak tuhan. Terjadinya perubahan tersebut dapat
melalui beberapa cara misalnya : revolusi, pemberontakan, pergantian adapt atu
lembaga dsb. Perubahan – perubahan ini oleh Ibn Khaldun dianggap dengan
kemajuan.
Dengan
berdasarkan itu semua perbedaan antara kedua teori itu menjadi semakin jelas
yaitu : Menurut Santo augustino,sejarah akan berakhir pada dwi tunggal yaitu
sorga dan neraka. Sedang menurut Ibn Khaldun sejarah justru akan melahirkan
beraneka ragam masyarakat dan Negara yang semakin lama semakin maju dengan
kehidupan manusia yang semakin sempuna. Teori santo Augustinus menciptakan
manusia penyerah, sedang sedang teori Ibn Khaldun mendidik manusia menjadi
pejuang – pejuan yang tidak kenal mundur dan menyerah, untuk menuju kearah
kebahagiaan dalam masyarakat atau Negara yang beraneka ragam.
Ø Dr. Soedjatmoko
Sudah
menjadi ciri manusia yang berpikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya
sedemikian rupa, sehingga pengetahuan itu dapat dicukupi oleh satu atau dua
asas pokok dan prinsip saja. Demikian juga manusia , dalam menghadapi
fakta-fakta sejarah, sejak dahulu telah mencoba untuk merumuskan suatu filsafat
sejarah yang mencukupi segala sesuatu yang diketahuinya didalam lapangan
sejarah itu, dibawah satu ataubeberapa prinsip atau menurut beberapa
wetmatigheeid, sehingga makna dari sejarah untuk manusia itu menjadi terang.
Ø Prof. Sartono Kartodirdjo
Menurut
Prof. Sartono Kartodirdjo filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat
yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna suatu
proses pristiwa sejarah. Manusia berbudaya tidak puas dengan pengetahuan
sejarah, dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya
hubungan antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya. Kekuatan
apakah yang menggerakkan sejarah kearah tujuannya? Bagaimana terakhirnya situ
proses sejarah? (Sartono Kartodirdjo 1990: 78-79).
www. Tokoh/pemikir/filsafat-sejarah_nasional.
perpustakaan.
uns.ac.id/jurnal. Didownload Minggu. 05 Mei 2013 Jam 06:24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar