Sabtu, 22 Maret 2014

Review FILSAFAT SEJARAH



Filsafat sejarah


OLEH :
NAMA                                     : MUHAMMAD DERI JUNIKO (2011.131.044)
SEMESTER                            : 4 (a)
MATA KULIAH                      : FILSAFAT SEJARAH
KODE MATA KULIAH          : MKK 244
DOSEN PENGASUH              : EMA AGUSTINA, S.PD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2012/2013

DAFTAR ISI
            Cover...........................................................................................................   1
            Daftar Isi......................................................................................................   2
            Resume........................................................................................................   3
1.      Pengertian Filsafat Sejarah..............................................................   3
2.      Tujuan Filsafat Sejarah...................................................................  15
3.      Ruang Lingkup Kajian Filsafat Sejarah..........................................  16
4.      Aliran –Aliran Dalam Filsafat........................................................  17
5.      Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah..........................................  20
6.      Aliran Filsafat Sejarah Dan Teori Sebab Peristiwa Sejarah...........  25
7.      Tokoh –Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah.........................................  30
8.      Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah Nasional Indonesia......................  34











RESUME
1.      Pengertian Filsafat Sejarah
Ø  Pengertian Filsafat
Ada banyak orang berkata bahwa orang harus berfilsafat, tapi kadangkalah orang sering kali belum tentu mengerti apa sebenarnya filsafat ? bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan awal yang  harus dipahami manakalah ingin mengerti apa sebenarnya ilmu filsafat. Dibawah ini saya akan memberikan gambaran lebih rinci agar mudah memahami manakalah ingin belajar apa sebenarnya ilmu filsafat tersebut.
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
*      Segi logatnya: filsafat berasal dari bahasa Arab “falsafah” yang bersal dari bahasa Yunani “philosopia”. Dalam bahasa yunani  kata philosopia itu merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata Philos dan Sophia. Philos artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya. Berarti menginginkan sesuatu, karena menginginkan sesuatu, maka keinginan tersebut harus dicapai sampai terpenuhi. Sedangkan Sofia artinya kebijaksanaan atau cinta kebenaran. Kebijaksanaan ini pun kata asing, adapun artinya yaitu pandai: mengerti dengan mendalam.
Jadi apabila definisi diatas ditarik batasan artinya adalah  ingin mengerti dengan mendalam atau cinta akan kebijaksanaan.
*      Segi praktinya: dilihat dari segi pengertian praktis, filsafat berarti  alam pikiran alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir dikataka berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.(Ahmadi, 1982:9).
Jadi, Tidak semua berfikir dapat dikatagorikan berfikir. Berfikir dikatagorikan berfilsafat apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri pokok yaitu: berfikir radikal, berfikir universal dan berfikir sistematis.
*      Berfikir radikal yaitu berfikir sampai keakar-akarnya, tidak tanggung-tanggung sampai pada konsekkuensi yang terakhir.bisa juga dikatakan  berfikir tidak separuh-paruh, tidak berhenti dijalan, tatapi terus sampai pada tujuannya.
*      Berfikir sistematis adalah berfikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan  yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang teratur.dan
*      Berfikir universal adalah tidak berfikir khusus, yang hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi mencakup sebuah permasalahan secara keseluruhan.
Tegasnya: berfilsafat adalah berfikir dengan sadar, yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur, sesuai dengan aturan dan hukum-hukum berfikir yang teratur. Berfikir filosofi harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam semesta, tidak sepotong-potong.
Jadi, filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan  dengan sedalam-dalamnya tentang suatu kebenaran. Atau dengan kata lain kegiatan berfikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijaksanaan dan kearifan.
Ø  Beberapa definisi menurut ahli filsafat
Karena luasnya lingkungan ilmu berfilsafat, yang jelas para ahli filsuf  memberikan pengertian  yang berbeda mengenai definisinya.
1. Plato (475-347SM) ia seorang filsuf yunani yang termasyur murid Socrates  dan guru aristoteles. Ia mengatakan bahwa filsafat dalah pengetahuan tentang segala yang ada” ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenarann yang asli.
2. Aristoteles (382 SM-332 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergantung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika ( filsafat adalah menyelidi segala seabab benda dan asas benda).
3. Marcus Tullius Ceciro (106 SM-43 SM). Politikus dan pidato romawi, merumuskan filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yanga maha agung dan usaha untuk mencapainya.
4. Al-farabi (wafat 950 M). filosuf muslim terbesar sebelum ibnu sina mengatakan : filsafata adalah ilmu pengetahuan tentang alam maha ujud dan bertujuan menyelidiki hakekata yang sebenarnya.
5. Imanuel Khant (1724 M- 1804 M). yang disebut sebagai raksasa pikir barat, mengatakan bahwa: filsafat itu ilmu pokok segala pangkal dan pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan yaitu: apakah yang dapat kita ketahui?, (dijawab oleh metafisika). Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh Etika). Sampai dimaka pengharapan kita? (dijawab oleh agama). Apakah yang dinamakan oleh manusia ? (dijawab oleh antropologi).
6. Prof.Dr.Faud Hasan, guru besar psikologi UI,menyimpulkan : Filsafat ialah suatu ihktiar untuk berfikir radikal, artinya mulai dari radikalnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan . dan dengan jalan penjajagan yang radial itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan atau yang universal.
7. Drs, H,Hasbulah Bakri merumuskan, ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,alam semesta dan manusia,sehinga dapat menghasilkan pngetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat capai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Ø  Manfaat Filsafat
1) Menurut Harold H. Titus, Filsafat adalah  suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control dan tujuan seni adalah kreaktifitas, bentuk keindahan dan ekspresi. Maka, tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan.
2) Menurut Dr. Omar A. Hoesin bahwa filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib akan kebenaran.
3) Menurut S. Takdir Alisyabana bahwa filsafat dapat memberikan  ketenangan fikiran dan kemantapan hati, meskipun sekalipun maut.  Dalam tujuannya yang tunggal  ( yaitu kebenaran) itulah letak kebesarannya, kemuliaan. Kebenaran disini dalam arti yang sebenar-benarnya dan seluas-luas baginya itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
4) Menurut Radhakrishnan tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan  semangat masa dimasa hidup melainkan membimbing maju. Funsi filsafat adalah rekreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan tujuan yang baru.
5) Beberapa pendapat diatas sangatlah berbeda dengan  Soemadi  Soerjabrata, mempelajari filsafat adalah mempertajam pikiran. Dimana berfilsafat tidak hanya sekedar mengetahui, melainkan harus mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang mengaharapkan bahwa filsafat akan memberikan  kepadanya dasar-dasar pengetahuan  yang membutuhkan hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup bahagia dan baik.
6) Plato bahwa ia merasakan berfikir dan memikirkan itu  sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga diberi peredikat sebagai keinginan yang maha berharga.
7) Rene Descartes. Sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaharuan dalam abad ke 17  yang terkenal dengan ucapan “cegito ergo sum” (karena berfikir, maka saya ada) sebagai landasan filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkal pada sesuatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
8) Prof. Dr. N. Driyakara S.J. filsafat adalah  pikiran manusia yang radikal, dengan menyampaikan pendapat dan pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan  dan sikap praktis.” Pandangan diarahkan kepada sebab-sebab yang terakhir atau sebab pertama (filsafat causis), dan tidak diarahka kepada yang terdekat (secundari causis). Sepanjang kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai kemmampuannya.
9) Afred Nort Withchead filsafata adalah keinsafan dan pandangaan jauh kedepan  dan suatu kesadaran akan hidup. Pendeknya, kesadaran dan kepentingan yang memberi semagat kepada seluruh usaha peradaban manusia”
10) Maurice Marieau Ponty (seorang tokoh filsafat modern excistencialisme). Jasa dari filsafat itu terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berfikir tentang manusia”.
11) Gabriel Marcell (excistencialisme) hakekatnya  manusia itu terletak dalam hasratnya untuk berkomunikasi untuk bersatu dengan Person atau pribadi lain dengan penuh kepercayaan . dan itu hanya mungkin karena hasrat manusia untuk percaya kepada toi absolu, kepada dikau yang mutlak yautu tuhan sendiri”.
Ø  Tujuan Filsafat
Setelah penelusuran itu, kita dapat menyimpulkan 4 tujuan umum pelajaran filsafat yaitu:
1. Dengan berfilsafat kita dapat memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2. Dapat mempertahankan sifat yang objektif dan mendasarkan pendapat pengetahuan yang objektif, tidak hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja.
3. Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas. Jadi, menyembuhkan kita dari kepicikan, dari Aku isme dan  aku sent isme, hanya mementingkan Aku hanya saja, yang dapat merugikan perkembangan manusia seutuhnya.
4. Dengan pelajaran filsafat, kita diharafkan menjadi orag yang dapat berfikir sendiri, tidak menjadi yes man atau yes woman . kita harus menjadi orang yang sungguh sungguh mandiri, terutama dalam lapangan kerohanian dan menyempurnakan cara kita berfikir, dan memiliki sifat kritis. Disinilah pentingnya pelajaran filsafat logika.
Filsafat dengan fungsinya sebagai mater scientiarum (induk ilmu pengetahuan( bearti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Filsafat sebagai pengangan manusia pada masa itu,dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan menguasai filsafat zaman itu(sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala permasalahan didunia ini, baik masalah manusia sendiri,alamnya,mauupun Tuhanya.
Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup manusia, dan berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan  untuk menjawab segala tantangan manusia yang ada.
Dalam keadaan yang demikian, lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus bermula sekitar abad pertenghan. Pada saat lahirnya zaman renaissance (misl ilmu fisika dan matematika).
Beralih kepada bentuk pengetahuan yang lain, yaitu pengetahuan ilmu (ilmu Pengetahuan). Ilmu pengetahuan bertujuan membantu manusia mempermuda pelaksanaan kehidupannya atau untuk mensejahterakan manusia. Disegi lain, dapat pula bertujuan menyusahkan atau menghancurkan manusia apabila ilmu dan teknologi itu dipergunakan untuk tujuan perang dan menciptakan senjata mutakhir. Contoh : perang dunia ke 2 berakhir dengan penciptaan Bom atom oleh E. Enstein yang di jatuhkan di Hirosima (6 agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus 1945).
Ø  Dasar-Dasar Epistemologi Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Episteme  berarti pengetahuan. Epistimologi adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai pengetahuan. Sebagai cabang filsafat, epistimologi mempelajari dan mencoba menentukan hakikat dan skope pengetahuan, pengandaia-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Awalnya filsafat itu timbul adanya kekaguman terhadap pengalaman biasa, harian yang menyebabkan  seseorang terdorong untuk menyelidikinya. Maka awal epistemology adalah kekaguman terhadap pengetahuan. Kekaguman tersebut menjadi begitu nyata kalau “commond sense” ( angapan umum/akal sehat) dipertentangkan dengan sains. Karena kemajuan sains yang hasilnya sangat mengesankan, banyak orang yang berpendapat bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan adalah sains, sedangkan ‘commond sense” harus menyesuaikan diri denganya. Kadang-kadang anggapan itu sampai pada keyakinan bahwa “commond sense” bertolak dari kesan, sedangkan sains bertolak dari kenyataan sebagaimana adanya. Namun pikiran selalu berusaha mengekpresikan diri dengan dasar-dasar kepastian yang kokoh, berarti pengetahuan berkaitan dengan erat dengan ekpresi. “ pengetahuan “ mengekpresikan pengalamanya sendiri, bukan sekedar mengalami. Sedangkan bentuk pokok ekspresi adalah pertimbangan (judgment). Untuk itu epistemology berusaha memperhatikan dasar pertimbangan yaitu. hakikatnya jangkauan dan asal evidensi yang mendukung kepastian.
Sebab perhatian utama pemgetahuan adalah mencari kepastian yang tak tergoyahkan.
Di dalam upayanya untuk mendapatkan kepastian tersebut. Descartes melalui keraguan metodis universal menemukan bahwa dasar terkokoh adalah “COGITO, ERGO SUM” ( saya piker, berarti saya ada ). Tetapi karena ‘cogito’merupakan kegiatan spiritual maka dia membedakan dua jenis subtansi, yaitu subtansi spiritual (res cogitans) dan subtansi material (res extensa). Namun dikotomi tersebut menimbulkan pertanyaan: bagaimanakah pikiran bisa keluar dari dirinya dan menjangkau hal-hal diluar dirinya? Pemisahan secara tegas antara pikiran dan benda material memustahilkan pengetahuan, kerena terjadinya pengetahunjustru dikarenakan menyatunya dua unsure tersebut. Maka banyak filsuf(skolastik, fenomenolog,eksistensialis) menegaskan bepolaritas kesadaran:kesadaran diri akan yang lain. Tetapi bipolaritas kesadaran ( yang tercermin didalam indera), meskipun menyingkirkan subjektivisme dan objektivisme murni. Tidaklah menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Sebab masih ada soal bagaimana membedakan kesan dari kenyataan? Maka persoalan pokok: mana yang memberi pengetahuan? Indera ataukah pengetahuan padahal kalau mulai pada dengan indera. Kita mengalami kesulitan unutuk membedakan antara kesan dan kenyataan. Sedangkan kalau mulai dengan  pikiran kita pun jatuh dalam kesulitan untuk menjelaskan bagaimana pikiran bisa keluar dari dirinya dan menjangkau kenyataan di luarnya.
Untuk bisa memahami persoalanya dengan jelas, baiklah kita mulai dengan pendekatan dari indera, dan kemudian pendekatan dari budi.
  1. Pendekatan dari indra
Menurut John locke  yang digunakan untuk mnangkap pengalaman  merupakan fotokopy dari kualitas objek. Tetapi sejauh manakah fotokopy itu tidak menyelewengkan objeknya? Untuk itu  john locke membedakan  objek menjadikan kualitas primer dari kualitas sekunder. Kualitas primer langsung berhubungan dengan bentuk, keluasaan, gerak objek. Sedangkn kualisa sekunder adalah kualitas objek yang masing-masing hanya ditangkap secara khusus oleh indra tertentu. Misalnya; suara oleh telinga, warna oleh mata,  bau oleh hidung, rasa oleh lidah atau sentuhan. Menurut John Locke  ide yang ditimbulkan oleh impresi kualitas primer tidak usa diragukan kebenarannya. Kualitas primer biasanya dianggap sebagai bidang sains, sedangkan bidang kualitas sekunder biasanya dinggap  sebagai  bidang common sense .
John locked an para pendukung saintisne beranggapan bahwa semua pengetahuan harus mengacu kepada sains dengan metodenya,  sebab sains berhubungan  dengan kualitas primer, sehingga memberikan pengetahuan yang pasti. Tetapi pemisahan mutlak antara kualitas primer dan kualitas sekunder  justru membuat epistimologi macet. Sebab epistimologi bermaksud untuk menjelaskan segala jenis pengetahuan. Dengan perbedaan antara kualitas primer dan kualitas sekunder . john locke telah menentukan  secara a priori bahwa pengetahuannlah  yang diperoleh  mlalui sainnlah yang tepat. Sedangkan pengetajuan-pengetahuan yang lain, seperti tiologi, seni, etika, dianggap sebagai tidak tepat dan harus mengacu kepada sains. Wittgenstein menunjukkan bahwa pneglaman manusia  sangatlah komleks. Masing-masing jenis pengalaman emberi pengetahuan tersendiri, mempunyai rasionalitas tersendiri dan menggunakan bahssa sendiri. Berarti pengetahuan bidang tertentu harus dipahami sesuai dengan rasionalitas dan bahas yang digunakannya. Intinya tidak semua pengetahuan dimuat dalam sains.
Namun dari sini timbul suatu pertanyaan apakah penegtahuan itu bersifat relative atau subjektif?  Dan tidak ada pengetahuan yang objektif? Biasanya pengetahuan dianggap sebagai objektif bila pengetahuan tersebut tidak bergantung pada subjek. Peranan subjek harus dieliminir sedapat mungkin, sehingga yang terjadi benar-benar  hanya ditentukan  oleh objek seangkan subjek harus pasif. Tetapi pengertian yang demikian itu absur. Sebab siapakah yang mempunyai pengetahuan itu? Siapakah yang mempersoalkan objektivitas pengetahuan tersebut?jawabannya adalah budi atau kesadaran subjek itu sendiri. Batapapun perspektifnya berbeda-beda atau tidak pernah utuh. Selanjutnya kalau dilihat dari objeknya sendiri, perlulah disadari bahwa objek terlibat dalam waktu dan perkembangan. Maka analisis mengenai pengetahuan yang didasarkan pada indra akan mengalami jalan buntu.
  1. Pendekatan dari budi
Dari pengetahuan diatas menjadi jelas bahwa usaha mencari kepastian absholut bertolak dari indra sebagai sebagai pengetahuan gagal. Padahal budi mempunyai kecendrungan untuk memperoleh pengetahuan absolute tersebut. Maka usaha selanjutnya boleh dicoba untuk berangkat dari budi sebagai sumber dari pengetahuan. Dari refleksinya  budi menemukan  prinsip-prinsip pertama sebagai sumber rasionalitas, yang memmberi rambu-rambu  bagi pikiran untuk  mencapai kepastian.
Prinsip-prinsip pertama untuk prinsip identitas, prinsip memadai, prinsip sebab efisien. Tetapi prinsip-prinsip ini hanyalah memberikan keabsholutan kognisional, bukan eksistensial. Dari refleksinya, budi menemukan prinsip-prinsip pertama sebagai sumber rasionalitas, yang memberi rmbu-rambu bagi pikiran untuk mencapai kepastian. Prinsip-prinsip pertama adalah prinsip identitas., prinsip alasan memadai (sufficient reason), dan prinsip sebab efisien (efficient causality). Tetapi prinsip-prinsip ini hanyalah memberikan keabsolutan kognisional, bukan eksistensial.
Dari eksistensi manusia menjadi jelas bahwa pikiran selalu berkembang. Selanjutnya, kepastian yang akan dicari pikiran adalah persetujuan yang dijamin oleh evidensi. Sedangkan yang dimaksud dengan evidensi adalah kejelasan objek yang memaksa pikiran untuk menangkapnya dengan pasti. Tetapi evidensi yang disajikan objek bermacam-macam. Maka kepastian yang diperoleh pikiran juga bermacam-macam jenisnya. Ada kepastian fisik, yaitu kepasttian yang didasrkan dengan hukum alam (misalnya, api menyebabkan baju bisa terbakar); ada kepastian moral yang didasarkan pada keyakinan akan kelakuan normal (misalnya supir bus yang saya tumpangi  tidak akan dengan sengaja menabra kan pada pohon besar);  dan ada pula kepastia yang diperoleh dari kesaksian yang konvergen (misaknya: saya yakin kalau ada kota paris, karena banyak kesaksian yang menunjukkan kepastian itu). Namun semua kepastian itu selalu memberikan untuk dilanggar. Yang jelas kepastian absolute bukanlah dasar tindakan manusia. Syarat cukup bagi tindakan adalah kalau ada probabilitas yang sifatanya memadai, tetapi tidak memaksa tindakan. Didalam situasi tampa kepastian itu, pikiran manusia tetap berfungsi penting dalam mengarahkan hidupnya, terutama berhubungan dengan pengetahuan. Manusia berusa mendapat arti pengalamannya dengan menggunkan konsep atau ide. Jadi konsep atau ide merupakan alat pikiran untuk menangkap makna pengalaman. Karena pengalaman berkembang dan pikiran berkembang. Maka konsep yang merupakan alat pikiran untuk menangkap pengalaman, juga haruis berkembang. Dengan demikian definisi yang digunakan untuk mengartikan konsep tidak boleh dimutlakkan.
Dengan demikian pengetahuan bukanlah sesuatu yang secara mutlak dimiliki atau tidak dimiliki, melainkan mempunyai tahap-tahp yang bersifat progresif menuju kepemuasan. Penegtahuan mengenai esensi kenyataan eksistensial tidak bisa diperoleh melalui definisi konsep.
Kenyataan eksistensial bersifat sosio-historis. Konsep haruslah merupakan alata yang berupa kreativ dan lentur (bandingkan dengan pragmatisme-sosiolgisme-historisme). Karena konsep merupakan pembekuan pengalaman, maka konsep berlaku sebagai hipotesse kerja yang harus dicek dengan pengalaman kongkret.
  1. Pikiran pengalaman
Kiranya  menjadi jelas  bahwa penegtahuan  tidak dapat dicapai  hanya dengan mengndalkan  indra saja, atau budi saja. Pikiran reflektif justru muncul dari pengalaman, untuk mempertanyakan pengalaman dan  selanjutnya untuk memberi arti kepada pengalaman secara lebih penuh.  Maka pikiran harus setia pada pengalaman,  sebabpengalama memuat arti secara riil dan perlu dimengerti sebagai sumber sumber bagi kemungkinan pernyataan. Dalam kaitannya dengan pengetahuan.
Sumber : www.googlebottle.com/epistemologi/filsafat
Ø  Pengertian Filsafat Sejarah
Kajian ilmu sejarah mengkaji  masalah waktu dan peristiwa. Jadi filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan serta berusaha masuk kedalam dan pikiran cita-cita manusia sendiri dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya suatu Negara, bagaimana proses perkembangan kebudayaannya samapai mencapai puncak kejayaannya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti perna dialami oleh Negara-negara atas pada zaman yang lalu disertai peran pemimpin terkenal sebagai subjek pembuat sejarah pada zamannya (Tamburaka, 1999:  130).
Menurut Prof. Sartono Kartodirdjo filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna suatu proses pristiwa sejarah. Manusia berbuda tidak puas dengan pengetahuan sejarah, dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya hubungan antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya.
Kekuatan apakah yang menggerakkan sejarah kearah tujuannya? Bagaimana terakhirnya situ proses sejarah? (Sartono Kartodirdjo 1990: 79-79). Sedangkan menurut Dr. Zaenab Al Kudari mengemukakan bahwa fisafat sejarah  merupakan suatu tinjauan  terhadap peristiwa-peristiwa histories  dengan tujuan untuk mengetahui  fakta-fakta esensial  yang mengendalikan  perjalanan peristiwa sejarah.
Kedudukan dan status filsafat sejarah  merupakan cabang dari filsafat  yang berhubungan dengan sejarah sebagai ilmu ( yang mempunyai sistematika). Dalam sistematika tersebut  tidak ada yang namanya filsafat sejarah  maka lebih tepatnya sebagai anak cabang atau ranting dari ilmu sejarah. Kalau diatas dijelaskan bahwa filsafat sejarah  merupakan cabang dari filsafat  yang berhubungan dengan sejarah sebagai ilmu, tentunya jangan sampai dilupakan dan perlu saya ingatkan kembali  bahwa  ilmu sejarah mempunyai tiga konsep dasar sejarah diantaranya adalah:
a)    Sejarah sebagai peristiwa, adalah  peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
b)    Sejarah sebagai kisah atau cerita, adalah  kisah atau cerita tentang peristiwa sejarah. Dan
c)    Sejarah sebagai ilmu adalah suatu  disiplin ilmu  atau cabang pengetahuan yang berusaha menentukan dan mewariskan  pengetahuan  menegnai masa lampau dalm kehidupan masyarakat.
Istilah “ilmu”  merupakan pengetahuan disini antara lain: 1. didapat dengan metode tertentu  dan dihubungkan secara sistematis, 2. berisi generalisasi-generalisasi (kebenaran umum). 3. memungkinkan membuat prediksi-prediksi/ramalan ilmiah  dan dapat mengendalikan  fenomena di depan dan 4. objektif, dalam pengertian setiap peneliti harus menerima kebenaran itu bila ditunjukkan bukti-bukti kepadanya apaun selera dan latar dirinya. Sedangakan kedudukan atau status filsafat sejarah dijelaskan pula oleh The Liang Bie “ filsafat sejarah sebagai anak cabang filsafat yaitu filsafat khusus adalah suatu cabanng filsafat yang mengkaji  bidang-bidang khusus. Misalnya spesifik dari pengalaman / kegiatan hidup manusia. Filsafat khusus disini terdiri dari : filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat politik,  filsafat pendidikan dan filsafat sejarah. Menurut S. Tulman , filsafat merupakan sebuah anak cabang atau anak ranting  dari sejarah ilmu.
Filsafat ilmu yang dimaksud disini antara lain: ontology ( hakekat pengetahuan), Epistimologi ( cara memperoleh pengetahuan), oksiologi ( manfaat ilmu pengetahuan ).
Ø  Pengertian Sejarah Filsafat
Kalau diatas dijelaskan mengenai filsafat sejarah bahwa filsafat sejarah mengkaji, mencari penjelasan dan menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Tetapi apa sih sebenarnya filsafat sejarah itu sendiri.  Dalam buku ini akan dijelaskan apa yang membedakanya karena didalamya mempunyai tugas dan ruang lingkup kajian yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang erat sekali. Sejarah filsafat  adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji  tentang sejarah perkembangan  filsafat dari masa kemasa,  tentang system-sistem filsafat serta  penafsiran secara kritis  hasil-hasil pemikiran  para filsuf  terhadap persoalan-persoalan filsafati.
Pengertian lain sejarah filsafat banyak menekankan pada aspek filsafat  atau suatu kajian filsafat  sehingga rumusannya sebagai berikut: Sejarah filsafat  adalah suatu museum  yang memuat koleksi raksasa  dari pendapat-pendapat dan pemikir-pemikir  besar mengenai misteri hidup. Koleksi ini bertambah terus-menerus   dan dibedakan menjadi tradisi besar yaitu: filsafat India, filsafat cina dan filsafat barat ( H. Hamersma 1990:IX).
Dari kedua definisi konsep diatas, saya lebih tertarik  dengan konsep yang pertama dengan alasan  konsep yang pertama sebagai definisi oprasional tentang  (sejarah filsafat)  karena didalamnya telah menekankan  pokok kajian atau pengertiaan sejarah dan pengertiaan filsafat  serta perkembangan sejarah filsafat. Karena disiplin kita adalah ilmu sejarah, maka tidak ada salahnya juga belajar ilmu filsafat termasuk sejarahnya.  Apa sih Manfaat mempelajari sejarah filsafat? Jika aktivitas mempelajari filsafat termasuk seluruh bagiaan filsafat, misalnya filsafat sejarah  mengacu pada pengghidupan  kembali pemikiran-pemikiran filsafat  dimasa lampau, maka kegiatan ini  termasuk pada aspek penguasaan sejarah filsafat.  Dalam hal ini cara mempelajari filsafat  yang dipandang baik adalah dengan mengkaji  teks-teks filosofis dari pada filsuf terdahulu.


Ø  Manfaat Sejarah Filsafat dan Filsafat Sejarah
Manfaat mempelajari dapat mengetahui sejarah filsafat akan memperoleh nilai tambah , yaitu sebagai berikut :
1. Pemikiran dari setiap zaman  berakar pada masa lampau, dengan demikian pemikiran ini hanya dapat dipahami  dengan suatu lampiran perkembangan sejarah ( The Liang Bie, 1977:117).
2. Dengan mempelajari sejarah filsafat, seorang seseorang akan lebih arif dan bijaksana dalam memandang dunia  yang selalu bertentangan ini karena dalam memiliki Vision atau cara pandang yang lebih luas dan jauh kedepan.
3. Karena  setiap orang yang berfikir  saecara sungguh –sungguh tidak dapat menghindarkan  diri dari filsafat.  Ia mampu berfikir secara reflektif  sebagai salah satu metode paling baik dalam belajar ilmu filsafat, dapat memilki kemampuan secara intelektual, sistematis dan analisis serta menarik kesimpulan  secara kronologis
4. Ahli filsafat memberikan pertimbangan untuk menjadi seorang sejarawan yang ulung, tidak mutlak perlu memiliki pengetahuan filsafat sejarah. Karena banyak sejarawan ulung tak pernah  menekuni masalah-masalah filsafat sejarah. Tetapi yang ditawarkan oleh seorang ahli filsafat bagi sejarawan adalah dapat mempertajam kepekaan kritis seoran peneliti sejarah. Setiap orang mungkin merasa kecewa dan bertanya lalu apa manfaatnya penelitian seperti dilakukan oleh filsafat sejarah. Bila seorang filsuf sejarah  tidak dapat memberikan sumbangan pikiran yang membantu seorang ahli sejarah agar dapat melangkah dari bahan sumber-sumber sejarah menuju sebuah monografi, dan
5. Dengan dilatarbelakangi filsafat sejarah seorang peneliti sejarah lebih mampu mengadakan suatu penilaian pribadi menganai keadaan pengkajian sejarah pada suatu saat tertentu. Bahkan sekedar pangetahuan mengenai filsafat sejarah mutlak perlu,agar dapat mengapresiasi pengkajian sejarah masa kini dengan memuaskan. Dalam pemgkajian sejarah terdapat banyak aliran yang oleh pendukungnya masing-masing diiklankan dengan ramai, sehungga perlu diadakan suatu pilihan. Disini pun pengetahuan mengenai filsafat sejarah ada manfaatnya.
Setiap ahli sejarah yang dengan sungguh-sungguh menekuni profesinya, mau tidak mau menganut beberapa oemdapat yang berakar pada filsafat sejarah.
6. Para peneliti sejarah sendiri, kalau hanya mengandalkan intuisinya, kadang-kadang sampai pada kesimpulan-kesimpulan mengenai bidang penelitianya yang sukar dapat di pertahankan
7. Filsafat sejarah tidak mengajarkan bagaimana pengkajian sejarah harus dilakukan. Akan tetapi, filsafat sejarah dapat menawarkan pengertian mengenai untung ruginya berbagai pendekatan terhadap masa silam dan menjadikan kita waspada terhadap pendapat-pendapat keliru mengenai tugas dan tujuan pengkajian sejarah.
2. Tujuan filsafat sejarah
Diatas telah dijelaskan bahwa filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan  segala peristiwa sejarah. Walaupun batasan/ pengertian filsafat sejarah agak luas namun sudah menjadi ciri manusia  yang berfikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan itu dapat tercakup oleh satu atau dua asas pokok yang prinsip. Demikian pula halnya disini, dalam usaha merumuskan tujuan filsafat sejarah. Hal ini sangat penting karena dalam rangka studi untuk mendalami filsafat sejarah perlu diketahui apa sebenarnya tujuan utamanya? Dibawah ini akan diberikan gambaran secara detail, yaitu:
  1. Untuk menyelidiki sebab–sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat diungkapkan hakekat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
  2. Untuk Memberikan jawaban atas pertanyaan” kemanakah arah sejarah” serta menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu yang ada.
  3. Melalui studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
  4. Studi filsafat sejarah dapat menjadikan seseorang berfikir analitis kronologis  serta arif dan bijaksana atau wisdom.
  5. Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakekat serta menberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk filsafat sejarah nasional Indonesia
  1. Ruang Lingkup Kajian Filsafat Sejarah
Kajian fisafat sejarah yaitu menguji metode dan kepastian ilmu sejarah, mulai berkembang dibawah pimpinan Dilthey. Rickert , Croce, Collingwood, dan lain-lain. Walaupun dengan lapangan filsafat ini belum mencapa suatu kesepakatan bersama, harus kita akui, bahwa usaha mereka merupakan sumbangan yang penting kearah pengertian yang lebih baik akan hakikat dan kemungkingan pengembangan ilmu sejarah. Perkembangan ruang pemikiran filsafat  mempunyai hubungan yang sangat erat  dengan alam sekitar dan lingkungan. Ruang lingkup sejarah filsafat antara lain:
1.    Sitem –sistem filsafat
2.     filsafat timur yang meliputi :  filsafat India, filsafat Tiongkok ( Cina ), filsafat islam dan filsafat Indonesia
3.    filsafat barat yang meliputi filsafat: filsafat zaman yunani kuno,  filsafat skolastik dan zaman patriotic, filsafat zaman modern dan filsafat sekarang ini.
Disamping itu, akan diberikan penafsiran secara kritis  hasil-hasil pemikiran  para filsuf terhadap persoalan-persoalan filsafat  dari pada perkembangan filsafat.  Apalagi kita semua ketahui bahwa filsafat itu merupakan induk? Ibu dari semua ilmu pemngetahuan  sebelum ilmu-ilmu itu dimiliki dan memisahkan diri  dari filsafat  untuk menjadi ilmu  yang berdiri sendiri.
Sumber : Helius Syamsudin dan Ismaun (1996;49)
  1. Aliran –Aliran Dalam Filsafat
Aliran aliran yang terdapat dalam filsafat adalah sangat banyak dan komplek. Dibawah ini akan akan kita bicarakan: aliran metafisika, aliran etika dan aliran aliran Teori pengetahuan.
  1. Aliran-aliran Metafisika
Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu (1)yang mengenai kwantitas(jumlah) dan (2) yang mengenai kwalitas (sifat).
Yang mengenai kwantitas ini sendiri: Monisme, dualisme dan  Pluralisme.
Monisme.ialah aliran yang mengemukakan unsure pokok segala yang ada ini adalah esa(satu). Menurut Thales: air, menerut  Anaximandros:apaieron, menurut Anaximenes : udara. Dualisme, ialah aliran yang berpendirian unsur pokok sarwa yang ada ini adalah dua, yitu roh dan benda. Pluralisme, ialah aliran yang berpendapat unsur pokok hakekat kenyataan ini adalah banyak Menurut Empodekles: udara, api, air dan tanah.
Yang mengenai kwalitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni:
  • Yang melihat hakikat kenyataan itu tetapi; dan
  • Yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah:
  • Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh.
  • Materialisme, yakni aliran berpendirian bahwa hakikat itu besifat materi.
Yang termasuk golongan ke2 (kejadian) ialah:
  • Mekanisme, yakni aliran berkeyakinan, bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hokum sebab akibat.
  • Aliran Teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan,bahwa kejadian yang satu berhubungan kejadian yang lain, bukan oleh hokum sebab akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.
  • Determinisme, yakni aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil keputusan-krputusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
  • Indeterminisme, ialah aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yangf seluas-luasnya.
b. Aliran-Aliran Etika
Aliran penting dalam Etika banyak sekali, diantaranya :
  • Aliran etika Naturalis ialah aliran yang beranggapan bahwa  kebahagiaan manusia  didapatkan dengan menurutkan  panggilan natura (fitra) kejadian manusia sendiri.
  • Aliran etika hidoesmi ialah aliran yang berpendapat bahwa perbutan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan  hedone (kenikmatan dan kelezatan).
  • Aliran etika Utilitarisme ialah alran yang menilai baik  dengan buruk perbuatan manusia ditinjau dari segi kecil dan besarnya  manfata bagi manusia (Utility artinya bermanfaat).
  • Aliran etika edialisme ialah aliran manusia jangan terikat pada sebab musabab lahir, tetapi harus didasarkan pada konsep dasar kerohaniaan(edia) yang lebih tinggi.
  • Aliran etika vitalisme ialah aliran  yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya ukuran hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan.
  • Aliran etika theologis  ialah aliran yang berkeyakinan bahwa  ukuran baik daan buruknya  perbuatan manusia  itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuai dengan perintah tuhan  (theos artinya tuhan).
Sumber : Helius Syamsudin dan Ismaun (1996;49)
  1. Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran ini menjawab pertanyaan bagaimana manusia  mendapat pengetahuan , sehingga pengetahuan itu benar dan benar berlaku. Antara lain: Golongan yang pertama ini yaitu golongan yang mengemukakan asal atau sumber penngetahuan, termasuk kedalamnya :
  • Aliran Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal pikiran atau rasio. Tokoh- tokohnya antara lain : Rene Decrates (1596-1650), ia membedakan adanya 3 ide yaitu : Ide bawaan yaitu sejak manusia lahir, ide-ide yang berasal dari luar manusia, dan ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh rasionalisme yang lain adalah Spinoza (1632-1677) dan Leibniz (1646-1716).
  • Aliran Empirisme
Aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indra. Tokoh-tokohnya antara lain :
John Locke (1632-1704) : menurutnya pengalaman dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : pengalaman luar, dan pengalaman dalam batin.
David hume berpendapat bahwa ide-ide yang sederhana adalah salinan/copy.
  • Aliran Kritisisme
Aliran yang menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris yang meliputi indra dan pengalaman. Tokohnya adalah immanuell khant (1724-1804).
  • Aliran Skeptisisme
Menyatakan bahwa penserapan indra adalah bersifat menipu/ menyesatkan. Namun pada zaman moder berkembang menjad skeptisisme metodis / sistematis yang masyarakat adanya bukti suatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-tokohnya adalah Rene Descrates (1596-1650) mengatakan saya sedang berpikir, kalau saya sedang berpikir saya ada.
  • Aliran idealisme
Ialah suatu aliran filsafat metafisika yang berpendapat, bahwa hakikat dunia atau kenyataan itu ialah ide, yang sifatnya rohani. Filosof besar plato sebagai pelopor aliran ini.
  • Aliran Realisme
Berpendapat bahwa diluar kesadaran kita mengetahui segala benda memang ada suatu yang sungguh-sungguh nyata ada/real. Yang dapat diamati oleh pikiran kita melalui alat indra. Dalam sejarah filsafat aristoteles termasuk pelopor aliaran filsafat realis yang klasik.
Sumber : Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan IPTEK
  1. Aliran-aliran filsafat lainnya
Disamping aliran-aliran diatas, masih banyak aliran-aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran itu antara lain:
  • Existensialisme ialah aliran yang berpenderiaan, bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang konkrit, yaitu manusia sebagai exsistensi dan sehubungan dengan titik tolak ini, maka bagi manusia exsistensi mendahukui  essensi.
  • Pragmatisme ialah aliran  yang beranggapan bahwa  benar atau tidaknya suatu ucapan , dalil, teori  tergantung kepada  berfaedah atau tidaknya ucapan  dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk  bertindak dalam hidupnya.
  • Fenomenologi ialah  aliran yang berpendapat  bahawa hasrat yang  kuat  untuk mengerti yang sebenarnya  dan keyakinan  untuk mengerti yang sebenarnya  dan keyakinan bahwa  pengertian itu dapat dicapai,  jika kita mengamat dan amati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
  • Positivisme ialah aliran yang berpendirian  bahwa filsafat itu hendaknya  semata-mata berpangkal  pada peristiwa yang positive artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
  • Aliran filsafat hidup,  ialah aliran yang berpendapat  bahwa berfilsafat  barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian , sehingga filsafat ini tidak hanya hal yang mengenai  berfikir saja,melainkan juga mengenai ada yang mengikutkan kehendak, hati dan iman, pendeknya seluruh hidup.
Sumber : Helius Syamsudin dan Ismaun (1996;49)
  1. Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah
Ø  Filsafat Sejarah Pada Zaman Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius. Segala kejadian diterangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya diarahkan kepada Tuhan sebagai pencipta, penyelamat dan hakim seluruh umat manusia. Isi dan maksud seluruh hidup ialah kerajaan Tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah dizaman pertengahan bukan sebab-sebab  dan alasan setiap kejadian sejarah, melainkan tentang tujuan (arah teologis). Sumber : Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK.
Pandangan Sejarah Abad Pertengahan (A. Sartono kartodhirdjo)
Kebudayaan rochani Abad Pertengahan bercirikan agama Kristen. Seluruh jiwa masyarakat dengan berbagai sendi-sendinya bersifat keagamaan. Jiwa keagamaan ini yang mendorong berbagai bentuk dan paparan kehidupan.  Orang hanya mengakui makna kehidupannya yang berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan adhikodrati tentang kehidupan bahagia. Jiwa diluputi oleh sikap perasaan-perasaan yang timbul karena angan-angan keagamaan. Oleh karenanya menimbulkan pandangan hidup dan pandangan dunia yang bersifat mistik. Kita ketahui, selama abad pertengahan gambaran-gambaran pembabakan masa menurut analogi dari cerita-cerita injil beredar dimana-mana. Berbalikan dengan orang yunani, nilai-nilai hidup bagi orang abad pertengahan tidak terletak pada masa kini. Pemikiran abad pertengahan sebelum abad XII, sebelum munculnya filsafat Scholastik, dikuasai oleh cara pemikiran Augustinus, yaitu  semacam Neoplantonisme Kristen. Benda-benda didunia diciptakan menurut contoh cita-cita keabadian dalam jiwa Tuhan. Sejarah keselamatan adalah jatuh bangunnya bangsa yahudi dari dosa dan pengampunan, yang akhirnya  sampai pada penebusan. Masa diantara kebangkitan sampai pada kedatangan kristus kembali adalah masa percobaan. Dengan sudut tinjaun tentang sejarah keselamatan ini Augustinus ( 354-430) menganggap sejarah profan sebagai suatu pertentangan universal antara Kerajaa Tuhan dan Kerajaan Dunia.
Selanjutnya Augustinus menunjukkan, sejarah tidak ditentukan oleh manusia, tetapi oleh pola rencana Allah. Jadi Tuhan ikut mengambil bagian dalam sejarah. Augustinus masih terus menunjukan adanya pimpinan Tuhan didalam sejarah. Dengan dasar inilah ia membagi sejarah dunia dalam enam periode :
1.    Dari Adan sampai air Bah
2.    Dari air bah sampai Ibrahim
3.    Dari Ibrahim sampai Dawud
4.    Dari Dawud sampai di Babylon
5.    Dari pembuangan sampai kelahiran kristus
6.    Dari kristus sampai akhir dunia
Keenam periode ini oleh Augustinus juga dihubungkan dengan keempat kejadian dunia yaitu : Asria, Pesria, Masedonia, Roma.
Kepastian  hidup didalam Senescensn saeculum diperkuat dengan runtuhnya Romawi Barat, dan tidak datangnya masa akhir dapat diterangkan oleh terus berlangsungnya Romawi Timur. Baru didalam abad XII timbullah pandangan sejarah yang baru, yaitu :
1.    Aliran realistis yang diwakili oleh Otto van Freising
2.    Aliran mistis simbolis oleh Joachim van foried
Otto van Freising  ( 1114-1158)
Didalam bukunya “Chronican Historia de duabus civitatibus”. Ia berpendapat bahwa ini telah hampir sampai, karena ia melihat didalam diri Hendrik IV sebagai batu “yang direnggut dari gunung” untuk menghancurkan kerajaan terakhir. Disamping pandangan pessimistis ini terdapay juga pandangan optimistis. Kebudayaan berangsur terus-menerus dari Timur ke Barat. Disitu terdapat periode timbul dan tenggelam, kematian dan pembaharuan secara periodic. Perinciannya kedalam periode-periode sebagai berikut :
  1. Periode pertama berlangsung sampai berdirinya Roma
  2. Periode kedua dari berdirinya Roma sampai kedatangan kristus
  3. Periode ketiga berakhir dengan penyerahan kerajaan oleh Constantijn kepada bangsa yunani
  4. periode keempat berakhir dengan penjerahan bangsa yunani kepada bangsa Franken
  5. periode kelima dengan penjerahan dari bangsa Franken kepada bangsa German
  6. periode keenam diakhiri dengan peperangan antara Gregorius VII dengan Hendrik IV
Otto mengakhirinya dengan penglihatan echatologis yang menantikan segera datangnya hari-ketenyraman.
Joachim van Fiore (1145-1202)
Konsepsi ini berupa ajaran keselamatan dan terjadi atas pengertian tentang wahyu. Dilain pihak pengetian sejarah menjadi alat yang tak dapat diabaikan untuk menangkap arti yang mendalam dari kitab perjanjian baru. Karena sejarah dunia bersamaan denga sejarah Gereja. Menurut Joachim sejarah juga merupakan pencerminan kurnia Tuhan dalam kemanusian. Ini terjadi dalam tiga opera, yang dilaksanakan sendiri oleh oleh masing-masing dari  tiga pribadi, dan dengan ini sejarah dibagi menjadi tiga babakan waktu yang besar : 1. Periode Bapa, 2. Periode Putera, 3.  Periode roh kudus. Jochim beranggapan, bahwa masa-masa ini dapat berdiri saling berdampingan. Dalam tiap periode berdiri dua negara dengan pemimpinnya yang saling bertentangan. Herodes melawan Kristus, Neropertus, Mohamed-Benedictus, Saladyn-Hendrik IV, Anti Christ-Dux.
Ø  Filsafat Sejarah Pada Zaman Renaissance
Pada zaman renaissance merupakan zaman pencerahan yang besar. Zaman pertengahan sama sekali diaraahkan keatas dunia dengan Tuhan sebagai penguasa kodrat manusia, maka aliran baru mengutamakan dunia ini dan manusia. Bukannya dari tuhan Allah dipandang sebagai ideal yang terpenting, tetapi manusia yang terpelajar dan beradap dalam segala lapangan ilmu pengetahuan itu dipandang seperti ideal yang dituntut. Serta dari pikiran-pikiran dan ideal itu juga dipandang segala kejadian sejarah dan perbuatan manusia didalamnya.
Periode Renaissance, Reformasi dan Rasionalisme merupakan peralihan kearah jaman modern. Tiga aliran inilah yang memberikan wajah baru pada kehidupan Eropa Barat. Dalam abad XIX pemisahan antara abad pertengahan masih sangat jelas dan tajam. Renaissance, Reformasi, jatuhnya konstatinopel, penemuan-penemuan geografis, pendapatan seni letak buku, semuanya terjadi  didalam pertengahan abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI. Kebudayaan modern lebih bersifat sekuler dari pada kebudayaan abad pertengahan sebagai kekuasaan pemerintahaan yang menguasai kebudayaan. Sebelum tahun 1400 di barat hanya ada satu gereja, yaitu gereja Khatolik-Roma, tetapi sesudah tahun 1700 terdapat ratusan sekte dan masih tak terhitung lagi banyaknya perkumpulan yang mempunyai arah kerohanian.
Kebudayaan Renaissance berkembang di Italia, karena perdagangan pelajar setelah perang salib mengalami kemajuan pesat.
Renaissance dianggap sebagai masa peralihan dar abad pertengahan kejaman modern dan dengan demikian ia memiliki unsure-unsur dari kebudayaan kuno maupun kebudayaan baru. Lambat laun nilai kristiani abad pertengahan mulai kehilangan arti, ide-ide tradisional abad pertengahan tak lagi memberi kepuasan. Kepercayaan kepada Tuhan tak lagi memberi garis arah pada pandangan hidup manusia. Aturan-aturan moral lama tak lagi dihormati dan oaring tak segan-segan untuk merebut kekuasaan dengan jalan khianat dan kekejaman. Situasi politik pada masa ini menggantungkan perkembangan individu, oleh karenanya kesenian dan ilmu pengetahuan maju dengan sangat pesatnya. Disiplin moril intelektual dan politik adalah asing pada masa ini. Tyran dan desport Rennaissance mau mempertahankan diri pribadi dan tidak mau tunduk pada suatu kekuasaanpun, dari sebab itu lah maka dalam abad XV di Italia terjadi anarchi politik dan moril. Keadaan ini turut mendorong munculnya ajaran Macchiavelli yang termuat dalam II principe.
Ø  Reformasi
Latar belakang ekonomis dari masa Reformasi adalah peralihan dari rumah tangga alam ke kapitalisme dagang, dan karena penemuan-penemuan besar yang mengakibatakan meluasnya perdagangan dan pelajaran. Pedagang kaya memegang monopoli dan pengusaha bank yang kaya dengan tepat memperoleh banyak kekuasaan politik karena pinjaman-pinjaman yang tidak sedikit. Munculnya nasionalissme akibat kemunduran gereja romawi menjelang akhir abad pertengahan maka protentatisme dari Luther, Calvijn dan Zwingli dapat berkumandang di barat. Protentatisme semula tak menghendaki pembaharuan gerej, melainkan ingin kembali seperti oaring-orang Kristen pertama pada masa permulaan. Protentatisme merupakan revolusi menentang kekuasaaan gereja, menentan kepausan dan hierarchi gereja. Orang menolak perantara dari pada imam maupun organisa buatan manusia dan ingin langsung berhubungan dengan Tuhan. Ajaran Calvin juga didasarkan atas keselamatan yang disebabkan karena dan terpilihnya seorang oleh Tuhan. Ia mencoba mendirikan perkumpulan suci dari para pemeluk, yang pengurusnya di pegang oleh para kaum awam. Kaum yang menghendaki pemurnian beranggapan adalah sesuatu yang sungguh baik dan bersifat illahi. Reformasi di Inggris berakar pada kepentingan politik dan ekonomi yang memainkan peranan terpenting ajaran dan upacara-upacara pada mulanya sama dengan gereja khatolik. Semasa skisma itu persoalannya ialah untuk memperbesar kekuasaan raja dan mengurangi pengaruh gereja.
Lambat laun ide protestan itu merembet ke inggris, terutama dikalangan para pedagang, dan baru diantara para rohaniawan.
Dengan demikian berlalulah masa kesatuan Kristen di Eropa, monopoli golongan rohaniawan telah retak dan kekuasaan politik maupun rohaniawan roma menjadi patah. Protestan sejak itu tak lagi mendapatkan daerah-daerah baru yang penting. Selanjutnya meluasnya pandangan sejarah ilmiah. Maka orang mulai menerima kemacam-ragaman kepercayaan agama. Oleh karena reaksi terhadap Reformasi kebetulan bertepatan waktunya dengan dominasi spanyol, maka protwntatisme diidentifikasikan dengan nasinalisme, yang muncul untuk menentang absolutisme politik dan kegerejaan  dari Gereja Roma.
http:// wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Filsafat_Sejarah. Didownload Minggu, 05 Mei 2013 Jam 07:21
  1. Aliran Filsafat Sejarah Dan Teori Sebab Peristiwa Sejarah
Ø  Hukum Fatum
Alam fikiran bangsa yunani adalah dasar dari perkembangan alam fikiran bangsa-bangsa barat. Salah satu hal yang penting dari alam bangsa yunani itu adalah angapan tentang adanya manusia dan alam. Menurut alam fikiran bangsa yunani pada dasarnya alam raya sama dengan alam kecil yaitu manusia. Jadi menurut bangsa yunani macro cosmos sama dengan micro cosmos. Disebut juga oleh alam fikiran bangsa yunanibahwa kekuatan gaiblah yang menguasai baik macro cosmos maupun micro cosmos. Sehingga dengan demikian perjalanan alam semesta ini ditentukan oleh kekuatan gaib atau nasib. Misalnya perjalanan matahari, bulan, bintang, manusia dsb. Oleh sebab itu perjalanan alam semesta itu tidak tidak dapat menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan “ nasib “.
Dengan demikian yang menjadi dasar dari segala hukum cosmos alamlah hukum lingkaran atu hukum “ cyclus ‘ didalam hukum cyclus setiap peristiwa akan terulang lagi atau terjadi kembali, seperti halnya matahari akan terbit diufuk sebelah timur pada setiap pagi. Hukun cyclus di Indonesia dikenal sebagai “ cakra manggiling “. Didalam cakra manggiling ini, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkaran cakra tersebut. Semua kejadian dan peristiwa akan berjalan dengan pasti.
Oleh sebab itu cakra merupakan  lambing dari nasib yang terus menerus berputar secara abadi dan tidak ada putus-putusnya. Dikala hal ini “ nasib “ merupakan kekuatan tanggal yang berfungsi sebagai pengerak peristiwa sejarah. Berdasarkan alam fikiran seperti tersebut diatas, maka bangsa hidup secara bebas dan tidak usah memikirkan sesuatu, sebab segala sesuatu akan terjadi dengan sendirinya.
Ø  Aliran Pandangan Sejarah Menurut Santo Augustinus
Faham fotum atau nasib yunani kemudian menjelma dalam agama nasrani sebagai faham ketuhanan dengan sifat – sifat yang sama yaitu :
a.    Kekuatan nasib menjadi tuhan
b.    Sejarah seharusnya menurut rencana alam atau menurut kekuatan nasib kehendak tuhan.
Didalam faham ini manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan nasubnya sendiri. Manusia harus menerima nasib yang diwariskan oleh tuhan yang tidak bisa ditawar tawar lagi. Sebab menerut teori augoskomto tuhan sudah menentukan jalan hidup manusia dan alam. Didalam hal ini manusia dan alam tidak bisa merubah garis hidup yang sudah ditentukan itu. Berdasarkan hal itu maka, tujuan dari gerak sejarah adalah untuk mewujudkan kehendak tuhan, didalam mewujudkan kehendak tuhan itu, barang siapa yang menerima kehendak tuhan maka dia akan diterima disorga. Tetapi sebaliknya barang siapa yang menentang kehendak tuhan maka dia akan masuk neraka. Sehubungan dengan itu maka, sejarah masa kini merupakan masa percobaan  atau masa ujian bagi manusai, kehendak tuhan harus diterima  oleh manusia dengan rela. Keharusan untuk menerima kehendak tuhan tersebut disebabkan karena ancaman barang siapa yang menolak kehendak tuhan maka akan jadi penghuni neraka.
Ø  Aliran Filsafat Kaum Rasionalis
Kemakmuran dalam abad XVI dan XVII merupakan dasar yang kuat bagi peradaban umunya. Ilmu pengetahuan, filsafat dan kesusasteraan menyongsong masa keemasannya.  Usaha ilmu pengetahuan dengan hasilnya yang mengagumkan menyebabkan suatu perubahan menyeluruh dan berarti suatu kemajuan material yang abru semenjak masa-masa Mesir dan Mesopotamia.
Dengan penelitian yang tekun maka jiwa rasionalisme akan dapat menembus dunia kebendaan. Ia tak mau menggunakan hal-hal diatas kodrat sebagi dasar sebagai dasar untuk menerangkan benda-benda ataupun sebagai patokan. Dengan demikian ia memutuskan hubungan dengan tradisi Kristiani dan kekuasaan gereja maupun klerikal.
Abad XVIII merupakan masa timbulnya golongan tengahan, sebagai akibat dari munculnya perdagangan dengan daerah koloni dan capital. Daerah koloni juga kaya menghasilkan produksi-produksi baru dan bersamaan itu puls merupakan pasar-pasar untuk hasil industri dari negara induk. Kekuasaan capital juga membawa pengaruh pada kehidupan negara. Pendek kata abad XVIII merupakan periode kemajuan yang pesat dan penuh janji-janji untuk masa dagang. Arah pemikiran abad XVII dan XVIII sangat ditentukan oleh adanya sukses-sukses dan kemajuan yang pesat dibidang ilmu pengetahuan. Hasil yang gemilang ini disatu pihak hanya dapat dicapai berkat penyelidikan yang tekun dan dilain pihak usaha ilmu pengetahuan dapat tumbuh  subur didalam suasana kebebasan dan kemerdekaan.
Apabila abad XIII merupakan titik puncak kebudayaan abad pertengahan dengan gerejanya yang universal dan kekuasaan negaranya. Maka didalam abad XVIII kebudayaan modern sebagai kebudayaan kaum awam. Emansipasi terhadap gereja telah selesai dengan sempurna.. Agama Kristen telah digantikan oleh religi alam, dan Tuhan oleh akal. Setelah terjadi pemutusan ikatan dari tradisi yang pada masa Rennaissance diartikan sebagai penemuan manusia, dan setelah penolakan segala kekuasaan gereja selama reformasi , maka akhirnya individu menemukan dirinya sendiri. Sesungguhnya dengan adanya agama dari akal ini kita telah berada ditengah-tengah kebudayaan yang anthroposentris, sebagai antipode kebusayaan theosentris dari abad pertengahan. kebudayaan modern adalah laksana mozaik : dimana banyak ajaran-ajaran agama, aliran-aliran dalam filsafat, pendek kata banyak pandangan tentang duniawi.
Ø  Aliran Filsafat Abad Ke-19
Ekspansi besar-besaran dari kekayaan dan kekuasaan adalah latar belakang ekonomis perkembangan abad XIX. Semua ini akibat langsung dari revolusi industri dan technik, yang dimulai sekitar pertengahan abad XVIII.
Penggunaan penemuan-penemuan technik dari kincir terbang, mesin uap sampai dynamo dan elektromahnetisme, bersama dengan pemakaian arang-batu sebagi bahan dan pengolaan baja. Mesin juga dipakai untuk keperluan pengangkutan : lokomotif dan perahu asap mempercepat dan mempermudah perjalanan. Lalu lintas yang tepat dan industrialisasi meningkatkan besarnya kosentrasi perdagangan dan perusahaan dikota-kota. Peningkatan produksi juga mengakibatkan tambahnya penduduk dengan cepat. Abad XIX juga dilukiskan sebagai periode dari prestasi kosmopolitis dalam lingkup internasional. Akibat lain dari kemajuan material ialah munculnya golongan tengahan dibidang politik dengan ide-ide liberalisme. Persamaan hokum dan hak bersuara dalam pemerintahan melalui parlemen. Kecuali dibidang politik cita-cita humanitas dan kebebasan juga dibidang social. Ide tentang martabat manusia tidak hanya dicoba direalisasikannya dalam penentangan terhadap segala bentuk pemerasaan seseorang oleh orang lain. Emansipasi yang diperjuangkan oleh liberalisme tak sampai begitu jauh. Ia tidak ma uterus mengadakan asas kesamaan dalam bidang ekonomi. Didalam banyak negara gerakan liberalisme berjalan bersama-sama dengan nasionalisme, misalnya di Italia dan jerman. Disamping itu nasinalisme memperjuangkan internasional antara bangsa-bangsa yang diperintah oleh golongan tengahan melalui parlemen dengan didasarkan atas  perdagangan bebas. Adanya revolusi industri produksi mekanis juga menunjukkan segi-segi negatifnya. Distu pihak kemakmuran ternyata bertambah dengan naiknya kehidupan secara umum, dilain pihak jaman mesin telah membawa bencana yang tak terkatakan. Meskipun orang mencegah peraturan social mengenai upah yang rendah.
Ø  Interpretasi Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx telah menggabungkan teori Malthus dari Hegel mengenai pergantian pola-pola budaya dengan perjuangan untuk hidup. Hasilnya adalah keterangannya mengenai perubahan didalam sejarah yang ditentukan secara materialistis pengusahaan terhadap cara produksi, menetukan kelas mana dan pola pikiran mana akan berkuasa pada suatu saat tertentu, dan pertentangan terus-menerus di antara kelas , pada akhirnya akan dimenangkan oleh pihak proletariat, teori ini dinamakannya teori Historys Materialisme.
Apabila Hegel menganggap roch sebagai azas dari kenyataan sejarah, maka marx dalam histories materialnya bertolak dari kemasyarakatan yang histories. Dilihat dari segi ekonomis, maka kenyataan masyarakat dikuasai oleh hubungan-hubungan produksi.
Masyarakat bordjuis kapitalis sekarang, seperti halnya periode-periode yang mendahuluinya. Mengandung antagonisme social, yang disebabkan oleh cara-cara produksi kapitalistis. Dengan adanya perkembangan yang hebat dari kekuasaan industri dan ilmu pengetahuan maka timbullah disitu contrast-kontrast yang tajam. Emansipasi individu akan tercapai dengan jalan menggulingkan tertib masyarakat yang ada. Proletariat , bangsa terpilihnya histories materialisme, adalah satu-satunya kekuatan revolusioner yang mempunyai potensi untuk menumbangkan masyarakat kapitalistis dan untuk membangun komunistis yang dicita-citakan.
Ø  Aliran Sejarah Ilmiah
Ranke adalah pelopor madzap sejarah ilmiah. Ia berpendapat bahwa filsafat sejarah yang baik bukanlah kualitas yang mencakuo semuanya melainkan suatu rangkaian daripada peristiwa yang mendahului dan peristiwa menyusul, Louis, 1975 :161. Sejarah “sungguh-sungguh terjadi tanpa aspek filsafat mengenai sebab musabad’. Maka peristiwa sejarah tersebut kurang bermuatan ilmiah. Pada periode ini sering juga dijuluki dengan “zaman borok”. Sangat mengagumkan peranan berpikir sebagai sumber falsafah ilmiah dengan mementingkan rasio atau akal budi. Semua pemikir besar pada zaman ini seperti descrates, spinoza, paulranke mencoba untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berpikir, dalam pusatnya atau dalam filsafat sejarah disebut aliran sejarah ilmiah.
Ø  Mazhab Sejarah
Berlawanan dengan pandangan kaum Rasionalis penganut historysme bersama Hegel menganggap bahwa suatu sejarah universal berada dalam suatu proses yang kontinu dan penggunaan penyelidikan sejarah secara empiris, jika dimasukkan dengan proses universal dapat membantu menjelaskan perkembangannya. Fakta harus dipisahkan dari kepalsuan dengan jalan penerapan yang ketat melalui metode sejarah, tetapi ia tidak setuju kalau penyelidikan sejarah harus dipisahkan dari interprestasi filsafat. sejarah harus merupakan usaha menggali nilai-nilai yang memberikan keterangan dan pedoman bagi hidup masa sekarang.
Ø  Interpretasi Amerika Terhadap Sejarah
Herbert B. Adams dari John Hopkins university adalah pengikut Ranke. Ia mengemukakan metode seminar untuk mendidik sejarawan yang diciptakan ranke. Interpretasi Amerika menunjuk watak rasial Anglo Saxon merupakan faktor utama bagi perkembangan sejarah Amerika. Salah seorang muridnya ialah Tumer yang mengemukakan bahwa watak Amerika adalah pengaruh budaya Tapal batas (frontier) serta suatu seksionalisme menjadi akibatnya : lebih penting daripada budaya Eropa.
Sumber : Pengantar Ilmu Filsafat, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK
  1. Tokoh –Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah
Ø  Patrick Gardiner
Menurut Gardiner, filsafat sejarah menunjukkan kepada 2 jenis penyelidikan yang sangat berbeda. Secara tradisional ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan kepada usaha memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah. Filsafat sejarah dalam arti ini secara khas bercirikan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti : apa arti (makna, tujuan) atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dan perubahan dalam sejarah ? diantara tokoh-tokoh utama yang mewakili teori semacam ini bolehlah disebut Pico, Herder, Hegel, Comte, Marl, Buckle dan dizaman ke-20 –Amold Toynbee dan Pitirin Sorokin (Taufik Abdullah 1985 : 123).
Ø  Dilthey Dan Beneitto Croose
Tetapi akhir abad yang lalu kita menyaksikan pemunculan sejumlah pemikir yang tampaknya tidak lagi menerima anggapan yang mengenakkan tersebut diatas dan yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merepotkan : diantara pengarang-pengarang itu yang lebih berpengaruh dalam kecenderungan baru tersebut ialah George Simmel, Heinrica Rickert, dan terutama Wilhelm Benedetoll Croose (1917) di Italia (Taufik Abdullah 1985:125-126). Sebaliknya tujuan mereka yang utama ialah menetukan apa yang telah terjadi di masa lalu dan mengapa. Ini tidak bisa tidak melibatkan suatu pemusatan pikiran atas sifat kekhususan yang konkret dan peristiwa-peristiwa dalam dirinya sendiri unik dan tak dapat diulang.
Ø  R. G. Collingwood
Pendirian dasar dari paham tersebut diatas mungkin paling kuat dan jelas dirumuskan oleh filsuf inggris R.G.Collingwood (1946) yang dalam karyanya sangat dipengaruhi oleh Croose. Menurut Collingwood, tugas pokok sejarawan ialah memikirkan kembali dan memerankan lagi, didalam pemikirannya pertimbangan dari pelaku sejarah dan dengan begitu peristiwa yang harus disorotinya dibuat menjadi bisa dipahami dengan cara yang tak ada hubungannya dengan ilmu-ilmu alam. Ini menyebabkan diantara lain menegaskan bahwa istilah sebab mempunyai arti tersendiri didalam konteks cerita sejarah, tak boleh dicampur adukan dengan arti manapun yang mungkin saja dikandungnya ditempat lain.
Ø  Friedrick Hegel
Seluruh sistem Hegel terdiri rangkaian-rangkaian dialektis dari tiga tahap, yaitu : tesis- antitesis- sistesis. Contoh : dari ada- tidak ada- menjadi. Pandangan sejarah bertolak dari thesis, bahwa akala adalah azas\dari dunia. Akallah yang bekerja di dalam dan di balik nafsu, usaha dan fikiran, maupun kepentingan-kepentingan manusia. Manusia berfikir dan berusaha mencapai tujuannya, namun secara tidak sadar mereka memenuhi suatu tujuan umum yaitu : perwujudan dari ide. Manusia adalah sekedar alat dari itu. Realisasi diri dari roch didalam waktu ini adalah pernyataan yang semakin maju dari fikiran bebas. Pendidikan dari roch menuju realisasi dan kesadaran dalam kebebasan berlangsung dari  gerakan dari timur kearah barat. Sejarah dunia mulai di timur dan berakhir di barat. Ia dimulai dari kerajaan timur yang besar, yaitu cina, Persia dan India. Karena kemenangan yang menentukan dari bangsa yunani atas bangsa Persia maka sejarah berpindah kelaut tengah dan berakhir dengan kerajaan Kristen german di barat.
Sumber : Pengantar Ilmu Filsafat, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK
Ø  Dialektis Materialisme Dan History Materalisme, Oleh Karl Marx (1818-1883) Dan Fredericht Engels (1820-1895)
Melalui pemikiran Marx tercipta dua karyanya yaitu Dialektis Materialisme dan History Materialisme.

    1. Materialisme Dialektika.
Marx sangat keranjingan dengan seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang bernama Hegel. Hegel mengenalkan proses dialektika bagi perkembangan dan pertumbuhan masyarakat. Proses dialektika itulah yang kita kenal dengan Tesis – Anti Tesis – Sintesis. Proses tesis ini adalah tahapan perkembangan yang penuh penyangkalan (negasi), tesa akan melahirkan negasi disebut sintesa, dan berikutnya ada negasi untuk sintesa hingga melahirkan anti tesa. Anti tesa pada perkembangan berikutnya akan menjadi tesa baru yang harus di negasi lagi. Baginya , tahapan dialektis ini akan terus berputar hingga pada akhirnya akan mencapai titik atau nilai absolut (absolut idea). Pada tahap nilai absolut inilah tercipta suatu yang paling benar dan tidak ada lagi yang benar selain itu.  Dalam pemikiran Marx, dialektika mateialisme diartikan sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus -menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses pertentangan. Materi yang dimaksud menjadi sumber keberadaan benda-benda alamiah, senantiasa bergerak dan berubah tanpa hentinya. Dalam pergerakan dan perubahan itu terjadi perkembangan menuju kepada tingkatan yang lebih tinggi. Tidak melalui proses yang lamban (evolutif) melainkan secara dialektis, melalui pertentangan-pertentangan yang pada hakekatnya sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri. Tahapan ini akan berakhir setelah mencapai nilai absolut, yakni masyarakat komunis- tahapan perkembangan masyrakat yang paling ideal.
    1. Materialisme historis.
Dalam pembahasan ini, Marx beranggapan bahwa perkembangan sejarah manusia akan mengalami beberapa fase (dialektis), yaitu :
*      Masyarakat komunal yang memakai alat-alat bekerja yang sifatnya sederhana. Alat produksi itu bukan milik pribadi (perseorangan) tetapi menjadi milik komunal, misalnya semua tanah dimiliki secara bersama-sama. Dalam masyarakat primitif belum dikenal surplus produksi diatas tingkat konsumsi, karena setiap orang masih mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Keadaan ini tidak berlangsung lama sebab masyarakat menciptakan alat-alat yang dapat memperbesar produksi-periode zaman batu lalu meloncat pada penggunaan tembaga dan besi. Perbaikan alat produksi pada saat yang sama menimbulkan perubahan sosial, pada titik inilah pembagian kerja dalam berproduksi tidak dapat di hindari. Pertukaran barang mulai berkembang luas, meski mekanisme pasar masih diciptakan masih sederhana. Akhirnya keperluan menghasilkan barang-barang yang di butuhkan orang lain meningkat, diperlukan kemudian kaum pekerja dalam rangka produksi. Hal ini berarti mulai tercipta hubungan produksi dalam masyarakat itu. Dan mulai saat itu terjadi sintesa tersebut.
*      Masyarakat perbudakan (slavery), tercipta berkat hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Bermulai dari cara kerja model ini menyebabkan berlipat gandanya keuntungan pemilik produksi. Budak yang berkerja diberi upah yang minim untuk mempertahankan tingkat kerjanya dan supaya tidak mati. Masa perbudakan adalah masa di mana terdapat dua kelas dalam kehidupan manusia, yaitu para budak dan kaum pemilik budak. Situasi kelas ini cenderung menciptakan pertentangan antar kelas pemilik budak dengan kaum budak. Pertentangan kelas inilah yang kemudian menciptakan terjadinya proses sintesa perubahan di masyarakat dan sintesa inilah yang kemudian melahirkan masyarakat feodal.
*      Masyarakat feodal tingkat perkembanganya bermula setelah runtuhnya masyarakat perbudakan. Pemilikan alat produksi terpusat pada kaum bangsawan, khususnya pemilik tanah. Hubungan produksi ini mendorong adanya perbaikan produksi dengan cara produksi di sektor pertanian. Dengan demikian, sistem feodal sebenarnya mengubah cara kehidupan sosial. Dari kerangka ini lahir dua golongan kelas dalam masyarakat dan puncaknya menjelma dalam sistem kapitalis yaitu :
·         Kelas  feodal tuan tanah yang menguasai perhubungan sosial.
·         Kelas pertani yang bertugas melayani tuan tanah.
Proses dialetika sejarah ini pada akhirnya membuktikan, bersintesa kembali menjadi sistem. Sistem masyarakat feodal memang tidak mapu membendung lahirnya kelas kapitalis.
*      Masyarakat kapitalis terdapat dua kelas yang kepentingannya saling bertentangan, yaitu kelas proletar  dan kelas borjuis yang mewakili kaum kapitalis pemilik alat produksi. Sistem kapitalis bergantung pada eksploitasi atas upah buruh. Dimana bawah sistem kapitalis, pengusaha membayar buruhnya dengan hanya sebagian nilai
yang mereka ciptakan dan semata-mata supaya mereka tetap hidup serta lebihnya masuk kesakunya sendiri. Di dalam evolusi mode produksi kapitalis, baik besarnya keuntungan yang di peroleh kaum kapitalis maupun upah yang diterima buruh secara terus-menerus menurun. Karena, ketika berhadapan dengan persaingan yang kejam, kaum kapitalis harus mengeluarkan semakin banyak modalnya untuk perlengkapan, dan bahan baku. Buruh menjadi murah dan upah turun sehingga terjadi kemerosotan standar hidup secara terus-menerus. Pada saat yang sama, terkait dengan krisis yang terjadi secara priodik yang disebabkan oleh overproduksi, perusahan-perusahan besar menelan perusahan yang lebih kecil. Ketika waktunya datang, situasi tersebut secara tak terelakkan akan mendorong terjadinya revolusi. Revolusi tersebut dibagi dalam dua tahap, yaitu:
·         Revolusi yang di pelopori oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan kaum feodal.
·         Revolusi yang dilakukan oleh kelas perkerja dalam upaya meruntuhkan kelas borjuis.
Setelah mencapai kekuasaan, kaum komunis sebagai juru bicara kelas buruh yang memiliki tugas untuk mempergunakan kekuasaannya di zaman peralihan dan di bentuknya pemerintahan proletariat. Masyarakat tanpa kelas terbangun bersamaan dengan negara. Sebagai formulasi terakhir, (sintesa/ absolute idea) dari lima tahap perkembangan sejarah Marx, ialah terbentuknya masyarakat komunis.
*      Masyarakat komunis. Perbedaan kepentingan makin lama makin memuncak artinya muncul apa yang disebut dengan pertentangan kelas. Pertentangan kelas dan perjuangan kelas berakhir dengan terbentuknya masyarakat tanpa perbedaan kelas. Hubungan produksi merupakan jalinan kerja sama dan saling membantu dari kaum buruh yang berhasil melepaskan diri dari eksploitasi. Perbedaan mendasar  dengan tahap perkembangan sejarah masyarakat sebelumnya adalah dalam masyarakat sosialis alat-alat produksi merupakan hasil olahan dari kebudayaan manusia yang lebih tinggi. Sistem sosialis dirancang untuk memberi kebebasan bagi manusia mencapai harkatnya tanpa penindasan. Dengan kata lain sistem yang menginginkan terhapusnya kelas dalam masyarat.
www. Tokoh/Marxisme. wordpress.com. Didownload Minggu, 05 Mei 2013.Jam 06:09
  1. Tokoh Pemikir Filsafat Sejarah Nasional Indonesia
Ø  Prof. Muhammad Yamin
Menurut Muhammad Yamin untuk menyusun filsafat sejarah nasional banyak kita petik dari pujangga baru dari Timur dan Barat. Mereka itu antara lain : Herodotus, Ibn Khaldun, Karl Marx, Hegel, Immanuel Kant.
  • Menurut Ibn Khaldun:
Perlu diketahui bahwa Ibn Khaldun seorang sajana arab yang tersohor yang hidup diantara than 1332 – 1406 masehi. Teorinya tentang gerak sejarah hamper sama dengan teori santo Augustinus. Perbedaan antara kedua teori itu tidak terlalu banyak, dimana teori Ibn Khaldun tidak memusatkan pada dinia akhirat.
Lebih dari itu Ibn Khaldun berpendapat bahwa sejarak merupakan ilmu yang berdasarkan kenyataan. Sejarah itu bergerak dengan tujuan agar manusia sadar terhadap perubahan – perubahan yang terjadi. Kesadaran itu merupakan usaha dari manusia itu sendiri untuk menyempurnakan hidupnya. Sedang segala perubahan – perubahan yang terjadi itu Karena kehendak tuhan. Terjadinya perubahan tersebut dapat melalui beberapa cara misalnya : revolusi, pemberontakan, pergantian adapt atu lembaga dsb. Perubahan – perubahan ini oleh Ibn Khaldun dianggap dengan kemajuan.
Dengan berdasarkan itu semua perbedaan antara kedua teori itu menjadi semakin jelas yaitu : Menurut Santo augustino,sejarah akan berakhir pada dwi tunggal yaitu sorga dan neraka. Sedang menurut Ibn Khaldun sejarah justru akan melahirkan beraneka ragam masyarakat dan Negara yang semakin lama semakin maju dengan kehidupan manusia yang semakin sempuna. Teori santo Augustinus menciptakan manusia penyerah, sedang sedang teori Ibn Khaldun mendidik manusia menjadi pejuang – pejuan yang tidak kenal mundur dan menyerah, untuk menuju kearah kebahagiaan dalam masyarakat atau Negara yang beraneka ragam.

Ø  Dr. Soedjatmoko
Sudah menjadi ciri manusia yang berpikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan itu dapat dicukupi oleh satu atau dua asas pokok dan prinsip saja. Demikian juga manusia , dalam menghadapi fakta-fakta sejarah, sejak dahulu telah mencoba untuk merumuskan suatu filsafat sejarah yang mencukupi segala sesuatu yang diketahuinya didalam lapangan sejarah itu, dibawah satu ataubeberapa prinsip atau menurut beberapa wetmatigheeid, sehingga makna dari sejarah untuk manusia itu menjadi terang.
Ø  Prof. Sartono Kartodirdjo
Menurut Prof. Sartono Kartodirdjo filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna suatu proses pristiwa sejarah. Manusia berbudaya tidak puas dengan pengetahuan sejarah, dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya hubungan antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya. Kekuatan apakah yang menggerakkan sejarah kearah tujuannya? Bagaimana terakhirnya situ proses sejarah? (Sartono Kartodirdjo 1990: 78-79).
www. Tokoh/pemikir/filsafat-sejarah_nasional. perpustakaan. uns.ac.id/jurnal. Didownload Minggu. 05 Mei 2013 Jam 06:24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar