Jumat, 07 Maret 2014

Proposal Penelitian Pendidikan



  1. Judul Penelitian
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Drill Dengan Metode Pemberian Tugas Dalam Mata Pelajaran Sejarah Kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
  1. Latar Belakang
Lembaga pendidikan atau sekolah mempunyai komponen-komponen, salah satunya guru sebagai tenaga pengajar atau tenaga pendidik. Guru tugasnya bukan saja mendidik atau mengajar, akan tetapi guru juga harus mampu menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik agar tujuan pendidikan berhasil. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan, salah satunya adalah metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif  untuk mencapai tujuan pengajaran.
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi induktif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.

Penguasaan bahan pelajaran bagi seorang guru tidak akan menjamin terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik jika metode yang diterapkan tidak tepat dan tidak sesuai dengan kondisi fsikologi anak didik. Oleh karena itu, didalam mengelolah proses belajar mengajar guru harus mampu memilih dan menetapkan metode bagaimana yang paling sesuai atau yang lebih baik diterapkan kepada siswa. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli Fsikilogi dan pendidikan (Djamarah, 2006 : 72). Dengan memilih dan menetapkan metode pengajaran yang cocok dan sesuai akan dapat menunjang prestasi belajar siswa, dengan demikian tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Dalam bidang studi Sejarah ketidakberhasilan siswa dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain kurang lengkapnya sarana dan prasarana penunjang Sejarah di sekolah, metode pengajaran guru tidak cocok, alat evaluasi yang tidak sesuai dengan materi yang diberikan, factor dari guru itu sendiri atau memang siswa kurang berminat mempelajari dan memperdalam sejarah.
Dari beberapa factor yang menyebabkan siswa kurang berprestasi dalam sejarah, penulis memandang dari sudut metode mengajar yang digunakan oleh guru. Maka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu diciptakan situasi pengajaran yang baik dan merangsang siswa turut aktif dalam proses belajar mengajar, makin tepat memilih metode mengajar yang diterapkan makin efektif pula pencapaian tujuan yang diinginkan karena penggunaan metode yang cocok dan serasi dengan materi yang diberikan serta keadaan siswa akan menentukan keberhasilan siswa dalam bidang studi sejarah. Dengan demikian guru dapat membaca keadaan siswa sehingga dapat menentukan metode yang tepat dengan keinginan siswa. Metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru ada berbagai macam diantaranya adalah metode drill dan metode pemberian tugas.
Metode drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan- latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa, sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Tujuan dilaksanakan metode drill adalah agar siswa memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis, mempergunakan alat dan memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain. Metode drill umumnya digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajari.
Menurut Djamarah (2006 : 1996) “metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan pelajaran oleh guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pemberian tugas dilaksanakan oleh guru karena pelajaran tidak sempat dilaksanakan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal- soal yang harus dikerjakan dirumah. Pemberian tugas dilaksanakan dengan tujuan agar siswa dapat membagi waktu secara teratur , melatih siswa untuk menemukan sendiri cara- cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan agar siswa dapat memanfaatkan waktu luang untuk menyelesaikan tugas.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Drill Dengan Metode Pemberian Tugas Dalam Mata Pelajaran Sejarah Kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
  1. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan?
  2. Apakah tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan?


  1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
  2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah dengan menggunakan metode pemberian tugas kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
  3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata- rata nilai bidang kognitif siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
  1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
  1. Dapat dijadikan acuan bagi guru program studi sejarah dalam pengajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dan memotivasi untuk menerapkan model pembelajaran yang kreatif serta inovatif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
  2. Bagi siswa diharapkan mendapat situasi baru, pengalaman baru dalam belajar sejarah dan lebih dari itu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah.
  3. Bagi peneliti, dapat menjadi salah satu bahan acuan didalam melakukan penelitian agar lebih baik lagi dan sebagai salah satu cara untuk menambah wawasan serta pengetahuan di bidang pendidikan.
  4. BAB II
    KAJIAN PUSTAKA
    A.  Kajian Teori
    2.1 Perbandingan
    Istilah perbandingan pendidikan jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris berarti comparative education. Kata comparative diartikan sebagai bersamaan atau sama, sedangkan kata education diartikan sebagai pendidikan. Dengan demikian, berdasarkan pengertian etimologis tersebut maka istilah comparative education memiliki makna terhadap adanya kecenderungan yang sama dalam kegiatan pendidikan.
    Dari pengertian etimologis tersebut maka pengertian perbandingan pendidikan secara terminologis berkaitan erat dengan aspek praktis, yakni : membandingkan sesuatu dengan (compare with), atau menemukan perbandingan sesuatu (finding comparison). Sehingga dari kedua pengertian ini memunculkan pemahaman terhadap istilah comparative yang apabila dihubungkan dengan kata education berarti suatu upaya untuk membandingkan suatu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan atau menemukan perbandingan yang terdapat dalam kegiatan pendidikan.
    Mengenai perbandingan pendidikan ini, pada awal mula kemunculannya disebut sebagai pendidikan internasional. Setelah disiplin ilmu ini berkembang kemudian barulah disebut sebagai comparative education. Kemunculan disiplin ilmu ini dalam bidang pendidikan memunculkan dua versi penyebutan, ada yang menyebutnya dengan istilah pendidikan perbandingan dan ada pula yang menyebutkannya dengan istilah perbandingan pendidikan.
    Menurut Carter V. Good tentang pengertian perbandingan pendidikan adalah : “Perbandingan pendidikan adalah studi yang bertugas mengadakan perbandingan teori dan praktik kependidikan yang ada di dalam beberapa negara dengan maksud untuk memperluas pandangan dan pengetahuan di luar batas negerinya sendiri”. Sedangkan I. L. Kandel berpendapat : “Perbandingan pendidikan adalah studi tentang teori dan praktik pendidikan masa sekarang sebagaimana yang dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan kelanjutan sejarah pendidikan”. (http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/06/menuju-ilmu-perbandingan-pendidikan .html) diakses 09 Desember 2013
    Di sisi lain Abdul Rachman Assegaf mengemukakan salah satu pandangan Carter V. Good yang menyertakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pendidikan, yakni bahwa perbandingan pendidikan adalah studi tentang kekuatan-kekuatan pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi dalam hubungan internasional dengan tekanan pada potensi dan bentuk pendidikan, sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan saling pengertian dengan jalan tukar-menukar sarana pendidikan, teknik dan metode, mahasiswa, guru, dosen, teknisi dan lain-lain. (http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/06/menuju-ilmu-perbandingan-pendidikan .html) diakses 09 Desember 2013
    Berdasarkan tiga teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa perbandingan pendidikan sebagai suatu bidang pengetahuan yang mengkaji berbagai teori dan praktek dalam bidang pendidikan di berbagai negara serta memperbandingkannya dan menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari kesamaan–kesamaan dan perbedaan–perbedaannya.
    2.2 Metode Pembelajaran
    Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa, karena metode lebih menekankan pada peran guru. Istilah metode sering digandengkan dengan kata mengajar, yaitu metode mengajar. Joni mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut  WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
    Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19)  Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

    Metode mengajar banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode mengajar mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 – 86), terdapat bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu Metode ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill), Metode karyawisata (Field-trip), Metode survei masyarakat, dan Metode simulasi.
    Berdasarkan definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode merupakan cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
    2.3 Metode Drill
    1. Pengertian Metode Drill
    Metode drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan- latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa, sehingga memperoleh keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang- ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar pertama dengan situasi belajar realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah- ubah kondisinya sehingga menuntut respon yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.
    Menurut Djamarah (2006:108) “Metode Drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu”.
    Drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau continue/untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. (http://blog.persimpangan.com/blok/2007/08/15/drilland-practice/) diakses 09 Desember 2013
    Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode
    ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.
    Berdasarkan tiga teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan- latihan untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan tentang pengetahuan serta menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu.
    2. Kelebihan Metode Drill
                Adapun kelebihan dari metode drill yaitu:
    1. Bahan yang diberikan secara teratur, tidak loncat- loncat dan step by akan lebih melekat pada diri anak dan benar- benar menjadi miliknya.
    2. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera diberikan oleh guru memungkinkan murid  untuk segera melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahannya. Dengan demikian juga akan menghemat waktu belajar.
    3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat,seperti membaca peta, penggunaan symbol, hubungan huruf-huruf dalam ejaan dan sebagainya.
    4. Metode ini memungkinkan kesempatan untuk lebih memperdalam kemampuan secara spesifik.
    5. Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan respon yang cepat.
    3. Kelemahan Metode Drill
                Adapun kelemahan metode drill yaitu sebagai berikut:
    1. Dapat membentuk kebiasaan kaku, respon yang terbentuk secara otomatis akan mempengaruhi tindakan yang bersifat irasional dan tidak menggunakan akal.
    2. Menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya, didalam menghadapi masalah, siswa menyelesaikan secara statis.
    3. Menimbulkan verbalisme, respon terhadap stimulus yang telah terbentuk dengan latihan itu akan berakibat kurang digunakan rasio sehingga inisiatifpun terhambat.
    4. Latihan yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran maupun kepada gurunya.

    1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
    4. Hal- Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Metode Drill
    Dalam penggunaan teknik latihan agar bila behasil dan berdaya guna perlu ditanamkan pengertian bagi instruktur maupun siswa ialah:
    1. Tentang sifat- sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda dengan latihan yang sebelumnya.
    2. Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah.
    3. Klasifikasikan rencana kemajuan seperti ‘pemanasan’ atau demo materi terlebih dahulu.
    4. Menggunakan acuan waktu untuk tes kemampuan, kecepatan, dan ketepatan pemahaman siswa dengan drill.
    5. Gunakan penguatan penekanan lisan yang positif, contohnya pemberian pujian.
    5. Langkah- Langkah Penerapan Metode Drill
    Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instrukur/guru memperhatikan langkah- langkah prosedur yang disusun sebagai berikut:
    1. Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran yang mendalam, tetapi dapat dilakukan cepat seperti gerak refleks saja, misalnya: menghapal.
    2. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan.
    3. Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnose, karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sempurna.
    2.4 Metode Pemberian Tugas
    1.    Pengertian Metode Pemberian Tugas
    Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai
    tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang dikerjakan atau dipelajari.
    Menurut Djamarah (2006:96) “Metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan pelajaran oleh guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar “.
                Menurut Ahmadi (2005:61) “ Metode pemberian tugas adalah metode pelajaran dengan memberikan tugas kepada murid diluar jam pelajaran “.
                Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. (http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_b12.html) diakses 09 Desember 2013
                Berdasarkan tiga teori diatas maka penulis menyimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada murid diluar jam pelajaran.
    2. Penggunaan Metode Pemberian Tugas
    Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilaksanakan oleh guru karena pelajaran tidak sempat dilaksanakan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal- soal yang harus dikerjakan dirumah. Kadang- kadang juga bermaksud agar anak tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah. Baik kegiatan kulikuler maupun kegiatan ektrakulikuler.
    3. Tujuan Metode Pemberian Tugas
    Pemberian tugas bertujuan :
    1. Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
    2. Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara- cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
    3. Memperkaya pengalaman- pengalaman sekolah melalui kegiatan- kegiatan diluar kelas.
    4. Agar siswa dapat memanfaatkan waktu luang untuk menyelesaikan tugas.
    4. Fase Pemberian Tugas
    Fase- fase mempertanggung jawabkan tugas yaitu sebagai berikut :
    1. Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan.
    2. Ada Tanya jawab atau diskusi kelas.
    3. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan non tes atau cara lainnya.
    Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan yaitu :
    1. Tujuan yang akan dicapai.
    2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugas tersebut.
    3. Sesuai dengan kemampuan siswa
    4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
    5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
    5. Langkah- Langkah Pelaksanaan Tugas
    Langkah- langkah dalam pelaksanaan tugas yaitu :
    1. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.
    2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
    3. Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri dan tidak menyuruh orang lain.
    4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil- hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.
    6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
    Adapun kelebihan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :
    1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak.
    2. Memupuk rasa tanggung jawab.
    3. Memperkuat motivasi belajar.
    4. Menjalin hubungan antar sekolah dengan keluarga.
    5. Mengembangkan keberanian berinisiatif.

    Adapun kelemahan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :
    1. Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua.
    2. Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain.
    3. Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan temen- teman.
    4. Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.
    2.5 Pembelajaran Sejarah
    1. Pengertian Sejarah
    Istilah sejarah bagi para ahli diartikan berbeda-beda. Perbedaan dalam literatur tentang istilah sejarah akhir-akhir ini pada dasarnya ada dua konsep, yaitu sejarah sebagai peristiwa masa lalu (past event, res gestae); dan sejarah peristiwa sebagaimana diceritakan (historia rerum gestarum). Sejarah dalam arti pertama, sebagaimana dikemukakan oleh Taufik Abdullah, diceritakan atau tidak, peristiwa itu terjadi. Menurut Kuntowijoyo Sejarah seperti itu sebagai peristiwa masa lalu yang terjadi di luar pengetahuan manusia, disebut sejarah objektif. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Sejarah sebagaimana diceritakan adalah peristiwa masa lalu yang diceritakan, memiliki pengertian yang sama sebagai peristiwa yang terjadi atas sepengetahuan manusia, disebut oleh Kuntowijoyo sebagai sejarah subyektif. Sejarah subjektif adalah sejarah sebagai pelaksanaan riset yang dilakukan oleh sejarawan, menghasilkan pernyataan-pernyataan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sejarah dalam arti subjektif adalah terminologi sejarah sebagai disiplin ilmiah. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Menurut Aristoteles Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod- rekod atau bukti- bukti yang konkrit. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Menurut W.H. Walsh Sejarah itu menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Berdasarkan beberapa teori di atas maka penulis menyimpulkan  bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu tentang manusia baik individu maupun masyarakat yang dihadirkan pada masa kini baik diceritakan maupun hasil dari penelitian sejarawan.
    1. Kegunaan Sejarah
    Kenyataan menunjukkan bahwa sejarah terus diteliti dan ditulis orang serta dipelajari membuktikan bahwa sejarah itu memiliki kegunaan. Kuntowijoyo menjelaskan lebih detail, sejarah berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik sejarah berguna untuk mengetahui masa lampau. Mengapa orang ingin mempelajari masa lampau karena manusia itu ingin memecahkan misteri, ingin tahu tentang apa yang terjadi di masa lampau. Secara esktrinsik sejarah berguna sebagai sarana pendidikan. Menurut Sjamsuddin, guna ekstrinsik sejarah sebagai sarana pendidikan berpangkal dari kebutuhan kehidupan modern dari masyarakat industrialis akan pendidikan non-teknis untuk kembali ke pengetahuan tradisional agar dapat menuntut pada masyarakat yang demokratis. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Kegunaan sejarah sebagai media pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Djoko Suryo posisi sejarah memiliki peran sangat strategis sebagai sarana bagi pendidikan, baik pendidikan intelektual (intelectual training), Pendidikan kesadaran-diri kolektif dan pendidikan civil society yang bertanggungjawab terhadap bangsa dan negara. Sejalan dengan pendapat Joko Suryo, Conal Furay dan Michael J. Salevouris seperti yang dikutip oleh Peters N. Stearns, menyatakan “pembelajaran sejarah mengajarkan kemampuan analisis yang sangat bermanfaat dalam bidang akademik dan memelihara rasa identitas. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Berdasarkan ketiga teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kegunaan sejarah dari segi pendidikan bahwa sejarah dapat menjadi sumber pengetahuan yang dari sumber itu seseorang dapat mengambil makna dari pengalaman di masa lalu.
    3.    Pengertian Pembelajaran Sejarah
    Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar. (Rivai, Metode Mengajar).
    Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. (Warsita (2008:85)) Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.( Sudjana (2004:28)
    Dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, menurut Stearn, pembelajaran sejarah bertujuan untuk “membantu siswa memahami bagaimana dunia bekerja dan bagaimana manusia berperilaku, pengetahuan tentang masa lalu diperlukan untuk memahami kenyataan hari ini.”Agar pembelajaran sejarah dapat memberikan dampak pada siswa, Stearn menyarankan pembelajaran sejarah harus mengembangkan keterampilan untuk menilai bukti, keterampilan untuk berinterpretasi dan keterampilan untuk menilai contoh perubahan. (http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/pengertian-pembelajatan.html) diakses 09 Desember 2013.
    Conal Furay dan Michael J. Salevouris seperti yang dikutip oleh Peters N. Stearns, menyatakan “pembelajaran sejarah mengajarkan kemampuan analisis yang sangat bermanfaat dalam bidang akademik dan memelihara rasa identitas. (http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/06/konsep-pembelajaran-sejarah.html) diakses 09 Desember 2013.
    Kochhar mengatakan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah harus mencapai empat belas sasaran yang mencakup dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Termasuk dalam dimensi
    kognitif, yaitu: 1) mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri; 2) memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat; 3) membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya; 4) memperluas cakrawala intelektualisme; 5) memberikan pelatihan mental; 6) melatih siswa menangani isu-isu kontroversial. Sedangkan dimensi afektif dari pembelajaran sejarah, yaitu 1) mengajarkan toleransi; 2) menanamkan sikap intelektual; 3) mengajarkan prinsip-prinsip moral;  4) menanamkan orientasi ke masa depan; 5) membantu mencarikan jalan keluar bagi masalah sosial dan perseorangan; 6) memperkokoh rasa nasionalisme, dan; 7) mengembangkan pemahaman internasional. Dimensi psikomotor adalah mengembangkan keterampilan yang berguna seperti keterampilan membaca, menyatakan pendapat, menggunakan peta, diagram, timeline dan sebagainya. (http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/pengertian-pembelajatan.html) diakses 09 Desember 2013.
    Berdasarkan beberapa teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran sejarah adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang dapat mempercepat  kemampuan analisis pengetahuan peserta didik tentang masa lalu.
    2.6 Profil Sekolah
    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pampangan terletak di Desa Ulak Kemang Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI.
    B.  Hipotesis Penelitian
    Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    1.    Hipotesis Kerja
    HI=Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
    HO=Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode drill dengan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran Sejarah kelas VII SMP Negeri 2 Pampangan.
    2.    Hipotesis Statistik
    HI,M≠0
    HO,M=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar